27: kabar gembira

3 3 0
                                    

Minggu berikutnya, Ryan mulai semakin sering mendekati Adel. Setiap kali mereka bertemu di sekolah, dia tampak sengaja mencari kesempatan untuk berbicara. Dia selalu berdiri di dekat Adel, menunggu momen yang tepat untuk memulai percakapan, meski kadang hanya dengan obrolan singkat yang terasa tidak nyaman. Momen itu membuat Adel semakin cemas. Ryan seperti menghindari orang lain dan hanya ingin berbicara dengan Adel, membuat suasana semakin menegangkan. Sering kali, dia akan tiba tiba muncul di dekat mereka, terkadang hanya untuk menyapa Adel dengan kata kata yang terdengar ringan, tapi ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat Adel merasa seperti dia sedang diawasi

Pada suatu hari, saat mereka sedang istirahat di luar kelas, Ryan menghampiri Adel yang sedang duduk bersama Salsa. Senyumannya tetap tipis dan terkesan dipaksakan. Tidak ada kehangatan yang muncul dari senyuman itu, hanya keheningan yang tidak nyaman

"Del, lo lagi nggak sibuk kan?" tanya Ryan dengan nada yang cenderung datar, matanya tetap tertuju pada Adel

Adel merasa tubuhnya tegang, namun dia mencoba untuk tetap tenang dan tidak menunjukkan perasaan cemasnya

"Nggak kok, kenapa?" jawabnya, berusaha menjaga nada suaranya tetap biasa

Salsa yang duduk di samping Adel langsung memerhatikan dengan seksama. Dia sudah merasakan ada yang aneh dengan sikap Ryan yang semakin sering mendekat. Terkadang, Ryan terlihat sangat ingin berbicara, namun kata katanya selalu terasa terpaksa, dan itu membuat Salsa semakin khawatir. Meskipun ia sudah merasa khawatir dengan sikap Ryan, Salsa mencoba untuk bersikap santai dan tidak menunjukkan kecemasan yang menggelayuti dirinya

"Ada apaan, Ryan?" tanya Salsa dengan nada sedikit curiga, berusaha mengalihkan perhatian Ryan darinya dan lebih ke arah percakapan yang lebih jelas

Namun, Ryan sepertinya tidak terlalu menghiraukan pertanyaan Salsa dan justru mengalihkan pandangannya ke Adel

"Gue cuma pengen ngobrol aja, Del. Lo tau kan kalau gue baru di sini, jadi kadang gue tuh ngerasa kayak... sendirian," kata Ryan

Adel merasa tidak nyaman dengan kedekatannya. Ryan memang berbicara dengan nada yang terdengar ramah, tetapi ada sesuatu yang terasa aneh. Entah karena terlalu sering muncul tanpa alasan jelas, atau karena ekspresi wajahnya yang kadang terasa lebih serius daripada yang diharapkan. Entah bagaimana, dia merasa terpojok

"Iya, aku paham," jawabnya, mencoba menjaga jarak dengan harapan Ryan bisa mengerti bahwa percakapan ini sudah cukup

Salsa yang semakin gelisah memutuskan untuk berbicara lagi, kali ini dengan lebih tegas

"Ryan, kalau lo butuh bantuan, lo bisa bilang langsung ke kita. Tapi lo juga harus ngerti dong kalau kita itu nggak bisa ngobrol terus terusan, kita juga kan punya urusan sendiri," katanya, mencoba menegaskan

Ryan tidak segera menjawab. Ada keheningan sesaat di antara mereka. Ryan menatap mereka berdua dengan ekspresi yang sulit dibaca. Matanya seakan menembus jauh ke dalam diri mereka. Sekejap, dia tampak ragu, tetapi kemudian perlahan mengangguk

"Yaudah deh, gue pergi dulu," katanya, meskipun nada suaranya terasa berat, seolah dia terpaksa menerima kenyataan bahwa mereka tidak ingin berbicara dengannya lebih lama

Setelah Ryan pergi, Salsa dan Adel saling berpandangan, semakin yakin bahwa ada yang salah dengan Ryan. Tidak ada lagi keraguan dalam benak mereka bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Sementara Ryan terlihat seperti berusaha keras untuk mendekati Adel, mereka merasa ada sesuatu yang lebih dalam yang sedang terjadi, dan Ryan seakan membawa beban yang tidak bisa ia ungkapkan begitu saja

"Dia makin aneh aja, ya," kata Salsa dengan nada cemas

"Gue nggak tau deh kenapa, tapi gue ngerasa dia tuh kayak bukan orang biasa."

The Value of TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang