12 | Membeli Sesuatu

684 165 51
                                    

12

"Aku tidak pernah memikirkan pernikahan dan memiliki anak." Jaemin menjawab, dia memperhatikan ekspresi Renjun. "Menikah itu ... menyebalkan."

Renjun diam. Memandang Jaemin yang duduk di depannya. Lalu dia menyangga kepalanya dengan tangan kiri.

"Bagaimana bisa kau menganggap pernikahan itu menyebalkan jika kau belum pernah menikah?"

Jaemin terhenti. Ada benarnya juga. Tapi, Jaemin sudah bertahun-tahun melihat pernikahan orang tuanya. Melihat bagaimana seorang Alpha bersikap kasar dan dominan.

Dia memang tidak bisa terang-terangan menyebut pernikahan itu menyebalkan di saat dia belum pernah menikah. Tapi, ayahnya membuat Jaemin merasa kalau pernikahan itu tidak berguna.

"Kenapa kau mempermasalahkan hal itu?" tanya Jaemin sebal, "Kenapa kau tidak fokus saja pada kisah percintaanmu? Katanya kau memiliki hubungan gelap dengan ... keponakanmu sendiri."

Renjun hampir mengumpat mendengar itu. Kesal rasanya saat Jaemin menyebut hubungannya sebagai hubungan gelap. Padahal, 'kan, tidak. Itu tidak gelap. Hanya memang, sedikit kurang terang saja.

"Seperti tidak ada Alpha lain saja."

Renjun menatap Jaemin. Dia menghela napas. "Daripada dengan Haechan, aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan Mark. Kami selalu melakukan pertama kali itu bersama."

"Kau ciuman dan bercinta pertama kali dengan Mark?"

Tatapan tajam Renjun berikan untuk Jaemin. Sementara yang mendapatkan tatapan itu acuh. Biasa saja. Bukan sebuah masalah.

"Kau benar, aku melakukannya pertama kali dengan Mark."

"Usia berapa?"

"Kenapa kau ingin tau sekali?!"

"Karena aku penasaran!"

Renjun berdecak. Dia mengambil mangkuk kecil berisi anggur. Kalau tidak diperhatikan, tidak akan terlihat kalau Renjun tengah mengernyit. Alisnya sedikit bergerak seolah dia sedang berpikir keras.

"Untuk ciuman saat kami SMA, tapi untuk bercinta saat aku memasuki umur 20. Kalau aku tidak heat, kita tidak akan bercinta sampai sekarang."

"Begitu kah?" Jaemin menatap Renjun yang memakan jatah anggur miliknya. "Sampai kapan kalian akan menyembunyikan hal ini?"

"Sampai kami menemukan ujung benang merahnya."

Jaemin mengernyit. Dia mendorong piring kosongnya menjauh. "Apa maksudmu?"

"Kita bukan pasangan."

"Memangnya kau tau ciri-ciri yang bukan pasangan?"

Renjun menatap Jaemin bingung. Jelas saja. Ini informasi umum. Dan aneh sekali kalau Jaemin tidak mengetahuinya. Apalagi pemuda itu adalah seorang Omega.

"Bercinta itu menyenangkan, tapi yang bukan pasangan, tidak semenyenangkan itu. Ada celah yang tidak bisa kami jelaskan. Bahkan saat aku heat, aku harus minum suppressant."

Jaemin mengerjap. Dia menyesap minumannya sampai habis. "Kalau pasangan? Enak?"

Renjun mendengus, "Bukannya kau sudah membuktikannya?" tanya Renjun geli, "Kau ketagihan."

Jaemin tersedak minumannya mendengar ucapan Renjun. Jaemin menyangkalnya. Jelas dia tidak mau mengakuinya. Tidak akan pernah.

Kecuali kalau memang dia tidak sadar.

Kekehan mengejek Renjun terdengar. Membuat Jaemin menatapnya kesal. Tapi, Jaemin memilih untuk tidak membalas. Dia hanya menggerutu pelan.

"Aku melihat ada beberapa CCTV. Aku baru tau kalau Haechan memasangnya."

RENJANA [HYUCKNA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang