"Anak manja sepertimu memang suka sekali menangis"
Haruto tidak bisa menutupi bekas tangisannya, matanya bengkak dan hidungnya memerah juga dengan bibirnya yang terlihat pucat.
Dia tidak menyangkal ketika Jeongwoo mengejeknya.
Haruto malas meladeni, sekarang dia akan menganut prinsip orang waras ngalah, biarkan saja Jeongwoo akan mendumel sampai berbusa juga Haruto tidak peduli.
Pemuda itu menyantap sarapannya dengan nikmat, setelah 2 hari hanya diberi roti kini Haruto diberikan sarapan yang lumayan menurutnya, ada ayam goreng mentega yang menjadi kesukaannya.
Tangan Haruto terlihat gemetar, itu diluar kendalinya, bayangkan saja dia disuguhkan dengan penyiksaan tanpa henti dan hanya diberi roti 2 bungkus kecil, itu bahkan hanya mengganjal sampai kerongkongan saja, dulu Haruto bisa menghabiskan nasi sampai satu bakul sehari, Haruto juga merasa jika berat badannya turun drastis.
Memegang sendok saja sekarang dia kesusahan, dirinya benar-benar lapar, jadi dia makan menggunakan tangan, persetan dengan Jeongwoo yang akan kembali mengejeknya.
Sedangkan itu Jeongwoo terdiam, mengamati bagaimana Haruto yang makan terburu-buru, seperti kelaparan, rasanya Jeongwoo sudah memberi Haruto roti, apa anak itu cukup rakus?
Melihat seorang anak ilmuan ternama dalam keadaan seperti ini rasanya tak jauh beda dari gelandangan.
Jeongwoo menyeringai, dia berjongkok, melihat wajah Haruto yang menunduk sambil makan dengan lahap, dia melihat kedua pipi penuh luka itu mengembung.
"Kau terlihat seperti babi yang tidak diberi makan, sangat rakus"
Jeongwoo berdecak, dia tidak suka Haruto mengabaikannya, kenapa pemuda itu diam saja? apa tenggorokannya dipenuhi oleh nasi?
Maka dari itu Jeongwoo menarik kasar nampan yang ada dipangkuan si manis, melemparkan makanan yang masih tersisa setengah hingga berhamburan dilantai.
"Jangan pernah mengabaikan ku atau kau akan tau sendiri akibatnya!"
Jeongwoo berujar tajam, pemuda itu melangkah keluar dari kamar si manis, membanting pintu kamar itu kencang.
Haruto menghela nafas lelah, dia masih lapar.
Persetan dengan kebersihan, Haruto memungut nasi dan lauk yang sudah berserakan, memakannya tanpa rasa jijik, perutnya lebih penting dari kata higenis.
*************
"Dia dehidrasi Jeo, apa kau mengalami krisis keuangan sampai tidak bisa memberinya makan? atau kau mengalami kerusakan otak sampai tidak memberinya minum?"
Doyoung lagi-lagi menghela nafas berat, sangat berat.
Dia lelah, di rumah ada Junkyu yang otaknya agak lain dan sekarang dia menghadapi Jeongwoo yang tidak punya otak, pantas saja keduanya berteman, mereka sama-sama gila.
Haruto harus merelakan lagi punggung tangannya tertancap jarum infus setelah mimisan tanpa henti dan berakhir tak sadarkan diri.
"Jika kau ingin membunuhnya maka bunuh saja dia secepatnya, jangan seperti beruang yang menguliti mangsanya lebih dulu, itu akan sangat menyiksa!"
Doyoung menyentak, tidak peduli meskipun dia berhadapan dengan seorang pria yang dijuluki sebatas iblis, persetan dengan itu semua, berprofesi di dunia kesehatan membuat sisi kemanusiaan nya muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil
Teen FictionJeongwoo layaknya iblis tak mengenal ampun, dia menyiksa seperti beruang yang akan menguliti mangsanya lebih dulu, hal itu mengerikan dan sialnya Haruto terjebak bersama pria iblis yang paling dia benci, rasa dendam Haruto benar-benar besar untuk me...