Menggali Sejarah Desa

2 0 0
                                    

Keesokan harinya, Arga dan Alya tiba di perpustakaan desa, sebuah bangunan tua dengan rak-rak kayu yang dipenuhi buku-buku tebal dan dokumen-dokumen berdebu. Ruangan itu sunyi, hanya terdengar bunyi kertas yang bersuara saat mereka membuka arsip-arsip lama. Mereka menyadari bahwa di sinilah sejarah kelam desa ini disimpan, menunggu untuk ditemukan.

Alya menarik sebuah buku besar dari rak bertuliskan "Catatan Sejarah Desa Gading." Ia menaruhnya di atas meja dan mulai membuka halaman demi halaman dengan hati-hati. Setiap lembar penuh dengan cerita tentang kejadian-kejadian misterius dan rumor yang menyebar di kalangan penduduk desa sejak beberapa dekade lalu.

Arga menemukan sesuatu yang tampaknya mencolok—sebuah artikel koran tua yang melaporkan pembunuhan seorang anggota keluarga Gading. "Alya, lihat ini," katanya sambil menunjukkan artikel itu.

Di artikel tersebut disebutkan tentang seorang perempuan muda dari keluarga Gading yang ditemukan tewas secara misterius di rumahnya. Perempuan itu dikabarkan memiliki kembaran yang hilang dan diyakini memiliki "kekuatan aneh." Penduduk desa menganggap kejadian ini sebagai tanda kutukan, mengaitkan segala musibah yang terjadi dengan keberadaan saudara kembar tersebut.

"Apa ini berarti Sekar?" tanya Alya, wajahnya berubah tegang. "Apakah mungkin penduduk desa menyalahkan Sekar atas semua tragedi yang menimpa keluarga Gading?"

Arga mengangguk pelan. "Bisa jadi. Tapi yang lebih mencurigakan, banyak dari cerita ini yang dihapus atau disembunyikan. Sepertinya ada yang mencoba menutupi kebenaran tentang Sekar dan keluarganya."

Mereka melanjutkan pencarian dan menemukan beberapa catatan pribadi yang ditulis oleh tokoh-tokoh desa pada masa itu. Dalam salah satu catatan, ada keterangan tentang upaya penduduk desa untuk mengusir Sekar, menyebutnya sebagai "anak terkutuk" yang membawa musibah. Desas-desus beredar bahwa Sekar memiliki kekuatan yang luar biasa, kekuatan yang dianggap sebagai ancaman bagi keamanan desa.

Namun, ada sesuatu yang lebih kelam lagi—sebuah catatan lain yang menyebutkan bahwa beberapa penduduk hilang secara misterius setelah berusaha menghentikan apa yang mereka yakini sebagai pengaruh jahat Sekar. Nama mereka dihapus dari daftar warga, seolah-olah keberadaan mereka tak pernah ada.

Alya menggenggam tangan Arga, wajahnya penuh ketegangan. "Ini semakin menyeramkan, Arga. Jika Sekar benar-benar menyimpan dendam atas semua perlakuan yang dia terima, maka kutukan ini bisa jadi lebih kuat dari yang kita kira."

Arga menghela napas. "Tapi kita tidak bisa mundur sekarang. Ini lebih dari sekadar mengungkap misteri—kita harus melindungi desa dari kutukan ini."

Mereka meninggalkan perpustakaan dengan perasaan bercampur aduk antara takut dan penasaran. Setiap langkah membawa mereka semakin dalam ke dalam jaring kegelapan yang menyelimuti Rumah Gading dan sejarah keluarganya.

Kembali di rumah, mereka menyusun ulang informasi yang mereka peroleh, mencoba merangkai petunjuk demi petunjuk yang seolah memberi bentuk pada sosok Sekar. Arga mulai merasa ada hubungan kuat antara kutukan dan kemarahan Sekar yang tak pernah disuarakan.

Namun, sebelum mereka dapat melangkah lebih jauh, Arga mulai merasakan sesuatu yang aneh—getaran dari kalung Melati yang ia simpan di saku celananya. Getaran itu bukanlah pertanda baik. Seolah-olah kalung itu memperingatkan mereka bahwa waktu mereka untuk memecahkan misteri ini semakin sedikit, sementara bahaya semakin mendekat.

Bayang-Bayang di Balik CerminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang