🌟
Hari berikutnya, aku kembali ke sekolah dengan semangat baru. Aku ingin membuktikan pada diriku sendiri, Elise, dan juga ibu, bahwa aku bisa menghadapi semua tantangan ini.
Saat aku melangkah melewati gerbang sekolah, jantungku mulai berdegup kencang. Semua kenangan buruk ejekan dan bullying di sekolah terus menghantuiku.
Benar apa kata hatiku, saat aku berjalan menuju kelas, aku melihat Derren dan gengnya sudah berdiri tepat di depan kelas menunggu kehadiranku.
Ketika Derren menangkap pandanganku, senyumnya yang sinis dan raut wajah penuh amarah membuat bulu kuduk ku merinding.
"Lihat siapa yang datang! Anak yatim piatu!" seru Derren, diikuti gelak tawa dari teman-teman Derren.
Aku memilih mengabaikan mereka dan kembali melangkah, tetapi satu per satu, mereka mendekat untuk menghalangi.
"Mau kemana lu? Lu takut yak.", ucapnya.
Derren mendekat, menatapku dengan tajam disertai wajah penuh kekesalan. Rasa marah dan kesal berkumpul di dadaku.
"Lu mau gua hajar lagi hah!?" ungkapku dengan nada tegas.
BUKH!!!
Derren melepaskan pukulan tepat di wajahku, diikuti pukulan dari teman-teman Derren yang lain.
Tak tahan dengan itu, aku ikut melontarkan pukulan tepat di ulu hati Derren.
Ia sontak terpukul mundur, tapi teman-temannya datang memukulku lebih keras. Derren yang tak terima dengan pukulan itu, ia berlari ke arahku dan mendorongku hingga jatuh tersungkur di tanah.
Rasa sakit menyelimuti sekujur tubuhku, tapi aku tetap berusaha tegar dan menahan semuanya.
Tak cukup itu, Derren dan teman-temannya tetap memukuliku sambil meneriakkan umpatan, "MATI LO SIALAN!!!" umpat mereka.
Aku merasa putus asa dengan semua rasa sakit itu, dan aku merasa terjebak dalam kegelapan.
Terlihat dari kejauhan, seorang gadis datang lari datang menghampiri ditemani dengan satpam dan guru BK.
"Hei kalian berhenti!" seru gadis itu.
"Apa-apaan kalian ini. Kalian pikir kalian ini preman!? Kelakuan kalian ini sudah kelewatan, kalian ini mau membunuh anak orang?" ucap guru BK.
"Pak, dia kan emang nggak punya orang tua," jawab Derren, diikuti gelak tawa teman-temannya.
"Kurang ajar kamu. Sekarang kalian ikut bapak ke ruang BK!" seru guru BK sambil menampar wajah Derren.
Derren dan kawan-kawannya pergi mengikuti guru BK dan meninggalkan Revan yang terbaring lemah di tanah.
"Apa yang terjadi?" tanyanya, dengan wajah penuh kepanikan.
"Kamu nggak apa-apa?"
"Aku... tidak apa-apa," ucap ku, dengan suara gemetar dan tubuh yang berat serta lemas.
Gadis itu tidak mempercayai kata-kataku. Dia berlari memanggil orang-orang di sekitar, meminta pertolongan.
Beberapa siswa yang melihat kejadian itu mendekat, dan dalam sekejap, pak satpam dan mereka mengangkatku dengan hati-hati. Gadis itu tetap di sisiku, wajahnya terlihat sangat khawatir.
"Kita akan membawamu ke UKS. Jangan khawatir, semuanya baik-baik saja."
Sesampainya di UKS, perawat dengan sigap segera memeriksa kondisiku. Gadis itu masih tetap di sampingku, matanya terus memandang wajahku yang terbaring lemas.
![](https://img.wattpad.com/cover/380815852-288-k443384.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Luka dan Harapan [Hiatus]
FantastikAndrea Revain Adriaz harus menjalani hidup yang begitu berat setelah kepergian kedua orang tuanya. Ayahnya menghilang ketika ia berusia 5 tahun, dan ibunya meninggal dalam suatu kejadian saat ia berusia 15 tahun. Meskipun ditimpa berbagai masalah, R...