Jay.

430 60 5
                                    

Happy Reading!

────────────────────────

Sunghoon sibuk mondar mandi di dalam kamarnya, dia melihat kearah jendela beberapa kali untuk memastikan apakah Jaeyun sudah pulang atau belum.

Sudah jam 8 malam dan Jaeyun belum kembali, sedangkan Jungwon sudah pulang sejak siang tadi.

Sunghoon gusar, Jaeyun tidak pernah pergi selama ini apalagi pergi tanpa izin. Menghela nafasnya kasar Sunghoon duduk dikursi lalu mengetuk-ngetuk jarinya.

Apa ia bertanya saja pada Jungwon ya?

Hendak pergi ke kamar Jungwon justru dia mendengar suara ketukan kamar, Sunghoon mengubah ekspresinya lalu dengan segera membuka pintu dan disana terlihat adiknya menatapnya dengan raut wajah khawatir.

"Kakak, handphone Jaeyun tidak bisa dihubungi. Bagaimana ini? Aku khawatir sekali." Sunghoon menggigit bagian dalam mulutnya, dari tadi dia tidak menghubungi ponsel Jaeyun karena Sunghoon kecil tidak bisa mengirim pesan kepada orang lain.

"Ikeu pergi kemana ia? Hoonie rindu sekali ingin bermain bersama, Wonie melihat tidak Ikeu di sekolah?" Sunghoon menatap Jungwon dengan raut wajah ingin menangis, matanya berkaca-kaca saat melihat Jungwon menggelengkan kepalanya.

"Tidak kak, tadi saat berpapasan dengan Jaeyun dia bilang mau pergi ke suatu tempat."

"Apa sebaiknya kita lapor polisi saja?" Sunghoon mengangguk namun yang dia dapati adiknya kembali menggeleng.

"Tidak tidak, ini belum 24 jam setelah kepergian Jaeyun. Kita tunggu terlebih dahulu ya? Jika pukul 10 Jaeyun belum pulang ayo kita cari bersama." Sunghoon kembali mengangguk, dia meraih tangan Jungwon lalu memainkan jari adiknya.

Melihat itu Jungwon menggenggam tangan Sunghoon lalu mengusap pipi kakaknya sambil terus bergumam Jaeyun akan baik-baik saja.

Sedangkan orang yang tengah mereka khawatirkan sedang duduk di bangku taman sambil memandang kosong kedepan.

Terdapat racun didalam tubuh ibunya, itu sebabnya dia tidak dapat bertahan setelah melahirkannya.

Jika dipikir kembali, ini sangat masuk akal. Ibunya adalah seorang pramugari jelas ia sangat menjaga tubuh dan kesehatannya, terbang di udara dengan waktu yang lama ditambah jadwalnya yang sangat padat membuat Kate harus menjaga kesehatannya.

Dan racun yang terdapat didalam tubuh ibunya berasal dari Jaeho, jelas saja. Dia menjual obat terlarang, racun adalah hal yang mudah didapatkan olehnya.

Jaeyun meremas tangannya yang saling bertaut, dadanya terasa sangat sesak. Sesak yang sangat menyiksa.

Memupuk terlalu banyak kemarahan membuat dadanya terasa sesak, ini menyakitkan -Jaeyun memukul dadanya berulang kali berharap rasa sesak didadanya menghilang namun yang dia dapatkan hanyalah rasa sakit yang semakin menyiksa.

Jaeyun tidak sanggup menahan rasa sakit yang dia rasakan, air matanya luruh seketika. Jaeyun menangis keras membuat beberapa orang yang melihatnya menatap Jaeyun iba.

Tangisan pilu yang menyesakan, bahkan jika kamu mendengarnya kamu seolah dapat mengerti rasa sakit yang ia rasakan.

Jaeyun yang malang, ibunya pergi karena ulah ayahnya sendiri.



─── ⋆⋅☆⋅⋆ ───── ⋆⋅☆⋅⋆ ───── ⋆⋅☆⋅⋆ ──



Setelah puas menangis Jaeyun mengusap wajahnya, dia melihat jam dilayar handphonenya "Sudah jam 9 malam." Gumamnya pelan, Jaeyun bangkit hendak pergi ke halte bus, bus terakhir akan tiba 30 menit lagi namun tiba-tiba ada sebuah motor berhenti didepannya membuat Jaeyun menatap bingung.

"Jake, apa yang kamu lakukan disini?" Jay membuka helmnya menatap Jaeyun tak kalah bingung, pasalnya ini sudah terlalu larut. Jay tadi baru saja pulang dari rumah Heeseung, ia sengaja melewati taman untuk memotong jalan agar lebih cepat menuju rumahnya namun dia malah melihat Jaeyun yang berkeliaran masih menggunakan seragam sekolahnya.

Ditambah wajahnya yang terlihat seperti sudah menangis.

Jaeyun menggelengkan kepalanya pelan, bergumam tidak apa-apa membuat Jay menatapnya namun tidak bertanya apapun, lantas Jay menawarkan tumpangan kepadanya, Jaeyun mengulum bibirnya dia ingin menolak namun jika menunggu bus akan terlalu lama akhirnya dia mengangguk lalu menaiki motor Jay, dengan sedikit usaha keras karena motor yang ditumpangi adalah motor sport yang sangat besar.

Jaeyun melingkarkan tangannya dipinggang Jay lalu menyandarkan kepalanya pada punggung tegap Jay, dia terlalu lelah sehabis menangis.

Jay melirik wajah Jaeyun dari spion kemudian tersenyum kecil, dia memegang lengan Jaeyun yang melingkar erat dipinggangnya lalu mengusapnya lembut.

Jaeyun berkata dia ingin diturunkan didepan minimarket dekat rumah Sunghoon, awalnya Jay ragu namun dia menyetujuinya. Mungkin keluarga Park belum menerima tamu, pikirnya.

Setelah menghabiskan kurang lebih 35 menit perjalanan motor Jay berhenti disebuah minimarket, Jaeyun turun dari motornya lalu menatap Jay sambil tersenyum manis.

"Terimakasih Jay, maaf merepotkanmu." Jay membuka helm yang dikenakan olehnya lalu mengibaskan tangannya tidak setuju, ia tidak merasa direpotkan sama sekali.

Jaeyun menggigit bibirnya lalu menatap Jay lamat, "Bisakah kamu rahasiakan apa yang kamu lihat? Terutama dari Jungwon." Jay mengangguk, lagipula dia bukanlah orang yang seperti itu. Jaeyun pasti memiliki masalahnya sendiri dan Jay tidak ada hak untuk mencampuri urusannya.

"Sekali lagi terimakasih banyak, kamu hati-hati dijalan. Jangan terlalu mengebut karena sudah sangat larut." Jaeyun hendak pergi meninggalkan Jay namun pemuda tampan itu menahan lengannya membuat Jaeyun menoleh bingung.

Jaeyun mematung, saat ia berbalik ia merasa sesuatu mendarat diatas bibirnya ;Jay mencodongkan tubuhnya lalu mencium bibir Jaeyun, hanya sebuah kecupan kemudian pemuda tampan itu menatap Jaeyun dalam.

"Jangan menangis, hatiku rasanya sangat sakit melihatmu seperti itu."

Jaeyun mengerjap lalu berlari meninggalkan Jay yang memukul kepalanya sambil terus bergumam 'Dasar bodoh.'


Fate, My True Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang