Kepala Daniela rasanya mau meledak. Ujian akhir semester alias UAS akan segera dimulai dalam satu minggu. Setelah NACO selesai, hari-harinya dipenuhi dengan tugas dan presentasi. Sebagai mahasiswa lintas jurusan yang mengambil IPA di SMA dan soshum saat kuliah, Daniela sedikit kesulitan. Tak jarang ia merasa minder dengan teman-temannya yang dengan mudah mengikuti perkuliahan. Tapi toh Daniela sedari dulu tertarik dengan bidang sosial. Jadi ia tak pernah menyesal memilih jurusan ini.
Untungnya semester satu masih banyak mata kuliah umum. Dan ia bersyukur satu kost dengan orang-orang yang menguasai jurusan masing-masing. Ia bisa minta bantuan Hugo untuk Pengantar Manajemen, ia bisa berdiskusi dengan Zefran atau meminta bantuan Arjuna untuk mata kuliah akuntansi, ia bisa meminta bantuan Rafa untuk mata kuliah bahasa dan ia bisa mengajak Zefran dan Chris untuk berdiskusi tentang mata kuliah Kewarganegaraan.
Mikael? Tidak perlu ditanya. Sejak kakak laki-lakinya maju mencalonkan diri sebagai ketua BEM FEB, Daniela semakin sedikit memiliki waktu dengannya. Apalagi setelah dia benar-benar terpilih menjadi ketua BEM FEB, Mikael semakin jarang ada di kost. Lebih banyak waktunya dihabiskan di sekretariat BEM. Bahkan saat pulang ke Surabaya di akhir minggu, Daniela lebih sering pulang sendiri naik bus atau kereta api.
Hari Minggu malam itu, sehari sebelum minggu ujian, Daniela mengerjakan soal-soal latihan yang ia dapat dari teman-temannya untuk mempersiapkan ujian Pengantar Akuntansi. Setidaknya Daniela sudah mulai memahami dasar-dasarnya. Tinggal membiasakan diri dengan soal-soal karena pasti dosennya tidak memberi soal esai dengan jawaban berparagraf-paragraf atau pilihan ganda melainkan soal praktek pengerjaan perhitungan akuntansi.
Meja di kamar Daniela tidak cukup untuk dirinya membuka buku Pengantar Akuntansi berbasis IFRS nya yang setebal tembok, berlembar-lembar kertas untuk latihan, dan beberapa fotokopi catatan dari temannya. Belum lagi modul mata kuliah Kewarganegaraan yang juga akan berlangsung keesokan harinya. Sehingga Daniela memindahkan ruang belajarnya ke ruang tamu, berharap tidak ada tamu yang akan datang.
"Belajar apa, Dan?" Arjuna tiba-tiba duduk di sofa di depan Daniela yang memilih duduk di lantai.
"Ini lho, Mas. Aku dapet referensi soal ujian tahun lalu. Tapi dari tadi aku ngerjain masih gak balance neracanya," keluh Daniela.
"Sini aku lihat," ujar Arjuna sambil meraih kertas di depan Daniela.
Laki-laki itu mengerutkan keningnya saat ia fokus dengan kertas jawaban Daniela di tangan kanan dan fotokopi soal di tangan kiri. Lalu ia letakkan kertas Daniela dan meraih pensil di meja.
"Yang di sini kamu salah masukinnya. Harusnya ini sisa yang belum dibayar aja yang masuk akun hutang. Ini kamu masukin total nilai invoicenya. Makanya gak balance," jelas Arjuna sambil mencoret di bagian yang salah. "Harusnya di tiap pencatatan transaksi kamu udah bisa memastikan udah balance apa belum debet kreditnya."
Daniela mengangguk-angguk setengah fokus. Setengah perhatiannya berpindah ke cara Arjuna mengernyitkan kening saat berpikir, atau hidungnya yang mengerucut, atau tahi lalat di bawah mata lelaki itu.
Arjuna menoleh karena tidak ada respon verbal dari gadis di depannya. "Malah ngelamun!" tegur Arjuna sambil menjentikkan pensil ke kening Daniela.
"Aw!" pekik gadis itu. "Sakit, Mas!"
"Makanya fokus. Ngeliatin apa sih? Ada nasi di muka ku?"
"Mas Arjuna ganteng gitu kenapa gak pacaran?" tanya Daniela tiba-tiba. Daniela dan mulutnya yang tanpa filter.
"Ya gak pengen aja." Arjuna menggaruk lehernya salah tingkah. "Udah, nih benerin. Kalau nanti ada yang kesulitan tanya aku aja gak apa-apa. Atau kerjain bareng-bareng sama Zefran."
YOU ARE READING
Kost Biru
FanfictionCerita delapan orang yang tinggal di bangunan kost yang sama. Daniella, Mikael, Rafa, Hugo, Arjuna, Nando, Chris, dan Zefran. Bagaimana cerita mereka sebagai mahasiswa perantauan? Jeno ft NCT Dream x original character Alternate universe story by...