PART 5

183 8 0
                                    

Sesampainya di rumah tepat pukul 3 sore, Byakta langsung menidurkan tubuhnya di atas kasur. Sungguh hari ini entah kenapa tubuhnya sama sekali tidak bisa diajak kompromi.

"Den Akta, makan dulu yuk sudah bibi siapkan, supaya badannya enakan, masih sakit perutnya?" ujar Bi Ina. "Iya bi, ini kayanya Akta masuk angin deh, dari tadi kembung banget" balas Byakta.

"Sok atuh makan dulu, nanti abis makan bibi kerokin badannya, terus minum obat deh"

Byakta tidak mampu untuk menghabiskan makanannya malam ini. Ia takut jika dipaksakan malah sia-sia sudah usahanya. Selesai makan Bi Ina siap siap untuk mengerok badan Akta. Kemudian keduanya beranjak menuju kamar Akta.

"Den ini badannya panas pisan, aden demam dari kapan?" tanya bi Ina. "Dari semalem bi kayanya". Bi Ina kemudian lanjut mengerok tubuh Byakta. Sesekali terdengar suara Byakta sendawa, yang menurut bi Ina itu tandanya anginnya sudah keluar.

•••

Karena hari ini hari Sabtu, Byakta bangun lumayan siang, dengan kondisi tubuh yang lumayan membaik. Ia kemudian mandi dan siap-siap untuk sarapan bersama ayah dan Atha.

"Selamat pagi semuanya, maaf Akta telat" ujarnya ketika melihat ayah dan Atha masih berada di meja makan. Malam tadi ayahnya baru saja pulang dari Surabaya mengurus perusahaannya. "Pagi, susah sekali kamu tadi dibanguninnya, ayah jadi makan duluan deh, kata bibi kamu sakit, udh enakan?" ujar sang ayah.

"Iya yah, gapapa makan duluan aja. Udah enakan kok, kemarin di kerokin sama bi Ina, Akta masuk angin palingan" ujar Byakta.

Diposisinya, Atha bersiap meninggalkan meja makan karena muak dengan percakapan sang ayah dengan Akta. "Aku naik" ucapnya singkat.

"Dasar anak nakal, orang tua lagi ajak ngobrol pergi begitu aja" ujar sang ayah. "Atha nya capek yah, orientasi kemarin kegiatannya full banget soalnya" bela Byakta.

"Ck dibela terus adiknya, hari ini ayah pergi ya mau latihan golf di sentul, kamu bebas deh mau kemana hari ini" izin sang ayah. "Iya yah, Atha mau dirumah aja yah seharian". "Perhatihan adikmu ya, jangan sampe dia kelayapan kemana mana" ujar sang ayah.

Setelah capek bekerja dari Senin - Jumat, sang ayah pasti akan selalu mengisi hari liburnya dengan kegiatan yang tidak kalah padatnya. Sabtu - Minggu Ia habiskan entah untuk melaksanakan hobinya atau bahkan kadang diisi dengan bekerja.

Selepas perginya sang ayah, Akta melanjutkan makannya. Ia kemudian mendengar pintu kamar sang adik kembali terbuka dan tidak lama muncul sosok Atha dengan pakaian yang sudah rapih.

"Tha mau kemana? kirain hari ini lo mau istirahat aja" tanya Byakta. "Bukan urusan lo" ujar Atha.

"Ayah minta gue jagain lo Tha selama dia pergi, lo mau kemana sih? jangan macem-macem ah"

"Gue pake motor lo, cepet mana kuncinya gue udh di tungguin nih" pinta Atha. "Buat apa tha? lo jangan balapan lagi, gue gamau lo kenapa-napa"

"Cepet anjing, mana kunci lo. Pelit banget sih, kalo motor gue gak di sita ayah gue juga najis minjem sama lo" murka Atha.

"Tapi lo janji harus pulang sebelum ayah sampe rumah ya, gue gamau lo dimarahin ayah" pinta Akta, sembari beranjak untuk mengambil kunci motor di kamarnya "Udah biasa juga, gue bukan lo si anak kesayangan ayah" ujar Atha pelan.

Byakta kemudian membereskan meja makan dan kembali kekamarnya untuk bersantai sekaligus mengistirahatkan tubuhnya.

•••

Hingga pukul 10 malam Atha belum juga sampai ke rumah. Untung saja ayah baru saja mengabari Byakta bahwa ia akan menginap di Sentul, karena keesokan harinya ia akan kembali main golf. Byakta kemudian mengirimkan pesan kepada Atha.

Byakta
Tha, lo dimana? udah malem, pulang
Jangan kemaleman pulangnya, gue tunggu

Byakta kemudian ketiduran di sofa ruang tengah, tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 2 dini hari. Byakta mendengar ada suara orang yang buka pintu, benar saja itu Atha baru pulang dengan keadaan setengah sadar.

"Tha lo mabok ya" ujar Byakta panik, ia kemudian segera menghampiri Atha yang tersungkur di lantai rumahnya.

"Berisik lo pembunuh, sok peduli, jangan sentuh sentuh gu.. hoek" belum selesai menyelesaikan kalimatnya, Atha sudah memuntahkan isi perutnya tepat mengenai Byakta. Tanpa rasa jijik sedikitpun Byakta membantu Atha menuntaskan hasrat muntahnya.

"Keluarin semuanya  Tha, pelan-pelan aja. Gapapa disitu, nanti lantainya gue pel-in" ujar Byakta sembari memberikan pijatan pada tengkuk Atha. Setelah dirasa Atha tidak akan muntah lagi, ia membopong Atha kekamarnya, mengganti baju Atha dan Byakta juga ikut mengganti bajunya, kemudian menyelimuti Atha.

Selanjutnya ia kembali ke lantai bawah, membersihkan seluruh sisa muntahan Atha, tanpa rasa jijik sedikitpun. Byakta kemudian memasuki kamarnya dan bersiap tidur.

Pagi harinya Akta bangun lebih pagi dari biasanya, ia menyiapkan sarapan untuk Akta karena setiap hari minggu bi Ina akan izin kerja untuk pergi menemui suaminya. Pagi ini ia memasak bubur, ia yakit perut Atha masih belum nyaman untuk makan yang macam-macam.

"Tha, bangun, sarapan" Byakta membangunkan Atha yang masik tertidur lelap di kamarnya.

"Berisik, udah sana lo" ujar Atha kasar. "Makan dulu tha, yuk"

Dengan sedikit paksaan akhirnya Atha bangun dan mengikuti Byakta kearah meja makan. Sesampainya di meja makan, Byakta menyiapkan bubur ayam dan memberikannya kepada Atha yang sedang memijat kepalanya. "Nih makan, tadi gue bikin bubur special for my twin brother" Akta terkekeh.

Atha kemudian dengan terpaksa memakan bubur buatan Akta, lantaran memang perutnya yang sudah kelaparan entah kenapa. Dia sama sekali tidak ingat apa yang terjadi dengannya semalam. Tapi dia pasti berbuat sesuatu, karena setiap dia mabuk ada saja ulahnya.

"Udah enakan belom perut lo? kepalanya juga masih pusing ga? lagian sih lo demen banget minum begitu" ujar Byakta. Atha sama sekali tidak menjawab pertanyaannya tersebut.

"Yaudah habisin ya bubur lo, gue mau beberes dapur, berantakan abis masak" Akta kemudian beranjak meninggalkan meja makan.

Saat sedang menonton TV di ruang tengah, tiba tiba saja memori tentang kejadian semalam hadir di otaknya, ia mengingat semua kejadian kemarin, malu, mau di taro dimana mukanya. Atha akan pura-pura tidak mengingat kejadian semalam.

Sejujurnya ia merasa tidak enak dengan Byakta atas kejadian semalam, namun rasa gengsi terlalu menguasai dirinya. Gengsinya akan selalu menang melebihi apapun. Atha tahu bahwa Byakta sama sekali tidak mempermasalahkan hal semalam, namun pasti kata-kata yang keluar dari mulutnya telah menyakiti perasaan Akta.

•••

Halo aku update lagi! jujur masih bingung kaya belum yakin sama style penulisanku, hweee

all the love, xx

Jakarta, 31 Oktober 2024

ABYAKTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang