Jangan lupa vote, follow, dan dukungannya yaa
Happy reading!
"Lagian lu kenapa bisa bengong sambil nyebrang jalan. Untung ada orang yang sempet narik, telat dikit udah tinggal nama." Seorang gadis mengomel di depan temannya yang saat ini berbaring di rumah sakit dengan beberapa luka lecet di tubuhnya.
"Ya udah sih, mana ada tanggal sial di kalender." Aura yang sudah jenuh mendengar ocehan temannya itu mencoba memejamkan matanya karena merasa sedikit mengantuk.
"Lu istirahat dulu, gue mau beli makan di depan."
Aira akhirnya bernapas lega. Setidaknya untuk sementara tidak ada yang akan menceramahinya. Ia memejamkan matanya, mengingat kejadian barusan.
Saat itu ia sedang berjalan di trotoar. Setelah pacarnya memutuskan hubungan dengannya, justru ia memikirkan mantan pacar sebelumnya. Ia merasa sedih bukan karena putus dari Rio pacarnya, tapi justru karena ia tidak menemui lagi seseorang yang sama seperti Darren. Orang yang pernah sangat dicintainya, yang memutuskan hubungan karena ingin fokus pada karirnya.
"Bisa-bisanya gue malah inget Darren pas Rio mutusin gue." Aura tersenyum getir. Namun detik berikutnya ia menggelengkan kepalanya dan tersadar dari kesedihannya. "Btw kok panas banget, ya. Ini AC nya mati apa gimana?"
Aura membuka satu kancing baju pasiennya, membuat payudaranya sedikit terekspos. Ia terus berbaring sambil menatap ke luar jendela.
Ceklek!
"Permisi, saya akan melakukan pengecekan ulang karena ada kemungkinan cedera dalam-"
Pandangan Aura bertemu dengan dokter yang baru saja memasuki kamar inapnya. Dokter itu tidak melanjutkan ucapannya setelah melihat kondisi Aura, Aura juga terkejut melihat siapa dokter itu.
"Darren?"
"Aura .... Ini kamu?" Darren bergegas mendekati Aura dan melupakan tujuan kedatangannya. "Kenapa bisa sampai lecet-lecet gini? Pasti sakit ..."
Darren mengecek seluruh bagian tubuh Aura sampai pandangannya berhenti di depan payudara Aura karena bajunya tersibak membuka. Hal itu membuat keduanya kembali canggung.
"Ekhem ... Maaf. Kenapa bajunya nggak dikancing?"
"Tadi panas, kayaknya AC nya nggak nyala. Nggak tau juga bakalan ada pengecekan ulang."
"Aku yang salah, harusnya ngetok dulu." Darren memungut remot AC dan mencoba mengatur suhu AC agar pas. "Tadi suhu AC nya kurang rendah..."
Keduanya menjadi saling diam. Darren menunduk di kursi samping tempat tidur sedangkan Aura memilih untuk menatap keluar.
"Kok bisa sampe gini?" Tanya Darren lembut.
'Gara-gara lu masuk ke pikiran gue, jadinya gue nggak sadar main nyebrang gitu aja,' ucap Aura dalam hati.
"Lagi nggak fokus."
"Maaf, aku nggak ngabarin kalo udah balik ke indo. Awalnya aku mau samperin kamu, tapi aku denger kamu udah punya yang lain. Harusnya dulu aku nggak minta putus, ya. Aku bahkan belum bisa lupain kamu."
Aura mendengar itu kebingungan harus membalas apa. Dia sendiri tidak menyangka jika Darren masih mengingatnya. Dia menatap wajah Darren yang terlihat sedih.
"Aku baru putus ...."
"Hah? Apa kamu kecelakaan karena sedih diputusin?"
"Nggak. Aku inget kamu pas dia minta putus. Aku nggak sedih karena putus dari dia."
"Jadi .... Apa kamu masih ada perasaan sama aku?" Wajah Darren yang tadinya murung berubah cerah.
"Nggak tau ...."
"Oke, nggak masalah. Aku bakal buat kamu cinta lagi sama aku."
____
"Emmm ...."
Aura mencoba menggerakkan tubuhnya, tapi terhalang sesuatu. Seingatnya tidak ada orang yang menemaninya malam ini, tapi seperti ada orang yang tertidur menindih tubuhnya.
Aura sedikit terkejut saat membuka matanya dan melihat wajah Darren tepat di depannya. Ia sempat membeku, mencoba mencerna situasi. Bahkan mengira ia masih bermimpi.
Darren jelas sedang tertidur sambil menindih dan memeluk tubuh Aura dengan erat. Namun yang membingungkan adalah, Darren mengenakan baju pasien yang sama dengan yang Aura kenakan.
"Darren ...." Aura menepuk pipi Darren dengan pelan.
Bukannya bangun, Darren justru meraih tangan Aura dan dikecup beberapa kali.
"Nanti dulu, masih betah ...." Suaranya terdengar samar.
"Berat ...." Mendengar itu, Darren merubah posisi menjadi duduk dan menatap Aura dengan mata mengantuk. "Ngapain tidur di sini? Nggak pulang?"
"Tempat pulang aku kan kamu ...."
"Ngapain pake baju pasien?" Aura tidak menghiraukan jawaban Darren.
"Huh ... Itu, pinjem dulu buat baju ganti. Aku males pulang buat ambil baju. Aku kan pengen tidur sama kamu."
Bisa-bisanya ....
Aura menatap tak percaya. Sedangkan Darren justru kembali mendekati Aura. Aura yang memang masih berbaring jadi terhimpit oleh Kungkungan Darren.
"Mau ngapain?"
"Kiss ...."
"Eh engg ...." Kalimat Aura terhenti akibat Darren yang menciumnya begitu saja.
Darren beberapa kali mengecup bibir Aura, tidak memberi kesempatan untuk berbicara. Hingga kecupan terakhirnya justru berubah menjadi lumatan kecil di bibir bawah Aura.
Aura yang terkejut itu melototkan matanya. Tangannya reflek memegang dada Darren yang justru oleh Darren malah diarahkan untuk meraba tubuh berotot itu.
"Akhh ...."
Darren menggigit bibir bawah Aura yang membuat pemiliknya memekik terkejut membuat mulutnya terbuka dan memberi kesempatan bagi Darren untuk menjelajahi mulutnya.
"Emmm mmm emmmm"
Satu tangan Darren yang tadinya mengarahkan tangan Aura kini mulai membelai setiap inci bagian tubuh Aura.
Lengkapnya di karyakarsa, link tersedia di kolom komentar yaa!
Minta dukungannya, terimakasih!
KAMU SEDANG MEMBACA
Two shoot 21+ world
RomanceJangan cuma baca, wajib Vote! Pastikan untuk follow terlebih dahulu! Lebih bagus kalo ngasih komentar atau request cerita bisa langsung DM yaww! Cerpen dewasa, bocil dilarang mampir. hanya untuk 21+ dosa tanggung sendiri. Diusahakan update setiap ha...