Prolog

88 27 14
                                    

Jakarta bukan kota yang tenang. Orang-orang bergerak cepat tiada waktu untuk beristirahat. Tak salah kalau Keumala Hayati kelimpungan di kali pertamanya tinggal di kota itu tanpa dampingan dari sang Ibu dan asisten rumah tangganya.

Baju kotor menumpuk hingga tak ada lagi yang tersisa untuk dipakai. Harga laundry yang meroket dan antriannya yang membuat baju butuh proses untuk bisa dipakai lagi. Belum tentang betapa berantakan kamar apartemennya yang hampir selalu terbengkalai sebab si empunya tiada henti lemburnya.

Namun, semuanya berubah dalam sekejap.

Kegiatan mencuci tak pernah terasa spesial sebelumnya. Tentang bagaimana mesin menggiling baju dulu tak menarik. Harum detergen dan pelembut dulu tak membuat jantung berdebar-debar. Sekarang, semuanya berubah drastis ketika Keumala bertemu Gilang.

Kegiatan mereka hanya duduk bersama menanti cucian. Berbincang kecil tentang tips-tips menjalani hidup di kota yang tak menjadi ibu kota lagi itu. Belajar jadi orang dewasa, bukan dengan bercinta, tapi dengan mencuci.

Dari detergen, pengharum dan gilingan baju yang ada tiap minggu, Keumala tak mengerti mengapa dia bisa-bisanya jatuh cinta pada Gilang.

Lo[ve]undryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang