Chapter 1 - Kost Biru

23 3 0
                                    

Matahari masih belum tinggi, setidaknya cukup menjaga udara segar di sekitar saat Mikael melajukan mobilnya menembus jalanan sekitar kampus yang masih sepi karena libur semester belum usai. Daniela di kursi penumpang menikmati memandangi kota yang akan menjadi rumahnya empat tahun ke depan.

Daniela dipaksa bangun lebih pagi dari biasanya oleh Mikael karena lelaki itu tidak mau kesiangan di jalan, apalagi jika harus terjebak macet orang-orang yang berangkat bekerja mengingat hari itu adalah hari kerja. Bahkan mereka berangkat ke kota rantauan tempat mereka berkuliah sebelum orang tuanya berangkat kerja.

"Adek, jaga diri. Mas, jaga adeknya. Jauh dari rumah, kalian cuma punya satu sama lain. Kalo ada apa-apa telepon Ayah atau Bunda, ya," begitu ujar ibu mereka pagi itu saat mereka berdua berpamitan.

Butuh dua jam untuk sampai di kos. Mikael memarkir Honda Civic Birunya di ujung parkiran setelah masuk melalui gang-gang yang hanya cukup untuk dua mobil berpapasan. Kost dengan cat tembok dan pagar yang didominasi warna biru muda itu menjulang di depan mereka.

"Sampe!" seru Daniela riang. Ini bukan kali pertama ia ke kost itu. Sudah beberapa kali Daniela bermain ke kost kakaknya apalagi saat ia ingin berjalan-jalan di kota kecil itu untuk menghindari panasnya Surabaya.

"Bantuin lah, dek. Ini barangmu sendiri masa Mas semua yang bawa," rutuk Mikael sambil menurunkan koper dan beberapa kardus dari bagasi mobil.

"Hehe, iya iya, Mas. Biarkan aku menikmati udara segar ini dulu dong," sahut Daniela sambil berlari kecil ke arah belakang mobil untuk mulai mengangkut barang-barangnya sendiri.

"Masuk angin kamu. Dari keluar tol sampe kost jendela dibuka lebar gitu."

"Sssttt! Jarang-jarang aku ngerasain udara seger gitu."

"Tunggu aja agak siangan dan udah mulai rame mahasiswa. Nyesel kamu ngomong gitu," ujar Mikael sambil menutup bagasi mobilnya saat semua barang sudah berhasil di keluarkan. "Kunci mana? Udah dikasi sama Bude kan?"

Daniela membuka tas kecil yang melakat di tubuhnya sedari berangkat tadi dan mengambil kunci yang sudah ia gantungi dengan gantungin kunci akrilik bergambar idola kesayangannya dalam bentuk kartun.

"Dih," cibir Mikael setelah menerima kunci itu dan segera membuka pintu gerbang dalam dan membuka pintu kamar Daniela yang bertuliskan angka 1.

Kost Biru. Dulu Daniela tidak pernah membayangkan akan merantau dan tinggal di kost sebelum lulus seluruh pendidikannya. Sebagai anak bungsu, Daniela menikmati tinggal di rumah dengan orang tuanya, beda dengan sang kakak yang sedari SMA sudah meminta untuk merantau ke kota pendidikan ini. Dan sekarang di sinilah ia, menikmati nasib yang sama dengan kakaknya setelah gagal masuk ke kampus pilihan pertamanya di Surabaya.

Tentu saja ayah dan bunda Daniela yang tidak pernah melepas si anak perempuan jauh sangat khawatir. Mereka memilih menyewa kamar kost milik saudara mereka sendiri, Bude Sila, di mana sang kakak sudah lebih dahulu di sana sejak kelas sepuluh.

Hanya perlu lima menit untuk kakak beradik itu memindah semua koper dan kardus dari parkiran ke kamar Daniela. Mikael hanya membawa satu koper kecil dan ransel mengingat sebagian besar barangnya sudah ada di kamar kos.

"Kamarku yang nomor 5. Sebelah kamar mas itu kosong, katanya diisi anak baru. Yang kamar nomor 2 sama 3 kosong, tapi katanya belum ada yang isi juga. Dapur umum, ruang tamu, parkiran motor di lantai satu semua. Di lantai atas ada 5 kamar, ruang santai, ruang cuci sama jemuran. Nanti kalau udah pada dateng kita kumpul bareng-bareng biar pada kenalan," jelas Mikael panjang lebar. "Mau kost-tour sekalian apa mau istirahat dulu?"

"Aku unpacking dulu aja, Mas. Nanti temenin cari makan, ya. Jadi kost-tour dulu terus cari makan," jawab Daniela dan bersiap menutup pintu kamarnya dari dalam. "Eh, sama ajakin ke kampus. Hehe," lanjutnya sambil mengintip dari balik pintu yang hampir tertutup.

Kost BiruWhere stories live. Discover now