Two

3.1K 131 4
                                    

Akupun keluar dari kamarnya. Aku ingin membiarkan ayah istirahat. Dan ku berharap air matanya takkan menetes hanya untuk ibuku, perempuan yang tak bisa hargai cinta dari suaminya sendiri.

Tak beberapa lama kemudian ayah menjerit tak karuan. Dengan cepat aku berlari menuju kamarnya.

Betapa terkejutnya aku melihat ayah tergeletak tak berdaya di lantai. Mulutnya mengeluarkan busa. Dengan sigap aku ambil handphone dan menelepon rumah sakit.

Beberapa menit kemudian ambulan datang. Aku panik tak terkira di samping ayah di dalam mobil ambulan.

"Ayah bertahanlah!" kataku pada ayah.

"Maaf kalau ayah pernah kasar padamu. Ayah sangat mencintaimu." kata ayah dengan air matanya yang bergelinang.

Sesampainya di rumah sakit, ayah dimasukkan ke UGD. Cukup lama aku menunggu sambil gelisah, akhirnya dokter pun keluar dengan wajah kekecewaan.

Dengan perlahan dokter berkata, "Ayahmu tak terselamatkan". Tubuhku seketika melemas. Ku duduk dengan tubuh gemetar dan keringat dingin. Lidahku keluh, ingin berucap tapi tak mampu.

"Ayah telah meninggal, bu. Karena terlalu banyak minum alkohol." kataku ditelepon.

"Jangan sedih sayang. Setiap manusia pastilah akan mati. Ibu akan segera pulang. Tapi mungkin hanya 3 hari saja. Karena pekerjaan ibu masih banyak di sini." jawab ibu seolah senang dengan kematian ayah.

"..."

"Sayang, apa kau dengar?"

"..."

"Sayang, ibu mungkin sampai dibandara besok siang. Tolong jemput ya."

"Iya, bu." jawabku akhirnya dingin. Langsung kumatikan sambungan telpon dari satu pihak,yaitu aku.

Yang terpenting saat ini adalah mengurus acara pemakaman ayah. Hanya itu.

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang