HAI TEMEN TEMEN NAZE!!!
SEHAT SEHAT YA, CHAPTER KALI INI SERU NIH ADA KASAR NYA, SUKAAA DEHHHHOH IYA!! Zea kalau di keluarga nya di panggil ara ya jadi bingung kerna namanya 'nazea ARAbella' ***
~HAPPY READING~
"habis dari mana kamu jam segini baru pulang!" Ucap seorang pria paruh baya yang mendekat pada zea
"A-bis dari sekolah pah" jawab zea terbata bata
*Plak
"Mana ada sekolah jam segini baru pulang" ucap Arnold dengan menampar zea, tak perduli jika di depannya adalah anak nya sendiri"Kamu itu perempuan ara tidak pernah saya mengajarkan kamu seperti itu ARA!!" murka arnold pada zea yang baru saja pulang sekolah
Mengajarkan? Kapan arnold ada waktu dengan zea? Bahkan dia di rumah saja tak perduli dengan zea kenapa tiba tiba ia berbicara seakan akan dirinyalah yang tahu tentang zea
"Abis jual diri kali pah liat tuh muka nya" ucap cia adik angkat nya zea yang memanasi suasana bahkan ia sangat senang melihat zea seperti itu
"CIA!!!" Ucap zea dengan suara yang meninggi sambil menatap cia tajam
"Mau apa?" Tanya darren abang kandung nya zea
Saat zea ingin melayangkan tangannya pada cia darrel yang reflek menghentikan tangan zea dengan memegang tangan zea kuat hingga zea meringis kesakitan
*Plakkk
"BERANI LU NYENTUH CIA?!" Tampar darren tepat di pipi yang tergores kaca darren tidak bisa melihat kalau di pipi nya ada goresan kaca kerna tertutup dengan masker putih"Shh" ringis zea ketika darah yang di pipi nya itu kembali keluar bahkan tembus ke masker dengan sigap ia menutupi darah itu dengan tangannya
"Pah?" Lirik zea pada haris seakan mengadu pada ayah nya
"Kamu pantas mendapatkan itu" ucap Arnold lalu meninggalkan mereka pergi
"k-kak" ucap ara saat melihat darren pergi dari hadapannya
Cia terkekeh melihat zea yang tidak diperhatikan oleh kaka dan ayah nya
"Sedikit demi sedikit gue akan rebut semuanya dari lu bitch" bisik cia pada zeaSaat itu juga air nata nya keluar ia tak tahan dengan air mata yang terus ia tahan ia tak kuasa dengan rasa sakit di fisik mau pun batinnya semua nya terasa sakit
Zea berlari ke kamar dan mencari kesalahan pada diri nya sambil menangis dan terus menatap langit langit
"Mama sekarang di mana?"
"Mama tau gak kakak lebih milih nampar aku pas aku mau nampar cia padahal kan cia duluan mah"
Mama gak ninggalin zea kan?"Racau zea sambil menangis memeluk lutut nya sulit sekali rasa nya anak perempuan tanpa seorang ibu dan ayah, ya walaupun ayah nya zea ada tapi zea merasa seperti kehilangan sosok ayahnya yang dulu
*Drett
Suara dering ponsel menyadarkan lamunan zea
Segera ia angkat telp itu dan ternyata levia lah yang meneleponnya"Ze lu di mana si katanya kalo sampe rumah di kabarin gimana sih lu!" Omel via di sebrang sana
"gue lupa vi hehe ketiduran tadi maaf ya" jawab ze dengan rasa bersalah
"Hm gak papa"
"Ze gue denger dengar bakal ada lomba basket ya melawan sekolah brahmata""HAH BENER VI? astaga kapan vi kapan?" Tanya
zea antusias yang mendengar berita itu dari via"Lah napa girang banget lu njr, jangan sampai itu kerna rakha"
"Iyalah siapa lagi vi!"
"Ah udah gue duga lu tolol banget sih ze arghhh"
"Kenapa vi?" Tanya zea panik mendengar via yang berteriak frustasi
"Gk papa gue, dah dulu emak gue manggil"
"Iya salam buat tante ria ya"
"Yaaaa"Setelah itu zea memutuskan panggilannya
Ia kembali teringat ucapan cia "Sedikit demi sedikit gue akan rebut semuanya dari lu bitch" apa yang di maksud ucapan cia kenapa ia harus merebut?, zea tidak keberatan jika harus berbagi tapi tidak di rebut
Zea berusaha untuk tidak menghiraukan kerna perjalanan nya masih panjang, ada banyak hal yang harus ia lakukan
Zea beranjak untuk mandi bersiap untuk makan malam
…ᘛ⁐̤ᕐᐷ
"Hai bi" ucap zea yang tepat berada di belakang bibi izah
"Eh non, kagetin bibi aja" ucap bibi sambil terkekeh melihat ara yang mendekat ke sampingnya
"Hehe, maaf bi" cengir zea
"Bibi buat apa? Mau zea bantuin ga?""Gak usah non lagian nanti non nya lagi yang luka luka kayak kemaren"
"Zea aja bi, gak papa lagian zea udah bisa bibi ajarin kemarin" ucap nya dengan pd nya
"Iya ze, kamu boleh bantuin bibi" ucap bik izah sambil tersenyum
Disini mungkin bingung kena bibi nya di suruh panggil zea gak ara? Kerna dulu ia sering di panggil dengan sebutan zea, zea gak marah tapi malah nyaman dan senang keena bibi nya memanggil dengan sebutan zea serasa lebih akrab dan bunda nya juga memanggil nya dengan sebutan zea tapi semenjak kejadian di mana bunda nya tidak ada ia di panggil oleh ayah nya dengan sebutan ara dengan itu lah ara lebih nyaman kalau bibi nya menyebutkan nama zea
Semua masakan sudah siap tertata rapi di meja makan saat nya ia makan bersama, Arnold, darren, dan cia juga sudah berada di. Meja makan siap untuk menyantap makanan
"Ini buat papah"
"Dan ini buat abang" ucap zea tersenyum saat meletakan nasi dan lauk nya ke piring Arnold, dan darren itu biasa bahkan setiap makan zea melakukan nya ya walau pun tak mendapatkan terima kasih dari mereka tak apa cukup argan dan darren tidak marah saja sudah membuat nya senang"Gue mana?" Ucap cia yang tidak mendapatkan nasi seperti argan dan darren
"Kamu ambil sendiri"
"Gak bisa gitu dong lu harus ambilin gue, gue males, kalau gak gue gak mau makan!"
"Yasudah kalau gak ma-"Ambilkan cia nasi dan lauk nya ara!!" Potong Arnold
"Tapi pah-"
"Ambilin aja apa susah nya sih atau gak gue juga gak makan!!" Potong darren yang sudah gereget sejak tadi pada zea
"Baik" ucap zea menuruti kemauan cia kerna terpaksa
Cia tersenyum miring melihat zea yang yang di marahi ia berasa menang saat ini
"Wah, masakan bibi selalu enak" ucap cia pada bik izah yang sedang membereskan dapur
~Btw meja makannya berpapasan dengan dapur jadi kalau makan otomatis bisa ngeliat dapur ya kerna tidak ada pembatas antara meja makan dan dapur~
"Makasih non tapi masakan kali ini di bantu zea" balas bik izah sambil melirik ke arah zea
"Gue tarik omongan gue kalau lu yang masak malah enek jadi nya"
KAMU SEDANG MEMBACA
VIA-AMARA
Teen Fictionbagaimana jika harus mengejar laki laki yang tidak memperdulikan mu, saat itu juga kamu harus bersaing dengan sahabat mu yang dulu nya yang kau anggap Kaka mu sendiri itulah yg di rasakan zea, nazea arabella wilson gadis cantik, baik, pintar, cuma...