Bela memandangi cincin yang melingkar di jari manisnya. Ini perhiasan pertama dalam hidupnya. Jemarinya yang banyak bekas lukanya kini jadi sedikit lebih cantik dengan cincin dari Luis. Luis juga memakai cincin di jari manisnya. Keduanya sama bahagianya dan merasa saling memiliki seutuhnya sekarang.
Kadang memang Luis tidur di kamar Bela, kalau paranoidnya kambuh atau ketakutan jika Bela meninggalkannya. Tapi sejak Luis secara resmi melamarnya, kini Bela tak canggung lagi untuk tidur bersama Luis. Bukan di kamar Bela lagi, tapi sudah di kamar utama, kamar Luis.
"Aku mencari tanggal yang pas, tanggal dengan nomor yang cantik," ucap Luis yang dari tadi sibuk membolak-balik kalender di tangannya.
"Tanggal berapapun bagiku cantik," ucap Bela lalu meletakkan potongan apel untuk Luis dan duduk di sampingnya sambil menonton TV.
"Begitu ya?" tanya Luis dengan senyum sumringahnya yang langsung di angguki Bela. "Kita harus bertemu ayahku, aku harus mengenalkanmu padanya," ucap Luis antusias.
Bela tersenyum lalu mengangguk pelan. "Aku jadi takut, bagaimana kalau dr. Damian tidak menyukaiku?" ucap Bela lalu menyuapi Luis sebelum ikut makan apel bersamanya.
"Suka!" jawab Luis tegas dengan alis berkerut marah.
Bela kembali tersenyum melihat respon Luis.
"Aku hanya menyukaimu, bagaimana bisa ayahku tidak suka?" Luis mulai mengomel dan Bela tertawa kecil mendengarnya. Luis begitu manja dan kadang terasa seperti anak-anak yang haus kasih sayang dan sering di abaikan yang terjebak di tubuh pria dewasa. "Nanti aku akan bilang kalau kau mengurusku setiap hari, jadi dengan atau tanpa restu darinya aku akan tetap menikahimu. Kalau dia menentang aku akan segera menghamilimu dan memberinya banyak cucu," ucap Luis sambil mengunyah apelnya.
Bela tertawa dengan wajahnya yang mulai merona dan geleng-geleng kepala. Kadang pikiran Luis begitu sederhana, entah memang ini sifat aslinya atau hanya sisi lainnya setelah di rawat dan mentalnya terguncang. Tapi yang jelas Bela tak keberatan dan nyaman dengan apapun yang Luis lakukan.
"Bela, memangnya kalau ayahku tidak setuju kau mau apa?" tanya Luis lalu mendekap Bela sambil terus melihat kalendernya.
"Emm..." Bela berpikir sejenak sembari menyamankan posisinya dalam dekapan Luis. "Mungkin aku akan mengambil tawaran Stiven," jawab Bela.
Luis langsung meletakkan kalendernya dan menatap Bela dengan serius. "Tawaran apa?!" tanyanya kaget.
"Magang jadi perawat di rumah sakitnya," jawab Bela sembari menegakkan tubuhnya kembali.
"Tidak! Tidak usah! Tidak boleh! Jangan! Aku tidak setuju! Tidak mau!" tolak Luis dengan begitu tegas dan serius sembari merangkul pinggang Bela agar gadisnya itu kembali dalam dekapannya.
"Gajinya lumayan..."
"Kau kan sudah janji untuk menjadi milikku selamanya, tidak mengkhianatiku, tidak meninggalkanku. Kenapa malah magang di tempat Stiven?" ucap Luis sembari mendekap Bela dengan erat.
"Tidak, belum. Kan hanya kalau ayahmu tidak setuju. Aku akan tetap bekerja padamu," ucap Bela mencoba menenangkan Luis.
Luis langsung melepaskan Bela dari dekapannya dan berjalan masuk ke kamarnya bersiap mengurung diri. "Kau jahat, kau lebih menyukai Stiven daripada aku," dan Luis membanting pintu kamarnya.
Bela langsung mendekat ke kamar Luis, mengetuk pintunya sebelum melangkah masuk. Luis menangis dalam diam yang sukses membuat Bela merasa bersalah karena sudah menjadikan Stiven sebagai bagian dalam pertimbangannya. Padahal Bela tau betapa rapuhnya Luis tanpanya, betapa lembut perasaan Luis, dan betapa cintanya Luis padanya hingga mereka bisa sejauh ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
POISON
RomantikLuis (35) seorang mantan dokter bedah yang mengalami depresi sertra tauma pasca kegagalan oprasi yang ia kerjakan, jatuh dalam keterpurukan di bangsal rumah sakit jiwa. Ketakutannya untuk menghadapi kenyataan di tambah dengan segala makian yang teru...