Hari yang indah.

506 62 4
                                    


Happy Reading!

———————————————

Jaeyun tengah membereskan beberapa barangnya, matanya melirik ke celah pintu dan disana dia melihat sepasang mata sedang mengintip penasaran membuat Jaeyun terkekeh kecil.

"Sini Sunghoon, masuk saja. Kenapa malah ngintip gitu?" Sunghoon tersentak mendengar suara Jaeyun, pemuda putih itu menutup wajah malu karena tertangkap basah sedang mengintip.

"Ikeu, Hoonie boleh masuk?" Tanya Sunghoon malu-malu, Jaeyun tertawa pelan mempersilahkan Sunghoon untuk masuk.

Setelah mendengar jawaban 'Boleh' lantas segera Sunghoon memasuki kamar Jaeyun lalu duduk disamping pemuda mungil itu.

"Ikeu sedang apa? Hoonie bantu boleh?" Tanyanya kekanakan, Jaeyun mengusap rambut Sunghoon lembut. Astaga Jaeyun gemas sekali!

"Sayang sekali semua barangnya sudah aku bereskan, kamu kenapa ngintip gitu tadi?"

"Hoonie mau mengajak Ikeu makan, ibu menyuruh Hoonie menyusul Ikeu." Jaeyun mengangguk,

"Ya sudah kalau gitu ayo." Jaeyun beranjak dan Sunghoon mengekor saja dibelakang Jaeyun seperti anak itik.

Sampai di ruang makan Jaeyun melihat tuan dan nyonya rumah sudah bersiap bersama Jungwon disana, ia malu sekali ternyata semuanya menunggunya padahal mereka bisa saja makan tanpa dirinya.

"Jaeyun kemari nak ayo makan bersama." Jaeyun mengangguk, menarik kursi disamping Jungwon untuk duduk disamping pemuda kucing itu.

"Kok duduknya disitu? Ikeu duduk disamping Hoonie!" Sunghoon merengek keras; dengan segera Jaeyun berpindah tempat duduk daripada membuat pemuda bongsor itu menangis.

"Maaf ya? Engga biasanya Sunghoon semanja itu." Nyonya Park menatap Jaeyun tidak enak, sejak bertemu dengan Jaeyun kemarin Sunghoon tidak mau lepas sekali dengan pemuda manis berdarah Australia itu.

"Engga apa-apa tante, Jake juga engga terbebani sama sekali." Jaeyun tersenyum manis.

Mereka makan dengan tenang; kecuali Sunghoon yang grasak-grusuk makan dengan berantakan. Jaeyun terkikik pelan, lucu sekali melihat Sunghoon makan dengan noda kecap diwajahnya.

"Oh iya, kamu sering banget bilang Jake bukan Jaeyun. Kemarin aku juga baru sadar waktu kenalan kamu bilang Jake, bukan Jaeyun." Jungwon menatap Jaeyun penasaran.

Jaeyun tersenyum saja, ia memainkan nasi dipiringnya, "Aku engga suka pakai nama Korea ku." Jawabnya kosong. Jaeyun memang tidak suka darah yang mengalir pada dirinya, darah ayahnya dan tempat kelahiran ayahnya itu, tidak—Jaeyun pada dasarnya memang tidak suka semua yang berhubungan dengan ayahnya.

"Lagipula selama di Aussie ibu angkatku memanggilku Jake, aku hanya terbiasa dengan nama itu. Dan lagi, bukankah itu terlihat keren?" Lanjutnya terkekeh pelan, Sunghoon mengangguk semangat, "Benar! Ikeu keren sangat!" Jawabnya antusias.

"Oh iya, tadi waktu kamu beres-beres ayah sudah daftarkan kamu di sekolah yang sama dengan Jungwon. Senin kamu berangkat bersama Jungwon ya?" Jaeyun mengerjap, ia sedikit terkejut mendengar ucapan tuan Park. Pertama, ia terkejut mendengar panggilan ayah dan kedua ia terkejut karena tuan Park mengurus soal sekolahnya,

Oh iya, ngomong-ngomong ini hari Sabtu; artinya lusa dia sudah harus pergi ke Sekolah. Ngomong-ngomong, tahun ini memang ajaran baru, kalau Jaeyun tidak salah ingat satu minggu lalu itu masa orientasi siswa.

"Enak banget kamu engga ikut orientasi siswa, kemarin aku dikerjai habis-habisan sama senior." Benar bukan?

Jaeyun harus merespon apa ya? Dia juga kaget sih tiba-tiba masuk sekolah.

"Kamu gak apa-apa kan? Maaf ayah sama ibu lancang bertindak tanpa persetujuan kamu dulu." Nyonya Park menatap Jaeyun khawatir.

"Tadi asisten ayah pergi ke rumah Jaeho mengambil semua data yang dibutuhkan." Jaeyun tidak mempermasalahkan hal itu, dia hanya merasa tidak enak merepotkan keluarga Park.

Tuan Park mengulurkan tangannya mengusap rambut Jaeyun, "Jangan merasa gak enak gitu, ekspresi kamu menjelaskan semuanya. Ini juga tanggung jawab ayah karena menyeret kamu kesini karena Sunghoon." Jaeyun hanya mengangguk saja, ia juga tidak bisa menolak kan?

— oo —

Jaeyun memperhatikan dirinya didepan cermin, dia sudah memakai seragam sekolahnya, Enhypen HIGH SCHOOL. 3 hari tinggal bersama keluarga Park terasa begitu menyenangkan. Ia tak menyangka keluarga konglomerat yang dikenal sangat tegas ini ternyata jika berada di rumah sangat hangat.

Tuan Park yang dikenal tanpa ampun saat bekerja ternyata sosok ayah yang lembut dan hangat.

Nyonya Park selaku desainer cantik bermulut tajam jika berada di rumah adalah sosok ibu pengertian dan membuatnya nyaman.

Jaeyun sempat mencari tau tentang Sunghoon, rumornya Sunghoon adalah pemuda yang ketus dan dingin, ia juga memiliki mulut yang tajam dan dikenal dengan sosok tanpa ampun. Perpaduan ibu dan ayahnya, sejujurnya Jaeyun penasaran dengan sifat Sunghoon sebelum ia mengalami kecelakaan.

Untuk Jungwon sendiri, dia adalah sosok yang lugu dan menyenangkan, beberapa kali juga Jungwon berbuat usil entah padanya atau pada Sunghoon —meskipun akhirnya membuat Sunghoon menangis keras merasa kesal terus dijahili oleh adiknya.

Setelah merasa dirinya sudah rapih Jaeyun bergegas keluar dari kamar, dia mengeratkan genggaman tangannya pada tas, jantungnya berdebar kencang karena gugup. Ini pertama kalinya dia akan keluar dari zona nyamannya.

Meskipun Jaeyun sudah percaya diri dengan bahasanya namun rasanya tetap saja ia merasa sangat gugup, apakah ia akan mendapatkan teman? Apakah kehidupan sekolah di Korea akan sama seperti kehidupan sekolahnya saat di Australia?

Fate, My True Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang