Chapter 4 - Batu Rame-Rame

16 5 0
                                    

Jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Lima laki-laki dan satu perempuan penghuni Kost Biru berkumpul di ruang tamu di lantai satu. Mereka sudah sepakat untuk bersama-sama ke Batu dan menghabiskan malam di daerah Paralayang hari itu dan berangkat pukul tujuh. Tapi hingga saat ini Mikael  masih belum terlihat batang hidungnya. Rapat BEM.

Nando, Zefran, Hugo dan Chris sudah berisik sambil mabar game online di ponsel mereka. Pandangan Arjuna dan Rafa terpusat pada ponsel masing-masing, entah apa yang sedang mereka lihat atau baca. Begitupun dengan Daniela hingga lima menit yang lalu. Selanjutnya gadis itu merasa bosan dan matanya mulai berat. Daniela bukan mengantuk karena capek. Toh minggu pertama perkuliahan tidak terlalu berat untuk mahasiswa baru sepertinya. Hanya berisi perkenalan dosen, penjelasan silabus atau rencana pembelajaran selama satu semester, dan beberapa dosen sudah membagi kelompok untuk tugas-tugas ke depannya. Daniela hanya merasa bosan harus menunggu kakaknya yang tak kunjung muncul.

"Apa ditinggal aja ya, Mas? Kita berangkat berenam aja. Kan kemaren yang janjian juga kita-kita aja," kata Daniela pelan lalu menguap untuk kesekian kalinya.

"Kunci mobil Mas Mika kamu bawa gak? Atau mau naik motor?" tanya Rafa yang disambut gelengan Daniela.

"Jangan naik motor, lah. Aku males nyetir dingin-dingin," sahut Nando dengan mata masih fokus ke ponselnya.

"Barusan Mas Mika udah chat kalo udah selese. Habis ini dia langsung balik dan kita langsung berangkat," jawab Arjuna yang perhatiannya kali ini sudah beralih ke gadis di sampingnya itu. "Ngantuk, ya? Tunggu di kamar dulu aja. Nanti aku ketok kalo udah mau berangkat."

"Gak mau. Udah rapi gini kalo ke kamar bawaannya tiduran."

"Ya udah sini nyender," tawar Arjuna sambil menepuk pundaknya. Daniela yang memang merasa mengantuk pun menyandarkan kepalanya ke sisi bahu Arjuna dan tak butuh waktu lama untuknya memejamkan mata.

Arjuna kembali sibuk dengan ponselnya. Dan di seberang mereka Rafa hanya memandang dengan tatapan curiga.

***

"Aku kira di Malang aku bakal lebih sering sama Mas Mika daripada pas di Surabaya dulu. Ternyata sama aja. Huh!" gerutu Daniela di kursi penumpang mobil Mikael.

Mikael tertawa dan tangan kirinya meraih kepala Daniela untuk mengacak-acak rambutnya. "Maaf, dek. Kan Mas sering cerita kalau Mas sibuk organisasi."

"Aku gak nyangka separah ini, ya." Daniela melipat kedua tangannya dengan bibir yang masih mengerucut sebal.

"Kan akhirnya masih bisa berangkat. Belum terlalu malem juga kok. Ke Paralayang itu enaknya malem sampe menjelang pagi, Dan," sahut Hugo dari belakang.

"Mas Mika, kata Mas Arjuna mampir beli jagung bakar dulu di Batu," ujar Chris setelah membuka pesan dari Arjuna yang ada di mobil Nando.

"Kita apa mereka yang mampir? Mending salah satu aja biar lainnya bisa cari spot dulu di lokasi," kata Mikael. Pandangannya masih fokus ke jalan di depan.

"Bentar, Mas." Daniela mendengar suara Chris yang bergumam sembari membalas pesan Arjuna. "Mereka aja katanya. Kita disuruh duluan."

"Oke."

Sekitar satu jam kemudian Mikael sudah memarkir mobilnya setelah sebelumnya membeli tiket di loket pintu masuk.

Daniela yang sudah bersemangat segera membuka pintu namun langsung menyesali keputusannya untuk memakai satu jaket saja. Dingin. Ketinggian di atas 1000 mdpl dengan mengenakan satu lapis jaket tipis adalah pilihan yang buruk. Daniela merutuki kebodohannya sendiri.

"Nih." Tiba-tiba jaket berwarna coklat ada di pangkuan Daniela. Daniela mendongak dan ada Hugo di depannya. "Pake punyaku aja. Crewneck ku cukup tebel, kok. Udah biasa juga."

Kost BiruWhere stories live. Discover now