19: kenyataan pahit

20 18 10
                                    

Dua hari setelah kematian Dion, Ririn merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan kecelakaan tragis yang menewaskan kekasihnya itu. Meskipun pihak sekolah dan polisi menganggap insiden itu murni kecelakaan, hatinya terus merasakan dorongan kuat bahwa ada sesuatu yang disembunyikan

Dalam upaya mencari jawaban, Ririn memutuskan untuk mengunjungi Café Flores, tempat terakhir yang dikunjungi Dion sebelum kecelakaan terjadi. Dengan langkah penuh tekad, ia memasuki kafe yang kini terasa berbeda, sunyi dan dingin. Kenangan tentang percakapannya dengan Dion di kafe itu tiba tiba terlintas dalam pikirannya, membuat dadanya terasa sesak. Ia berusaha mengabaikan rasa sakit yang terus menghantuinya dan fokus pada tujuannya

Ririn memperhatikan sekitar, lalu melihat CCTV yang terpasang di sudut ruangan, menghadap area parkiran. Ia mendekati salah satu pelayan kafe dan meminta izin untuk melihat rekaman CCTV. Meski awalnya pelayan itu ragu, akhirnya manajer kafe memberi izin setelah Ririn menjelaskan bahwa Dion adalah kekasihnya yang baru saja meninggal

Ketika rekaman itu diputar, Ririn menahan napas. Ia melihat Dion yang datang dan memarkir motornya di sudut parkiran kafe, kemudian masuk ke dalam. Beberapa menit berlalu, hingga tiba tiba seorang pria yang memakai topi dan jaket hitam muncul di layar. Ririn merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Pria itu tampak memeriksa sekelilingnya, memastikan tidak ada yang memperhatikannya sebelum mendekati motor Dion

Dengan perasaan cemas yang semakin besar, Ririn menyaksikan pria itu mulai mengotak atik motor Dion. Tangannya bekerja cepat dan hati hati, seolah olah dia sangat berpengalaman dalam melakukan hal semacam ini. Ririn merasakan amarah bercampur ketakutan ketika ia menyadari bahwa pria itu mungkin yang bertanggung jawab atas kecelakaan Dion. Setelah selesai, pria itu melangkah pergi dengan tenang, meninggalkan motor Dion dalam keadaan yang terlihat normal dari luar, tapi ternyata sudah dimanipulasi

Setelah melihat rekaman itu, Ririn merasa tubuhnya gemetar. Pria itu jelas telah melakukan sesuatu pada motor Dion, sesuatu yang membuat rem motor tidak berfungsi. Ini bukan kecelakaan biasa tapi ini sabotase. Air mata perlahan mengalir di pipi Ririn saat kesedihan berubah menjadi kemarahan yang mendalam. Dia tahu Dion tidak pantas mendapatkan ini, dan dia harus menemukan siapa pria di balik jaket hitam itu

"Dion... aku janji sama kamu, aku bakal cari tau siapa dibalik semua ini," bisiknya pelan, menggenggam erat rekaman di tangannya

"Aku nggak bakal diem aja."

Keluar dari kafe dengan hati yang hancur namun penuh tekad, Ririn sadar bahwa dirinya kini berada di tengah misteri yang jauh lebih besar dari yang ia bayangkan. Dengan bukti rekaman itu, dia harus mengambil langkah selanjutnya: mencari tahu siapa pria itu, dan apa hubungannya dengan kejadian ini

Ririn kembali ke rumah dengan hati penuh dendam yang membara. Dalam pikirannya, terbayang jelas rekaman CCTV yang memperlihatkan pria dengan jaket hitam itu sedang mengutak atik motor Dion. Setiap langkahnya terasa semakin berat, namun tekadnya semakin kuat. Baginya, keadilan untuk Dion adalah segalanya, dan dia tak akan membiarkan pelakunya lolos begitu saja

Sepanjang malam, Ririn berusaha menyusun rencana. Dia tahu mencari tahu siapa pria itu bukan hal yang mudah. Dia juga tak bisa sembarangan melapor ke polisi tanpa bukti kuat lainnya. Namun, tekadnya sudah bulat, dia akan mencari petunjuk, sedikit demi sedikit, hingga akhirnya semua terungkap.

----

Keesokan harinya, Ririn memutuskan untuk kembali ke sekolah. Di sekolah, suasana masih terasa suram akibat kepergian Dion yang tiba tiba. Teman teman Dion, seperti Salsa, Rizal, Fajar, Andre, dan Adel, masih merasakan kehilangan yang mendalam. Mereka adalah sahabat Dion yang selalu ada di sisinya dalam suka dan duka. Ketika Ririn datang, mereka menyambutnya dengan wajah cemas dan penuh perhatian

"Lo baik baik aja, Rin?" tanya Salsa pelan, menepuk bahu Ririn

Ririn mengangguk, meski matanya terlihat lelah. "Gue baik baik aja. Tapi, ada yang mau gue omongin sama kalian."

Kelima teman Dion itu saling bertukar pandang. Mereka tahu ada yang tidak beres, dan mereka semua sudah menduga bahwa Ririn belum bisa menerima kenyataan ini sepenuhnya

"Pas gue ke kafe sebelum Dion meninggal, gue maksa minta buat liat CCTV di sana. Ternyata, emang ada orang yang utak atik motor Dion sebelum dia pulang," kata Ririn, suaranya mulai bergetar antara marah dan sedih

Seketika, suasana menjadi hening. Teman teman Dion tampak kaget mendengar cerita Ririn. Mereka saling berpandangan, mencoba mencerna informasi baru ini

"Lo serius, Rin?" tanya Andre, wajahnya menunjukkan ketidakpercayaan

Ririn mengangguk. "Iya. Orang itu pake topi sama jaket hitam, gue nggak bisa liat mukanya jelas karena dia nunduk terus. Tapi jelas banget dia nyentuh rem motor Dion. Gue yakin ada yang sengaja bikin motor Dion rusak."

Mereka semua tercengang. Perlahan, kemarahan mulai terlihat di wajah masing masing. Dion bukan sekadar ketua OSIS; dia sahabat mereka, orang yang selalu membantu tanpa pamrih. Mendengar bahwa kematiannya mungkin bukan kecelakaan membuat mereka marah dan ingin tahu siapa yang tega melakukan hal itu

"Terus, kita harus gimana, Rin?" tanya Fajar, mencoba tenang

"Gue belum tau pasti. Tapi gue nggak bakal diem aja. Gue bakal cari tau siapa cowok yang ada di rekaman itu," jawab Ririn dengan tegas

"Gue butuh bantuan kalian buat nyari petunjuk lebih lanjut."

Salsa, yang sedari tadi mendengarkan dengan tenang, akhirnya angkat bicara. "Kita bisa mulai nyari tau dari lingkungan sekolah. Siapa tau aja ada orang yang pernah liat atau kenal sama orang itu. Dion kan cukup dikenal banyak orang nih, pasti ada aja yang tau soal ini."

Semua setuju. Dengan semangat baru dan tekad yang kuat, mereka sepakat untuk mencari tahu kebenaran di balik kematian Dion.

----

Hari hari berikutnya, Ririn dan teman teman Dion mulai mencari informasi di sekolah. Mereka menanyai teman teman yang lain, bertanya apakah ada yang mengenali pria misterius itu. Namun, hasilnya nihil. Tidak ada yang tahu atau melihat pria tersebut. Ririn merasa semakin frustrasi, tapi dia menolak untuk menyerah.

TBC!!

The Value of TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang