Pagi di SMA Negeri Nusantara selalu ramai. Suara sepatu berderap di koridor, murid murid saling sapa, dan guru guru yang sibuk dengan kertas kertas ujian. Di tengah keramaian ini, lima sahabat selalu memiliki tempat khusus: sudut kantin, di dekat jendela besar yang menghadap lapangan
Salsabila atau yang biasa dipanggil Salsa, duduk dengan buku catatan terbuka, sesekali melirik ke arah teman temannya yang tampak sibuk dengan aktivitas masing masing. Seperti biasa, Andre sedang menceritakan hal hal konyol sambil menyuap nasi gorengnya. Andre, dengan gayanya yang santai, selalu punya cara untuk membuat teman temannya tertawa, meski mereka sudah hafal betul cerita ceritanya
"Eh, lo pada tau nggak sih? Katanya Pak Surya itu dulunya penyanyi rock, anjir!" ujar Andre sambil menahan tawa
"Bayangin deh, sekarang dia kan udah jadi guru PPKn!"
"Serius lo, Dre? Jangan ngarang, deh," sahut Rizal, dengan nada menggoda. Dia duduk di sebelah Andre, mengaduk aduk jus jeruknya
“Beneran, sumpah! Gue liat di album fotonya pas gue disuruh bantu bawain barang waktu lagi kerja bakti minggu lalu,” Andre bersikeras, dengan gaya lebay yang justru bikin mereka semua tertawa
Salsa hanya menggeleng pelan sambil tersenyum, sementara Adel tersipu melihat Andre yang selalu ceria. Di antara mereka semua, Fajar tampak paling tenang. Dia duduk di ujung meja, mendengarkan percakapan sambil memperhatikan keadaan sekitar. Bagi Fajar, tak perlu banyak bicara untuk merasa terlibat. Cukup mendengarkan dan ikut tertawa sudah cukup membuatnya merasa nyaman di tengah teman temannya
Seiring berjalannya waktu, obrolan mereka mulai beralih ke topik topik lain yang lebih ringan
“Eh, kalian udah pada belajar buat ulangan matematika besok?” tanya Salsa sambil melihat ke arah Rizal
Rizal memasang wajah santai dan menggeleng. “Ah, nanti aja lah, malem. Ngapain buru buru, toh ulangannya juga besok.”
Salsa mendengus kecil, tapi tidak lagi mencoba menasihati. Sudah terlalu sering dia mengingatkan Rizal untuk lebih disiplin, tapi sikap santai Rizal selalu jadi alasan untuk menunda nunda
"Dasar males, lo," komentar Salsa sambil menggelengkan kepalanya
"Nggak males, cuma anti panik aja," jawab Rizal dengan nada bercanda
Di sela sela percakapan, Adel yang pendiam tiba tiba mengangkat kepala dan berbicara, suaranya pelan tapi terdengar jelas
“Tapi... menurut kalian, ulangan matematika kali ini bakal susah nggak sih?” tanyanya dengan nada khawatir
Andre langsung tertawa, membuat Adelina tersipu. “Aduh Del, santai aja lah. Kalau gagal ya tinggal remedial. Kita kan udah biasa kayak gitu!” jawab Andre dengan santainya
Fajar yang dari tadi hanya mendengarkan ikut tersenyum kecil. "Tapi menurut gue bener juga sih, kalau lo belajar sekarang, besok nggak bakal deg degan, kan."
Adel mengangguk pelan, tersenyum karena merasa sedikit lebih tenang. Di antara teman temannya, Fajar selalu jadi sosok yang mengingatkan mereka untuk berpikir lebih tenang dan nggak gampang panik. Meski jarang bicara, kehadirannya cukup bikin mereka merasa stabil
Obrolan mereka terhenti sejenak ketika bel tanda masuk berbunyi. Seperti biasa, mereka menghabiskan waktu istirahat di kantin untuk melepas penat, tapi sekarang sudah saatnya kembali ke kelas. Mereka berdiri dari meja, merapikan sisa makanan dan minuman, dan berjalan beriringan menuju kelas
Di lorong menuju kelas, Andre yang masih tidak bisa diam mulai menceritakan cerita horor tentang sekolah mereka
"Denger denger, di lantai tiga tuh ada kelas yang dikunci soalnya dulu pernah ada anak yang kesurupan di sana," ucap Andre sambil mengerling misterius
KAMU SEDANG MEMBACA
The Value of Trust
Mystery / ThrillerLima sahabat yang sedang bersekolah di daerah Bandung terjebak dalam misteri kematian yang mengguncang sekolah mereka. Saat berusaha mengungkap kebenaran, persahabatan mereka diuji oleh rahasia rahasia yang perlahan terungkap. Di antara ketegangan d...