Suasana langit yang cerah membuat Rakha sangat bersemangat mengendarai mobilnya menuju rumah Zora. Namun siapa sangka ketika Rakha berhenti di depan gerbang rumah Zora. Pintu gerbang bahkan pintu rumah tersebut masih terbuka lebar. Rakha saat ini tidak berpikir jernih saat melihat kekacauan yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri.
"ZORA ... ZORA!" Teriak Rakha mengelilingi rumah Zora, mulai dari berlari ke dapur hingga berakhir menuju kamar yang sedikit terbuka.
Di sana tampak Zora terlihat tidur dengan memeluk lutut serta rambut panjang yang menutupi wajahnya itu. Rakha membaca tulisan di cermin itu dengan raut wajah marah lalu mencoba membangunkan Zora.
"Ra, bangun, Zora," ucap Rakha pelan dengan menyingkirkan rambut Zora serta menepuk pipi Zora pelan. Merasa ada yang membangunkannya Zora pun bangun perlahan.
Zora membenarkan posisi duduknya lalu melihat siapa yang membangunkannya. "Hmm ... Rakha. Ada apa ke sini?"
Merasa kasihan dengan cepat Rakha memeluk Zora yang membuat Zora kaget. "Ra, kenapa nggak kabari gue kalau lu lagi kenapa-kenapa," khawatir Rakha.
Penampilan Zora saat ini jauh dari kata baik-baik saja. Rambut panjang yang sangat berantakan hingga mata yang sembab membuat siapa saja tahu bahwa dirinya tengah menangis semalaman hingga tertidur dengan memeluk lututnya itu.
Zora melepas pelukan Rakha. "Apa sih, ayo bantu rapi-rapi. Mau beli bahan, kan?" ucap Zora seperti tidak terjadi apa-apa. Yang Rakha lakukan hanya melihat Zora yang tampak sudah terbiasa melihat kacauan ini.
Memang hal ini bukan yang pertama kalinya bagi Zora namun siapa yang mau mengalami hal ini? Saking seringnya terjadi, Zora sampai lelah dengan semua ini.
Hampir satu jam mereka berdua membersihkan kekacauan yang ada. Mulai dari ruang tamu, kamar Zora serta dapur yang tidak Zora lihat pun ternyata tidak jauh beda dengan ruang tamunya. Dan semua sudah tampak rapi berkat bantuan Rakha.
"Akhirnya...."
"Buku-buku gue rusak semua, Rakha," ucap Zora yang melihat buku-bukunya dari yang terlipat hingga tersobek.
Rakha menghampiri Zora yang terduduk dilantai dengan raut wajah sedih. "Nanti kita beli yang baru, ya?" bujuk Rakha.
"Gapapa, Kha. Memang udah saatnya gue mengikhlaskan semua," ujar Zora merapikan buku-buku yang berserakan.
Buku-buku itu bukanlah buku yang biasa bagi Zora. Buku tersebut merupakan kenangannya bersama dengan seseorang yang mungkin saat ini sedang ia nantikan kehadirannya.
"Ra, lu jangan ikut belanja, ya? Biar sama Rani aja yang belanja," ujar Rakha.
Zora menggeleng. "Kha, gue udah janji sama lu buat temani lu belanja keperluan danus. Gue juga perlu keluar buat menjernihkan pikiran gue. Lu mau lihat gue terpuruk di dalam rumah ini?" tanya Zora dengan menatap Rakha intens.
Rakha menghela napas gusar, Zora selalu seperti ini, selalu bersikeras dengan kemauannya sendiri tanpa melihat kondisinya.
♡ Aozora ♡
Saat ini Zora maupun Rakha sudah sampai di pusat perbelanjaan terlengkap. Bahan-bahan yang sudah di catat sebelumnya mempermudah mereka berdua mencari barang.
"Rakha jangan lupa beli alat-alatnya juga, ya."
Rakha yang sedang mendorong troli dan memperhatikan Zora dari belakang merasa senang sekali bisa belanja berdua kembali setelah sekian lama. Jujur saja Rakha merindukan momen seperti ini.
"Zora, Zora," panggil Rakha menghampiri Zora.
Zora berdehem sebagai jawabannya. "Ingat nggak si, kita pernah berdua sama mama? Belanja seperti ini juga," kata Rakha dengan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aozora
Teen Fiction"Orang tua kita yang bersalah namun mengapa semesta yang menghukum kita, Ra? ~~~ Annaya Aozora Randara namanya, gadis berusia 17 tahun yang tengah menginjak bangku menengah atas itu harus merasakan kesepian karena harus berpisah dari orang tuanya...