Bela kembali tinggal di rumah Luis. Ia dapat uang konpensasi atas tindakan malpraktik yang dilakukan Erik, juga tidak perlu membayar biaya rumah sakit dan pemakaman selama tidak membawa masalah ini ke jalur hukum. Tentu Bela dengan senang hati menyetujuinya, toh ia juga memang tak ingin menuntut rumah sakit dari awal.
"Kau bisa istirahat saja Bela, tidak usah terlalu memaksakan diri," ucap Luis begitu melihat Bela menyiapkan makan malam setelah banyak masalah yang harus ia hadapi di rumah sakit hari ini.
Bela mengangguk sambil tersenyum. "Aku sudah lega sekarang," ucap Bela lalu menyajikan masakannya dan duduk bersama Luis untuk makan malam kali ini.
Luis tersenyum ikut senang mendengar ucapan Bela.
"Setidaknya aku dapat konpensasi, aku bisa mencari tempat tinggal baru," ucap Bela.
Luis langsung tersedak mendengar rencana Bela. Ia merasa sudah memberi tempat tinggal yang baik dan nyaman untuk gadis itu. Tapi kenapa Bela malah menginginkan tempat tinggal baru lagi? Apa ini masih kurang?
"Maaf..." ucap Bela yang sadar sudah membuat Luis kaget dengan ucapannya barusan sambil mengambilkannya minum.
"Pindah kenapa?" tanya Luis setelah berhenti tersedak sambil menggenggam tangan Bela.
Bela menundukkan pandangannya sejenak. Dihatinya ia begitu nyaman bersama Luis, namun ia juga khawatir kalau bergantung pada Luis dan akan membebaninya.
"J-jangan pergi. Disini saja...aku tidak mau sendirian Bela..." ucap Luis yang terdengar memohon pada Bela dengan suara bergetar.
Bela terdiam kaget tak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut Luis.
"Aku sengaja keluar dari rumah sakit agar aku bisa dekat denganmu, kita bisa menghabiskan banyak waktu bersama, kau bisa tinggal dengan lebih baik dan aman denganku. Kumohon jangan pergi." Luis mulai berkaca-kaca dan tampak begitu depresi.
Bela langsung mendekat pada Luis dan memeluknya begitu Luis mulai sesak nafas dan gemetar dengan airmatanya yang siap mengalir kapanpun ia berkedip itu. Luis langsung memeluk erat tubuh Bela, membenamkan wajahnya di tengkuk Bela dengan perasaan yang begitu rapuh dan selalu tersisihkan.
"Aku hanya memilikimu Bela, kalau kau juga pergi aku tidak tau harus bagaimana lagi..."
"T-tidak, aku tidak pergi..." ucap Bela menenangkan Luis sembari mengelus punggungnya.
Luis mengangguk lalu tersenyum meskipun airmatanya masih mengalir dan tampak begitu enggan melepaskan Bela.
"Aku akan terus disini, menemanimu," ucap Bela lalu menyeka airmata Luis dengan ibujarinya.
"Janji?" tanya Luis penuh harap.
Bela langsung mengangguk dan mengecup kening Luis dengan lembut. "Janji."
"Kau tidak boleh menarik ucapanmu lagi! Kau sudah berjanji! Jadi selamanya harus bersamaku!" ucap Luis yang masih terdengar merengek dan begitu rapuh seperti seorang anak kecil.
Bela tersenyum lalu mengangguk sebelum ia dan Luis akhirnya melanjutkan makannya. Luis juga makan bersamanya, meskipun ia tampak jauh lebih cemas sekarang dan beberapa kali tampak berusaha tetap menggenggam tangannya. Bela tak keberatan sama sekali dengan apa yang Luis lakukan, ini kali pertamanya ada orang lain selain mendiang ibunya yang begitu menyayanginya.
Luis juga membantu Bela mencuci piring dan merapikan dapur sebelum keduanya bersantai di ruang tengah.
"Aku mau mandi dulu," ucap Bela setelah semua selesai.
"Ikut..." lirih Luis dengan cemas.
"Eh!" pekik Bela kaget sembari menepuk bahu Luis lembut.
Luis langsung sadar kesalahan yang ia ucapkan. "A-aku akan menunggu disini," jawabnya gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
POISON
RomanceLuis (35) seorang mantan dokter bedah yang mengalami depresi sertra tauma pasca kegagalan oprasi yang ia kerjakan, jatuh dalam keterpurukan di bangsal rumah sakit jiwa. Ketakutannya untuk menghadapi kenyataan di tambah dengan segala makian yang teru...