Berdamailah dengan luka. Cukup jadikan trauma sebagai kata karena semuanya pasti akan berakhir seiring berjalannya waktu.
-Azzalea Syafa Lorenza
°°°
Mata Lea masih memandang kosong keluar jendela. Jari jemarinya juga ikut bermain dari ujung baju yang sudah mengelupas.
Hatinya benar benar hancur. Bahkan ia tidak bisa mengekspresikan rasa mana yang paling mendominasi. Marah, kecewa, rasa sakit yang membuat dadanya semakin tersesak seakan menyatu menjadi satu.
Di tindas oleh keluarga, dipatahkan oleh harapan dan dihancurkan oleh masa depan adalah kesakitan yang tidak akan pernah ada obatnya.
Sambil menarik nafas panjangnya dan dengan langkah yang tertatih. Papa Afzhal mulai mengetuk pelan pintu ruangan serta ikut membangunkan lamunan Lea.
Tuk
Tuk
Lea langsung tersadar dari lamunannya dan menatap tajam wajah Papa Afzhal. Tapi, dengan cepat ia kembali memalingkan wajahnya seolah jijik.
Air mata Papa Afzhal langsung melaju dengan cepat di kedua pipinya. Sambil menarik nafas panjangnya dan suara yang sudah terbata bata. Ia mulai melangkah pelan menghampiri Lea. "Ma-maafin Papa, Lea."
DEGH
Jantung Lea langsung berdetak sangat kencang. Ia tidak menyangka kalau ucapan itu akan keluar dari mulut Papanya. Selama ini yang keluar hanyalah sumpah serapah dan cacian yang begitu menyakitkan.
"Semua ini salah Papa. Kalau seandainya Papa bisa memberikan kamu kasih sayang yang lebih. Mungkin hidup kamu nggak akan hancur seperti ini."
"Ma-maafin Papa." Lirih Papa Afzhal.
Tepian mata Lea mulai berembum. Ia juga menggigit kencang bibir mungilnya karena berusaha menahan laju air matanya yang hampir tumpah.
"Semua kesalahan Papa sudah sangat fatal. Bahkan kata maaf pun nggak akan bisa nebus semuanya."
Air mata Papa Afzhal terus bercucuran di kedua pipinya hingga membuat nafasnya ikut tersendat sendat. "Tapi, dari hati Papa yang paling dalam. Papa benar benar menyesal, nak. Papa menyesal. Maafin Papa, nak."
Air mata Lea langsung melaju dengan cepat membasahi kedua pipinya. Dadanya semakin tersesak dan bibir mungilnya juga ikut bergetar sangat hebat.
"Kasih tahu Papa gimana caranya supaya bisa dapat maaf dari kamu, nak?"
Lea tetap terdiam dan tidak mengeluarkan sepatah katapun.
"Papa benar benar menyesal, nak. Kasih Papa kesempatan buat memperbaiki semuanya."
Lea tetap tidak merespon sedikitpun ucapan Papanya.
Papa Afzhal menganggukkan kepalanya dengan pelan sambil berusaha mengatur nafasnya yang sudah sangat tersendat. "Iya, nak. Papa ngerti."
Sambil menarik nafas panjangnya dan langkah yang tertatih. Papa Afzhal menghapus pelan air matanya dan bergegas pergi meninggalkan Lea.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lentara Untuk Zaujaty [END]
Fiksi Remaja"WHAT? DI JODOHIN? NGGAK. GUE NGGAK MAU." Bagaimana jika kamu di jodohin orang tua tanpa persetujuan kamu? Apalagi di jodohin sama laki laki yang belum pernah kamu kenal sama sekali? Apa yang akan kamu lakukan? Yaps itulah yang dirasakan oleh Azzale...