○Terikat Dalam Akad (END)

2 1 0
                                    

Sejauh apapun kamu, jika takdir kita sudah terikat, maka kita akan dipertemukan dalam akad.

*•*

Waktu berlalu begitu cepat, dan aku tidak menyangka jika surat yang aku selipkan beberapa bulan lalu bisa menyatukan kita dalam akad.

Selipan doa yang menyebutkan namamu agar menjadi takdirku akhirnya bisa menjadi nyata. Romansa yang tidak pernah aku bayangkan kini terjadi dalam kehidupanku juga.

Suaramu yang menenangkan sedang melantunkan ayat suci Al-Qur'an, Surah Ar-Rahman, menggema dengan indah. Setiap lafaz yang kamu ucapkan seperti melingkupi ruangan ini dengan ketenangan yang nyaman untuk dirasa.

Di dalam kamar pengantin, aku meremas tanganku dengan gugup. Suara riuh di luar sana seakan menghilang, tenggelam dalam kebisingan detak jantungku yang berdegup cepat.

Saat mendengar akad nikah akan dilaksanakan, hatiku bergetar penuh harap dan juga haru.

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyyu taufiq."

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"SAH!"

"Alhamdulillahirabbil 'alamin. Al-Fatihah."

.....

Hatiku merasa begitu lega saat kata "SAH" mulai terdengar nyaring. Dengan perlahan, aku mulai melangkah keluar menuju Edzando.

Setiap langkah yang aku ambil, ku selipkan doa agar kita bisa hidup bersama hingga maut memisahkan kita.

Genggaman tanganku pada ibu semakin mengerat saat jarakku dan Edzando mulai dekat. Rasanya seperti waktu berhenti sejenak, dan di tengah detik yang berharga ini, aku merasa bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari takdir yang telah digariskan.

Ibu menyerahkanku kepada Edzando, diiringi dengan berbagai nasihat yang begitu hangat untuk didengar. Setiap kata yang ia ucapkan terasa seperti pelukan kasih sayang yang membalutku dengan rasa aman.

Kedua tangan kami bergandengan erat. Dia membisikkan doa dan mengecup keningku dengan lembut, seolah menyampaikan seluruh harapan dan cintanya dalam satu sentuhan.

Jika memang kita sudah digariskan dalam takdir, maka sejauh apapun jarak dan meskipun kita tidak mengenal satu sama lain sebelumnya, kita akan di satukan dalam akad.

Momen ini terasa begitu tidak nyata. Dari kita yang hanya dua orang asing, bisa bersanding dalam balutan cinta yang di ridhai Allah. Dan dalam pandangannya, aku melihat masa depan yang penuh harapan, dan aku yakin, ini adalah awal dari perjalanan indah yang telah Allah rencanakan untuk kami.

Dengan penuh keyakinan, aku melangkah ke depan, siap menjalani kehidupan baru bersama Edzando, sebuah takdir yang telah terjalin dalam cinta yang di di ridhai oleh Allah.

Lantunan Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang