NADIR - 9

301 76 23
                                    

Hari pertama Zee dimulai sejak pagi buta. Zee bangun lebih awal dari biasanya, mengumpulkan nyawanya dengan segelas air putih. Ia sadar, hari ini akan menjadi langkah besar untuk dirinya dan keluarga. Setelah diam sebentar, Zee bergerak menuju dapur untuk menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anaknya.

Di dapur, Zee menggoreng telur, memasak nasi, dan merebus beberapa sayuran. Ia tak lupa membersihkan rumah terlebih dahulu. Pagi itu berjalan lancar, Ferrel tau betul bahwa Zee sedang tegang, karna ini hari pertamanya bekerja setelah sekian lama tidak bekerja.

"Semangat ya, sayang." ujar Ferrel sambil mengusap lembut punggung Zee. "Inget, kamu nggak perlu overthinking ya, lakuin yang terbak aja, ok?"

Zee tersenyum lemah, tapi hatinya menghangat mendengar dukungan Ferrel. Setelah sarapan, Zee mencium kening anak-anak dan berpamitan. Ia memandangi mereka sejenak sebelum melangkah keluar rumah, merasa berat hati meninggalkan keluarga untuk hari yang panjang. Namun, tekadnya sudah bulat, demi masa depan yang lebih baik.

Untuk Hari pertama ini, Zee diantar oleh Ferrel, baru setelah itu Ferrel akan kembali dan mengantar anak-anak ke rumah orang tuanya, sebelum ia bekerja. Sepertinya ini akan menjadi rutinitas baru untuk keduanya.

Saat Zee tiba di lokasi, gedung modern dengan logo besar "Belle Époque" sudah menyambutnya. Pintu kaca otomatis terbuka saat ia melangkah masuk, dan seorang wanita muda dengan seragam perusahaan, Grace, yang sebelumnya menawarinya pekerjaan, segera menghampiri Zee dengan senyum hangat.

"Haiiiii, akhirnya sampai juga! Udah siap buat hari ini?" tanya Grace penuh semangat.

Zee mengangguk dengan canggung, mencoba menenangkan debaran di dadanya. Grace membimbing Zee menuju ruang persiapan. Di sana, beberapa model lainnya sedang merapikan diri, dan tim makeup serta stylist sudah bersiap dengan alat-alat mereka.

"Ini ruang ganti kamu, Zee. Ini mbak Yanti, MUA kamu, ntar kalo udah selesai, sekitar jam 9.30 kamu langsung ke studio aja ya. Ntar dari sini langsung ke kiri aja, ok?" jelas Grace, memastikan Zee tahu apa yang akan terjadi.

Saat duduk di kursi makeup, Zee dikelilingi oleh tim stylist dan makeup artist yang cekatan. Mereka membersihkan wajahnya, mengaplikasikan foundation, dan mempertegas riasan di wajahnya hingga menonjolkan karakter alami Zee. Dalam cermin, Zee hampir tak mengenali dirinya sendiri. Makeup yang digunakan menambah kesan elegan, dan baju yang dipilihkan adalah gaun modern dengan desain mewah. Ia mulai membayangkan apabila pernikahannya menggunakan gaun semahal ini.

Setelah persiapan selesai, Zee diajak masuk ke dalam studio foto yang dipenuhi dengan pencahayaan profesional, latar belakang polos, dan peralatan kamera. Fotografer, seorang pria bernama Dimas, menyambutnya dengan ramah.

"Oke, Zee, nggak perlu gugup ya. Coba posisinya rileks saja, terus kasih senyum yang paling natural ya." kata Dimas sambil menyesuaikan kamera.

Zee mengangguk dan mencoba mengingat arahan yang diberikan Dimas. Awalnya, Zee merasa kaku, tapi seiring berjalannya waktu, ia mulai menyesuaikan diri. Dimas terus memberikan arahan untuk pose yang natural dan senyum yang tulus.

"Ok cakep! Itu dulu mungkin mbak Grace. Oh ya, kamu baru ya? Kamu punya potensi yang besar banget loh di modeling ini. Ga keliatan kaya newbie." ucap Dimas memberi semangat. Zee merasa lebih tenang dan mulai menikmati prosesnya.

"Terima kasih kak, mohon bimbingannya." Balas Zee dengan ramah.

Setelah beberapa jam, sesi foto pertama selesai. Tim produksi merasa puas dengan hasilnya, dan Zee juga merasa lega. Meski sedikit lelah, ia senang karena bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Saat istirahat makan siang, Grace mengajak Zee bergabung dengan tim untuk makan siang di ruang pantry perusahaan. Sembari makan, Grace dan beberapa rekan kerja lainnya berbincang santai dengan Zee, memperkenalkannya pada budaya perusahaan dan memberi tips tentang pekerjaan model.

"OMG! Ini mbak yang barusan selesai photoshoot kan? Yaampun keren banget mbak! Kenapa ga dari dulu coba." puji salah satu model yang juga terkejut karna Zee tak nampak seperti orang yang baru terjun di dunia modeling.

Zee tersenyum malu. Mendengar dukungan dari rekan-rekannya membuat ia semakin termotivasi untuk bekerja lebih keras. "Hehe, saya masih baru kak, lagian juga dari dulu ga pernah kepikiran buat jadi model" Jawab Zee masih dengan canggung.

Setelah istirahat makan siang, Zee kembali ke lokasi pemotretan, kali ini untuk sesi foto di luar ruangan. Mereka memilih latar alam yang asri dengan pohon-pohon rindang dan bunga-bunga berwarna cerah sebagai latar belakang. Dukungan dari sinar matahari sore juga menambah kesan yang sangat indah.

"Eeeee, hadap kanan coba, terus sambil mainin rambutnya" kata Dimas memberi arahan.

Zee mengikuti arahan dengan luwes, semakin menikmati setiap prosesnya. Ia mulai menyadari bahwa bekerja sebagai model memberikan ruang untuk mengekspresikan diri dengan cara yang berbeda. Rasa gugup dan canggung yang tadi sempat dirasakannya perlahan mulai hilang, digantikan dengan rasa senang dan adrenaline.

Setelah seharian bekerja, Zee akhirnya kembali ke rumah menjelang malam. Kali ini dia diantar oleh Grace. Sesampainya di rumah, ia mendapati Ferrel sedang duduk di ruang tamu dengan sasa dipangkuannya dan Mika yang sedang asik menghitung. 

"Ibu pulang!" teriak Mika sambil berlari menghampiri Zee dan memeluk ibunya.

Zee tersenyum lebar dan merangkul anak-anaknya dengan hangat. "Maaf ya, ibu lama pulangnya."

Ferrel mendekat dan tersenyum lembut. "Gimana hari pertama kerja?" Ada rasa bangga pada kalimat Ferrel. 

Zee mengangguk, lalu duduk bersama keluarga kecilnya di ruang tamu. Ia baru menyadari, bahwa lelahnya bekerja tak sebanding dengan bahagia hatinya ketika melihat suami dan anak-anaknya. Zee menceritakan setiap momen yang dialaminya di tempat kerja, mulai dari perasaan canggung hingga rasa bangga saat melihat hasil fotonya.

"Huft, rasanya kaya masih ga nyangka mas" ujar Zee sambil tersenyum. 

"Aku bangga sama kamu. Fotonya bagus bagus gini sih, jadi ga rela deh istriku diliat orang banyak nantinya." Canda Ferrel yang sedang menggoda Zee.

Malam itu mereka habiskan dengan bercerita masing-masing hari mereka. Ferrel juga menceritakan apa yang Sasa dan Mika lakukan selama bersama kakek-kakeknya. Semua kekhawatiran mereka mulai hilang satu persatu. Sudah tidak ada hutang plus pemasukan mereka akan bertambah juga.

NADIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang