24. Harus jaga jarak

29 5 10
                                    

"bapak bawa apa?" tanya nya.

"bawa baju kerja, gak mungkin saya harus bolak-balik dari rumah kamu terus kesini tau sendiri kalau pagi selalu macet kan".

"dah, ayo" ajak Rassya segera.

Aqeela pun menggerutu "salah siapa ajak gue kesini, jadi repot kan lu".

*

Dari bagasi rumah nya menuju gerbang keluar, Rassya mengemudi mobilnya pelan. Ia menekan klakson saat sampai di pos satpam rumahnya. Itu membuat pak satpam spontan bangun, lalu segera berdiri sigap.

"loh pak, ini masih belum ada jam 4. Mau kemana?" tanya pak satpam tersebut.

Dengan senyuman ramahnya Rassya menjawab "mau keluar pak cari makan, ini tuan putri lagi lapar soal nya" ucapnya sembari melihat Aqeela sekilas.

tuan putri? ahh yang benar saja. Batin aqeela "apa-apaan sih nih orang bilang gue tuan putri".

Mendengar kata tuan putri membuat pak satpam harus menunduk melihat seseorang yang duduk di sebelah Rassya. Tersenyum lebar, pak satpam tersebut paham. "oohh, yaudah pak".

"Terimakasih ya pak" ucap Rassya sembari berjalan keluar melewati gerbang rumahnya.

Pada perjalanan pagi yang masih petang ini. Jalanan masih terlihat sepi, walau sepi langit justru di ramaikan oleh bintang dengan bulan yang menjadi tuannya. Ketenangan, dan rasa aman tercipta di sela-selanya. Dingin tak membuat dua pihak ini terkecoh. Diam meringkuk, perempuan ini memperhatikan jalan yang tak tahu objek mana yang dilihatnya. Hei, ingin sekali menyadarkan sekali lagi. Pria ini sedang menunggumu membuka topik, bahkan berusaha menerobos hatimu yang terkunci itu. Berikanlah ia sebuah kunci atau kode yang mana itu maksud bahwa kau menghargai keberadaan nya. Tidak apa, mungkin tak sekarang bahwa kau harus riang di depannya. Masih ada esok hari bahkan nanti pria ini akan selalu menunggu sosok gembira mu yang kau sembunyikan itu.

Ekkhmm!!

Deheman akhirnya tercipta, yang benar saja fikir Rassya. Tidak mungkin ia membawa pulang perempuan ini tanpa memberi kesenangan apa-apa.

Aqeela menoleh "hm?" dengan muka masam dan tiba-tiba menjadi polos itu.

"kamu kenapa?" tanyanya.

tersenyum sekejap "gak apa-apa" jawabnya lalu kembali pada posisi semula nya.

Rassya berfikir keras, melihat aqeela diam sedari tadi membuatnya tidak enak.

"Dimana jam segini tempat makan yang udah buka ya?"

"laper"

"kamu pengen apa?"

"jajan?mainan?makan?sarapan?"

Menghela nafas pelan "Di depan ada kang bubur yang udah buka" ucap aqeela tanpa menoleh pada Rassya.

"okey, di depan ya".

Aqeela melihat Rassya yang tengah menunggu pesanan buburnya. Rambut belah tengahnya Rassya, kaos hitam. Celana Levis selutut nya beserta jam tangannya yang ia pakai. Panggilan mas memang sudah cocok untuk di utarakan pada Rassya. Memikirkan nya, kok bisa ya ada laki-laki seperti Rassya yang seperti begitu menginginkannya. Batin aqeela 'ah mana mungkin'. Sosok Aqeela itu selalu bertarung dengan pendirian nya yang anti pria. Trauma masalalu membuat nya menjadi perempuan yang sewajarnya saja.

Rassya berjalan menuju mobil yang dimana Aqeela menunggu disana. Jari Rassya mengetuk ke arah kaca mobil, melihat tangan Rassya yang membawa 2 mangkuk bubur, kepekaan Aqeela sangat terbilang baik. Ia membuka pintu mobil dari dalam dan lalu...

"makan disini pak?" tanya aqeela sedikit heran.

Rassya mengangguk "iya" sembari memberikan satu mangkuk bubur kepada Aqeela.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RapsodiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang