9☑️

65 7 0
                                    

Hari berikutnya, Salsa dan Ronan kembali bertemu. Kali ini, Mama Ronan mengatur agar mereka memilih desain undangan pernikahan. Salsa merasa sedikit tegang, karena ini adalah salah satu langkah penting yang menunjukkan bahwa pernikahan mereka semakin dekat.

Di sebuah studio desain undangan yang sudah ditentukan, suasana terasa ceria. Begitu tiba-tiba, mereka disambut oleh seorang desainer yang ramah. “Selamat datang! Kami sangat senang bisa membantu kalian dalam memilih undangan pernikahan,” katanya sambil tersenyum lebar.

Salsa dan Ronan melangkah masuk, diikuti oleh Nabilla dan Paul, yang menemani mereka. “Ayo, kita lihat desain-desainnya!” seru Nabilla, bersemangat.

Desainer tersebut mulai menunjukkan beberapa contoh undangan, mulai dari yang sederhana hingga yang mewah. Salsa mengamati setiap detailnya, namun di dalam hatinya, ia masih merasakan ketegangan antara harapan dan kecemasan.

tambah Nabilla, berusaha meringankan suasana. “Bagaimana kalau kita memilih desain yang elegan dengan warna pastel?”

Paul mengangguk setuju. Keren! Mari kita lihat beberapa pilihan dengan tema pastel,” ujarnya, memberi semangat.

Setelah beberapa saat memilih, Salsa menunjukkan salah satu undangan. “Bagaimana kalau ini? Warna mint dengan aksen emas? Aku rasa ini terlihat manis dan elegan,” ujarnya.

Ronan memandang undangan itu. “Ya, Cukup simpel  nggak terlalu ramai,” balasnya, menunjukkan sedikit ketertarikan.

“Kalau begitu, kita bisa menggunakan desain itu. Apa kalian setuju?” tanya desainer kepada mereka semua.

Semua setuju, dan desainer itu mulai mencatat rincian untuk mencetak undangan. Namun, Salsa merasakan ada yang kurang dari proses ini. Dia berharap Ronan bisa lebih berpartisipasi dalam keputusan ini.

Setelah itu, mereka duduk untuk membahas rincian lainnya seperti jumlah tamu undangan. “Berapa banyak orang yang harus kita undang?” tanya Nabilla.

“Sepertinya sekitar lima ratus orang,” jawab Ronan, tanpa menunjukkan antusiasme.

Salsa mengangguk, berusaha memahami. “Baiklah, kita bisa mulai dari daftar keluarga dan sahabat dekat dulu,” sambil mencoba membuat suasana lebih hangat.

Mereka melanjutkan diskusi dan memilih rincian undangan lainnya, sambil tertawa dan bercanda. Paul terus menggoda Nabilla, menciptakan suasana yang lebih santai.

beRSampingan selamanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang