PART 16

127 7 0
                                    

"Lo kanker ta? jawab gue jangan diem aja" cecar Atha. "Maaf lo harus tau dengan cara kaya gini, gue gatau gimana cara untuk ngasih tau lo Tha, gue kena kanker lambung stadium 2" ujar Akta lirih.

"Bagus Ta, setelah lo bunuh mama, buat hidup gue hancur, sekarang lo mau pergi juga?" ujar Atha dengan nada marah.

"Engga Tha, liat gue masih mau berjuang, buat lo dan ayah. Maaf mungkin ini bukan yang lo harapkan, tapi gue bener-bener masih mau hidup" ujar Akta sambil meneteskan air matanya.

Atha masih kaget mengetahui fakta ini semua. Ia benci dengan Akta tapi ia tidak ingin kembarannya pergi begitu saja. Bagaimanapun Akta tadinya orang terdekatnya, orang yang selalu membelanya, teman main dari kecilnya. Bak tersambar petir, malam ini ia tertampar oleh kenyataan.

Kenyataan bahwa dia satu-satunya penghuni rumah ini yang tidak tau keadaan Akta, kenyataan bahwa dia telah gagal menjadi saudara, kenyataan bahwa nyatanya Akta masih menjadi bagian terpenting dalam hidupnya.

Tanpa mengatakan apapun, Atha langsung meninggalkan kamar Akta, ia membutuhkan waktu untuk mencerna semuanya. "Tha, sebentar lagi semua keinginan lo bakal tercapai, tapi maaf sebelum itu terjadi izinkan gue perjuangin diri gue ya, sampai untuk berjuang saja rasanya tidak sanggup" ujar Akta pelan, namun Atha tetap dapat mendengarnya.

Paginya, kedua adik kakak itu sama sama bungkam, tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun. Hari ini Akta hanya menemani Atha sarapan saja, ia masih tidak diizinkan untuk sekolah.

"Lo udah... oke?" tanya Atha sedikit ragu.

Mendengar itu Akta tidak bisa menahan senyuman di bibirnya "Udah lebih baik, itu efek samping dari kemoterapi yang sebelumnya gue lakuin, maaf lo jadi liat kejadian itu" ujar Akta.

"Lo kemarin kemo sendiri?" Atha terlihat banyak bertanya sekarang. "Iya, mau sama siapa lagi? biasanya kalo ada ayah, ayah yang nungguin gue" jawab Akta ringan.

"Kalo kemo selanjutnya sama gue... mau?" Atha bertanya ragu.

"Tha serius? gue mau Tha. Cuman kalo lo lakuin ini karena kasian sama gue, gausah tha gapapa, gue masih bisa kok sendiri, gu..." ucapan Akta terpotong oleh perkataan Atha.

"Ta, gue mau pelan-pelan perbaiki hubungan kita, maaf gue telat." mendengar itu Akta langsung memeluk sang adik, ia menangis, begitupun dengan Atha.

"Tha maafin gue, maafin atas semua sakit yang udah gue buat dihidup lo. Makasih lo udah mau balik ke gue lagi Tha" ujar Akta masih dengan air mata yang berlinang.

•••

Walaupun keadaannya tidak bisa dikatakan baik, namun Akta sangat bersemangat menunggu sang adik pulang sekolah. Ia sudah meminta kepada bi Ina untuk memasak menu yang menjadi favorit Atha.

"Aden Akta tunggu aja di ruang tv sembari bibi buatkan makanannya. Ini udah mau selesai" ujar Bi Ina, ia khawatir karena Akta sudah dari satu jam yang lalu membantunya di dapur. Ia tau anak itu masih belum baik kondisinya. Akta beberapa kali lari ke kamar mandi untuk muntah-muntah.

"Gausah bi, ini bentar lagi kan mateng, Akta mau plating di meja makan" tolak Akta. Ia sangat senang hari ini, akhirnya moment yang ia inginkan perlahan terwujud.

Beberapa menit kemudian Atha terlihat memasuki rumahnya. "Athaa, ini gue sama bi Ina udah masakin makanan kesukaan lo, ganti baju dulu sana baru makan" tanpa mengatakan apapun Atha langsung menuju ke atas.

ABYAKTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang