16. Aku Bukan Penjahat

27 4 0
                                    

Tangan Rui langsung dicekal oleh dua orang murid itu agar tak bisa bergerak. "Eh lepas!" teriak Rui panik, tangannya sudah diborgol mustahil Rui bisa lepas dari sepuluh anak nakal di hadapannya itu.

"Win!" suara di notifikasi ponsel Rui berbunyi. Murid-murid yang akan membawa Rui mengeryit kan alisnya mendengar suara notifikasi itu. Mereka kemudian merogoh kantong celana Rui, tempat Rui menyimpan ponselnya. Di ponsel itu mereka melihat Rank Rui yang sudah naik menjadi silver. Murid-murid itu kemudian saling berbisik karena ternyata Rank Rui sama dengan mereka. 'kita tidak bisa menyerangnya,' bisik salah satu murid itu. Tangan Rui pun di lepas mereka juga membuka borgol di tangan Rui dengan sebuah golok.

Akhirnya Rui bisa bernapas lega walaupun tangannya sedikit perih karena golok itu sedikit membuat luka ditangannya.

"Lawan Rui lawan!" Ada suara Bailu yang berteriak padanya. Ternyata gadis itu ada di atas jembatan merekam Rui sejak tadi.

'apa yang gadis itu lakukan bisa-bisa polisi sadar aku ada di sini,' Rui mengeram melihat aksi Bailu.

Karena takut polisi kembali lagi untuk menangkapnya, Rui pun langsung memukuli siswa-siswi yang menghalangi jalannya.

Benar saja gara-gara teriakan Bailu para polisi itu ternyata balik lagi. Mereka ternyata masih mengejar nya.

Para pelajar itu ternyata panik setelah di pukul mereka kabur terbirit-birit karena mereka sadar di luar sekolah mereka tak akan di lindungi oleh oleh siapa-siapa jika tertangkap oleh polisi.

"Woy kabur ada polisi," salah satu siswa menarik tangan Bailu. Tujuan polisi bukan menangkap mereka tapi menangkap Rui makanya polisi itu melepaskan para siswa yang suka nongkrong begitu saja.

Rui berusaha untuk kabur lagi namun sayangnya para polisi itu melompat kebawah jembatan mengejar Rui.

"Angkat tangan!" teriak Lei Mengsha sambil mengarahkan pistolnya kepada Rui.

Rui menggeleng ia masih berusaha untuk kabur meski polisi sudah mengepungnya, Rui tidak angkat tangan ia malah melawan sehingga polisi terpaksa menembak kakinya.

Dor

Kaki kanan Rui tertembak tepat sekali. Membuat Rui terpaksa mengangkat kedua tangannya untuk menyerah. Rui meringis menekan kakinya yang terkena peluru panas.

Lei Mengsha langsung mengendong Rui dibelakang punggung nya meski ia jahat Lei Mengsha tetaplah Ayahnya, Lei Mengsha juga pernah bahagia dengan kelahiran Rui sebelumnya.

"Saya tidak punya salah apa-apa kenapa kalian menangkap saya?!" teriak Rui sambil memukul-mukul punggung Ayahnya.

"Anda melakukan penganiayaan dan pembunuhan." jawab Lei Mengsha dengan formal.

"Kapan?" Rui semakin kebingungan karena ia tak mengingat apa-apa, ia merasa dirinya sudah baik dan mustahil melakukan sebuah penganiayaan apalagi pembunuhan.

"Ck, jangan pura-pura buktinya sudah jelas! kita lihat nanti saja di pengadilan apakah anda bersalah atau tidak." ujar polisi lainnya. Dia mendorong tubuh Rui dengan kencang setelah Rui turun dari gendongan Ayahnya.

•••

"Argh!" Rui memukul-mukul sel, berkali-kali ia meremas kepalanya tapi ia selalu tak ingat apa-apa. Kakinya masih terasa perih meski pelurunya sudah di angkat dari tubuhnya. Rui bingung harus bagaimana tak ada yang bisa menolongnya. Kenapa Ayahnya malah semakin jahat padanya. Bahkan sekarang sosok pria paruh baya itu hanya memperhatikannya dari kejauhan melihat kehancuran anaknya sendiri. Andai Rui ingat dengan dosa-dosanya andai saja, saat ini Rui hanya bisa memukul-mukul sel penjara agar bisa cepat keluar dari sel besi meski pada akhirnya itu hanya sia-sia.

"Rui..." Rui langsung berdiri mendengar orang yang memangilnya. Rui tersenyum bahagia karena ada orang yang menjenguknya, dia pasti akan membebaskan Rui. Pikirnya.

Rui melihat Jiarui dan Ligth yang datang menghampirinya, sepertinya Ligth sudah menyelesaikan permainannya. Sontak saja Rui langsung meraih-raih tangan mereka. "Ligth, Ligth, katakan bahwa aku tidak bersalah, mereka salah tangkap bukan aku pelakunya!" bela Rui.

Jiarui dan Ligth hanya diam. Mereka menghela napas kasar. Jiarui juga tak menyangka jika Rui akan dilaporkan oleh orang yang membencinya, Jiarui kira masalah itu sudah tertimbun dan mereka sudah melupakan tindakan Rui di masa lalu.

"Bukan aku..." Rui menggelengkan kepalanya.

"Tenang dulu gue bakal bantu lepasin elo, Jiarui udah siapkan pengacaranya," ucap Ligth kemudian melirik Jiarui.

Jiarui mengangguk, dia mengerti maksud Ligth, dia akan membantu Rui untuk keluar walau itu terdengar mustahil.

Senyuman Rui mengembang di wajah pucatnya. "Terimakasih! terimakasih!!" Rui bersujud di depan mereka berdua. Mulutnya tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih kasih. Jiarui terkejut melihat kedua tangan Rui yang lebam-lebam namun ia berusaha untuk tidak memperdulikannya karena dia tahu mungkin itu karena efek penyakitnya.

"Aku akan melakukan apa saja untuk kalian untuk membalas kebaikan kalian," ucap Rui yang lagi-lagi tak mampu untuk menyembunyikan rasa terimakasihnya pada Jiarui.

"Gue denger lo suka ini," Ligth memperlihatkan Rui cara membuat apel. "Aku menyukainya, dulu setiap pagi Ibu selalu buat bekal dari buah-buahan dia sangat kreatif dia sering sekali membuat aneka binatang dari ini." jawab Rui. Pemuda itu kemudian mengambil apel dari tangan Ligth, Rui menggosok-gosok apel itu ke bajunya kemudian mengigit nya. Ia menyukai rasanya.

Rui tak sengaja melihat dari kejauhan jika Ayahnya tersenyum melihat Rui membuat pemuda itu ingin berkata, "Ayah juga memberikan mata dari kacang polong kepada nasi goreng aku," sembari membalas senyuman Sang Ayah.

Tak lama senyuman Rui memudar mengingat Ayah dan Ibunya yang sudah tak peduli pada Rui.

"Mereka berhenti membuatkan bekal untuk ku gara-gara Yanan lahir..." Rui samar-samar ingat saat usianya menginjak lima tahun sifat kedua orangtuanya berubah.

Rui ingin curhat lebih lama lagi tapi sayangnya waktu bicaranya hanya sebentar.

"Waktu jenguk sudah habis." Ayahnya mengiring Jiarui dan Ligth untuk segera pergi.

••

Jiarui selalu diam setelah menjenguk Rui bahkan di depan kantor polisi Jiarui menendang kaki pengawalnya itu hingga terjatuh karena tiba-tiba ia merasa kesal.

"Kenapa lo malah masukin Rui ke penjara?" Jiarui marah pada pengawalnya. Ia tak menyangka jika Ligth akan menyuruh orangtuanya untuk membuka kasus penganiayaan yang Rui lakukan.

Ligth meringis mengusap-usap kakinya yang tendang Jiarui, kekuatan anak 15 tahun ternyata kuat juga.

"Dia berhak mendapatkan semua itu anggap saja ini hadiah," jawab Ligth yang masih meringis kesakitan.

Jiarui mengusap kasar wajahnya dia bingung menghadapi pengawalnya yang satu ini. "Bukti-buktinya sudah ada dan lengkap bahkan ada CCTV pula yang merekam penganiayaan yang Rui lakukan, dia gak akan selamat, gue gak bisa nolong dia.." ujar Jiarui dengan lesu.

Dengan gampangnya Ligth menjawab,

"Ya.. pengacara yang lo sewa gak akan bisa nyelamatin dia."

Ketika mulai melangkah untuk menjauh dari kantor Polisi ia tak sengaja berpapasan dengan Yanan, adik Rui. Ligth tidak sadar jika Yanan mendengar pembicaraan mereka.

Bersambung

Checkmate King (Yirui) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang