PART 13

127 7 3
                                    

Hari ini merupakan kali pertama bagi Akta untuk menjalankan kemoterapinya. Setelah memastikan kondisinya layak untuk melakukan kemoterapi dengan beberapa pengecekan kesehatan yang dilakukan oleh dokter Anton, selaku dokter Onkologi.

Kini Akta dan Ahsan sudah memasuki ruangan kemoterapi, kata dokter Anton prosesnya akan berlangsung kurang lebih tiga jam.

"Yah, Akta takut, nanti efeknya akan gimana ya di tubuh Akta?" tanya Akta. "Tenang nak, Akta pasti kuat" ujar Ahsan menenahkan.

Intravena sudah terpasang di tangan Akta. "Kita mulai ya" ujar dokter Anton.

"Nanti akan ada beberapa reaksi yang biasanya timbul, seperti pusing, lemas, mual atau muntah, ataupun diare. Hal tersebut normal ya, cuman kalau rasa sakitnya berlebihan boleh panggil suster jaga atau saya biar langsung kami tangani" jelas dokter Anton.

Satu jam pertama semuanya terasa aman, hanya saja Akta merasakan tubuhnya lemas, dan kepalanya pusing, masuk ke jam kedua dan ketiga ia merasakan perutnya sangat mual, seperti akan meledak isi perutnya.

"Yah, mun..tah" mendengar itu Ahsan dengan sigap langsung mengambil emesis basin yang sudah disediakan pihak rumah sakit di samping tempat tidur Akta. Akta memuntahkan seluruh isi perutnya, kepalanya pusing, perutnya sangat sakit. "Yah, Akta gakuat, sakit banget" racau Akta. Wajahnya terlihat sangat pucat pasi. Melihat itu Ahsan khawatir dan miris melihat keadaan anaknya.

Tiga jam kemudian, Akta berhasil melewati kemoterapi pertamanya. "Akta, beberapa hari kedepan akan ada side effect yang kemungkinan akan kamu rasakan, itu hal yang wajar. Walaupun mual usahakan perut kamu jangan kosong. Gapapa makan sedikit yang penting sering" ujar dokter Anton. Setelah beristirahat sebentar di rumah sakit, Akta dipersilahkan untuk pulang.

"Ta, kamu mau mampir makan dulu gak? biar keisi perutmu" tanya ayah. "Gausah yah langsung pulang aja, Akta makan bubur Bi Ina aja nanti" jawab Akta lemas. Pasca kemoterapi ia merasakan tubuhnya sangat lemas bak tak bertulang. Sebenarnya kemoterapi tidak semenakutkan bayangan Akta, hanya di infus seperti biasa, namun efek yang diberikan lumayan menguras tenaga Akta.

Akta sampai di rumahnya pukul 3 sore dan langsung menuju kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya. Rasanya ia butuh hibernasi setelah berjuang hari ini.

•••

"Bi makanan Akta kenapa di bawain ke kamar sih? emang orangnya gabisa turun sendiri apa?" sewot Atha, ketika melihat bi Ina sedang menyiapkan nampan berisi bubur untuk dibawa ke kamar Akta.

"Iya den, den Akta lagi sakit, kata tuan makanannya minta tolong di bawain ke atas" ujar bi Ina sembari beranjak menaiki tangga.

"Ck manja bgt" ujar Atha.

Bi Ina kemudian memasuki kamar Akta, terlihat anak itu sedang tertidur pulas, bi Ina sebenarnya tidak tega jika harus membangunkan pemuda itu. Namun Bi Ina diminta oleh Ahsan, harus memastikan Akta memakan makanannya.

"Den.. bangun.. makan" ujar bi Ina lembut

"Eghhh, bi Ina, maaf Akta ketiduran, ini kenapa di bawa kesini? Akta masih bisa kebawah kok bi, santai aja" ujar Akta sembari merenggangkan tubuhnya .

"Disuruh tuan den, yuk makan, bibi harus pastiin aden makan dulu, kalo engga bisa kena marah tuan ini" Bi Ina berkata lugu.

Akta memakan bubur yang sudah dibawakan oleh Bi Ina. Ia hanya mampu memakan beberapa suap saja, jujur Akta sangat tidak nafsu untuk makan apapun hari ini. Tapi ia mengingat pesan dokter Genta untuk selalu makan barang sedikit. Akta tidak ingin keadaannya semakin parah daripada ini.

ABYAKTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang