01. Layla? itukah kamu?

33 24 0
                                    

Rumah sakit jiwa Aksa Jayantara.

Seorang CEO bernama Jayantara Adi Kusuma pemilik rumah sakit jiwa di Jogjakarta, dia tidak sendiri, dia bersama seorang laki-laki yang memiliki lesung pipi, berjalan mengisi sepinya koridor rumah sakit meskipun di sore hari.

Disepanjang mereka berdua berjalan ada seseorang yang tengah memandangi mereka juga melontarkan kata-kata kekaguman yang dilontarkan oleh beberapa Staff disana ketika melihat laki-laki tinggi berlesung pipi dengan paras nyaris sempurna, berjalan bersama CEO rumah sakit ini.

Mereka berdua sampai di depan ruangan yang masih tertutup rapat dan ada salah satu perawat yang berdiri di samping tengah menunggu kehadiran mereka berdua.

"Selamat sore suster Melody, saya datang bersama dokter baru yang akan di tugaskan disini mulai hari ini, dokter Juan, kenalkan ini suster Melody yang akan mendampingi masa kerja anda dirumah sakit ini." ujar CEO Jayantara tersebut.

"Saya suster Melody, senang bertemu dengan anda dokter Juan."

"Kavandra Juan Adiyatama, senang bertemu dengan anda juga, suster. mohon bantuannya."

Keduanya saling menjabat tangan dan melempar senyuman ramah, berharap mereka bisa bekerja dengan baik. Setelah CEO Jayantara berpamitan pergi karena ada urusan ke rumah sakit lain, kini tinggal suster Melody dan Juan yang masih berdiri didepan ruangan.

Suster Melody langsung membuka kunci pintu ruangan tersebut yang akan menjadi tempat kerja milik Juan, didalam sana sudah bersih dan tertata rapi. bahkan papan nama akrilik dirinya di meja sudah terpampang dengan jelas.

"Ini ruang kerja anda ya dok, kalau ruang kerja saya dan perawat lainnya ada di sebelah, Maaf kalo kecil banget ruangannya dok." Suster Melody bersuara.

"Nggak masalah kok, yang penting rapi dan nyaman itu sudah cukup bagi saya." Juan mengedarkan pandangannya pada tiap sudut ruangan kerja barunya dengan kagum.

"Lagian ini pertamanya saya dapat kerja sendirian kok." Lanjut Juan.

Suster Melody mengangguk. "Baik dok, untuk semua data pasien sudah saya letakan di meja di maap biru itu, dokter bisa baca-baca dulu, karena jam 7 nanti dokter keliling sama saya untuk piskoterapi."

"Oke jam 7 ya, terima kasih banyak suster Melody."

Suster Melody kemudian mengangguk sopan dan keluar dari ruangan Juan. Kini Juan duduk di kursi kerjanya dan menghela nafas lega. pertama, Ia merasa lega karena disambut dengan baik oleh semua Staff di rumah sakit terpencil ini. kedua, Juan juga senang dan merasa bisa bekerja dengan baik bersama suster Melody.

Suster Melody memang lebih tua dari Juan namun Ia sangat berlaku sopan dan ramah. Juan memandangi nama yang terukir di papan nama akrilik di depannya. memorinya seketika terlintas di benaknya ketika Ia sering berkunjung kerumah sakit hanya karena mengantar Layla cuci darah, Ini juga alasan mengapa Juan ingin menjadi dokter. kalo saja Layla masih diberi kesempatan untuk bertahan hidup, mungkin Juan sudah menyembuhkannya.

Juan sangat berharap sekarang.

Juan memejamkan matanya sejenak, mengenang betapa beratnya perjuangannya hingga bisa sampai di titik ini. banyak merelakan dan mengkesampingkan lain hal demi menggapai mimpinya sebagai dokter.

Tok...

tok...

tok...

ketukan pelan dari pintu membangunkan Juan. terdengar suara suster Melody memanggilnya dari luar. Juan melihat kearah jam tangan dan ternyata jam sudah menunjukan pukul tujuh tepat. ternyata dirinya sempat terlelap sekitar 30 menit.

Surat HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang