11. Hongyi Cuma Khawatir

62 5 0
                                    

"Pukul sekarang, pukul!" teriak Heyu sekuat tenaga. Murid-murid penakut malah berlarian dan hanya tersisa 20 murid yang terkenal dengan keganasannya. Mereka menatap Rui dengan tajam. Tatapan itu setajam pisau namun sayangnya sekarang tak mempan jika tatapan itu di persembahkan untuk Rui.

Rui malah memiringkan wajahnya, meremehkan dua puluh murid paling nakal di sekolahnya.

"Yang mana ya yang paling enak ...." Rui berjalan memeriksa dua puluh murid itu. Saat Rui ada satu murid yang mencekal tangannya. Murid itu mencengkeram tangan Rui dengan kuat sampai membuat tangannya sendiri kesakitan.

"Ada apa?" Rui bertanya tanpa melepaskan cengkraman itu.

"Lo orang yang udah bunuh Kakak ...," ujar orang itu. Dia adalah seorang gadis tinggi yang cukup seksi. Gadis itu bernama Chen Duling.

Matanya memancarkan kebencian dan amarah. "Li Wujie!" teriak Chen Duling sambil terisak. Sepertinya tuli Rui malah mengorek telinganya seolah-olah ia tak mendengarnya.

"Oh sayang sekali gue gak peduli," jawab Rui yang dikendalikan Li Wujie. Jujur saja Li Wujie masih ingat dengan siswa yang telah ia gores tangannya di SMP waktu itu. Tapi dia tak menyangka jika siswa itu memiliki adik.

Jawaban Li Wujie ternyata membuat Siswi itu mengepalkan tangannya. Matanya memerah menahan kesal.

"Li Wujie!!" teriak gadis itu. Li Wujie tak menyangka jika gadis itu malah menendang perutnya.

Bugh

Li Wujie memegang perutnya yang terasa sakit. Ia masih bisa tahan buktinya sekarang Li Wujie berdiri, berjalan mendekati Chen Duling sambil memainkan pisaunya.

"Satu pukulan satu sayatan," ujar Li Wujie tanpa ekspresi.

Crat

Gadis yang lebih tinggi dari Rui itu terjatuh sambil menutupi tangannya yang berdarah. Dua puluh murid yang akan melawan Rui maju, mereka sudah siap memukul Rui mengunakan benda tajam yang mereka bawa.

Jiarui tak sengaja melihat salah satu dari mereka membawa celurit. Dia pun langsung menyuruh Ligth untuk menjatuhkan benda tajam itu dari tangan si siswa.

Mata Rui langsung ditutup oleh Jiarui agar ia tak bisa melihat Ligth yang melawan dua puluh orang di belakangnya itu. Bisa-bisa nanti Rui ikut-ikutan.

"Rui udah kita masuk kelas," ujar Jiarui berusaha mengalihkan pandangan Rui. Untung saja Rui yang sekarang ngaku-ngaku namanya Li Wujie itu menurut.

Jiarui membawa Rui duduk di bangkunya. Pemuda pirang itu tak menyangka jika Rui sering menggerutu sendiri.

Rui sibuk memeriksa luka di tubuhnya yang lebam-lebam.

"Cih apa yang di lakukan Rui sampai badan gue jadi kayak gini, perasaan dulu gak separah ini," mendengar ucapan itu keluar dari mulut Rui sendiri, agak aneh menurut Jiarui. Seorang Rui marah pada Rui.

Jiarui langsung mencari obat Rui di tasnya. Ayahnya bilang obat itu harus di berikan padanya. "Nih," Jiarui menyodorkan dua obat pada Rui.

"Thanks," Rui langsung ambil saja tanpa melihat apa itu. Jiarui yang melihat Rui mengunyah obatnya bahkan merasa kepahitan. Sepertinya Rui belum sadar jika yang di minumnya itu obat bukan permen.

"Cuih pahit!" Rui langsung menjulurkan lidahnya karena pahit. Jiarui dengan cepat memberikan Rui sebotol air dari tasnya.

"Gue kira permen," ucap Rui sambil mengusap mulutnya yang basah karena air liur.

Jiarui memperhatikan tingkah Rui yang menurutnya berbeda. 'Pasti dia masih Li Wujie kan?' tanyanya pada diri sendiri.

"Jadi bagaimana aku harus menyebut mu? Rui atau Li Wujie?" tanya Jiarui pelan-pelan.

Checkmate King (Yirui) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang