Kamar mandi sudah mulai riuh dipagi hari, namun bukan Sutsujin yang ada disana, melainkan Rinz. Meski dirinya baru tidur jam 2 pagi, saat terbangun jam 5 dirinya tidak bisa melanjutkan tidurnya karena terganggu sesuatu.
Meski telah menjalin asmara dengan Sutsujin selama 3 minggu, entah kenapa dirinya masih belum ingin melakukan "hal itu" pada kekasihnya itu. Padahal di beberapa momen cuddle, Sutsujin sering memberikan kode hijau pada Rinz. Rinz pun bingung, nafsunya sangat bergejolak tapi sebersit dihati untuk menahannya.
Dibeberapa malampun, Sutsujin kerap muncul dimimpi Rinz bersikap romantis dan lebih sering melakukan foreplay kepada dirinya, hingga Rinz kadang terbangun dengan sperma yang membanjiri celananya, seperti yang terjadi pagi ini.
Rinz yang selesai membersihkan diri berniat memainkan PS5 di bawah, namun dirinya malah melenggang ke kasur Sutsujin. Menatap lekat-lekat wajah putih yang dijatuhi cahaya lampu tidur di mejanya. Tangan dingin Rinz meraih pipi Sutsujin dan mengelusnya lembut.
Sutsujin mengerang kecil ketika merasakan sentuhan dipipinya. Matanya terbuka sedikit, lalu menutup kembali. Disinari cahaya remang, Sutsujin dengan mudah menyadari seseorang didepannya adalah Rinz. Aroma yang segar dan hangat tubuhnya langsung menyeruak kehidung Sutsujin dan mengenalinya. Sutsujiin tersenyum kecil.
Sutsujin menggerak-gerakkan wajahnya agar pipinya terelus-elus oleh tangan Rinz lalu mengecup sesekali telapak tangan Rinz.
"Tumben." ucap Sutsujin pelan.
"Kebangun gak bisa tidur lagi." jawab Rinz duduk disisi kasur Sutsujin. "Gegara kau juga ini." imbuhnya.
"Ih, kenapa gua?"
Rinz tak menjawab, tangannya masih mengelus pipi Sutsujin. Beberapa waktu keduanya diam.
"Yodah, aku mau kebawah nih ya."
"Ngapain?"
"Main PS lah, gak bisa tidur aku."
Sutsujin menyibakkan selimut dan menggeserkan dan memposisikan tubuhnya tidur menyamping. Menyediakan ruang dan mengelusnya. Seolah meminta Rinz untuk tidur bersamanya.
"Masih jam 5 lewat tuh." ujar Sutsujin sambil majukan bibirnya menunjuk jam. "Sini tidur lagi."
Rinz tersenyum, lalu menidurkan dirinya di kasur yang sama dengan Sutsujin. Kepalanya menghadap dada Sutsujin, lengan kanannya menaiki tubuh Sutsujin dan memeluknya lembut sesekali mengelus punggungnya juga sedang tangan kirinya terlipat mengelus pipi Sutsujin.
Sutsujin menyambut dengan senyum meski matanya tetap tertutup. Aroma rambut Rinz yang maskulin membuatnya semakin nyaman, nafas Rinz yang menderu di dadanya terasa jelas. Sutsujin mengelus kepala belakang Rinz dengan penuh sayang. Tak lupa kecupan hangat mendarat di kepala Rinz.
Tangan Rinz menyelinap ke balik baju Sutsujin dan mengelus kulit punggungnya yang lembut itu. Tangan dinginnya sehabis mandi terpapar kehangatan tubuh kekasihnya itu. Dalam dekapan, Rinz tersenyum.
Keduanya pun cuddling dibalik selimut, saling menyampaikan sayang dan cinta melalui sentuhan dan kecupan.
Rinz terlelap dalam dekapan Sutsujin, tangannya masih memeluk kekasihnya itu.
Sutsujin yang masih terjaga, tak berhenti mengelus Rinz, menikmati momen bersama ini. Mengingat kembali bagaimana dinginnya Sutsujin dapat dicairkan dengan kehangatan Rinz, bagaimana sentuhan-sentuhan Rinz menumbuhkan desiran dihatinya yang tumbuh menjadi cinta.
Tak lama, Sutsujin pun ikut terlelap. Mendekap erat kekasihnya itu. Baginya pagi ini menjadi berbeda, seolah tak ingin langit timur segera bercahaya. Tahanlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Touch
FanfictionWarning 🔞 BoyxBoy Berisi cerita halu tentang Pro Player MLBB. Homophobic, tidak suka cerita/adegan dewasa mangga SKIP!! SKIPP