8. Abang Macam Apa?

10 2 1
                                    

"Nah, ini sungainya, Ji."

Keesokannya seperti rencana yang sudah dibuat, para remaja itu pergi untuk memancing sekaligus berenang di sungai. Kali ini Jihan turut dibawa, sejak tadi gadis itu tak melepas pegangannya pada Johan. Jalan menuju tepi sungai ini cukup terjal untuk dipijak anak kota kurang pengalaman seperti Jihan.

Sementara Aora dituntun oleh Nataya, padahal ia 'kan sudah tau jalannya seperti apa, tapi Nataya malah kekeh membantunya, lumayan juga ada untuk pegangan.

Sebenarnya kali ini mereka akan bermain bersama bapak-bapak mereka, Aldelio juga sudah sejak tadi sampai di sungai untuk memancing bersama Delvin. Sementara si kembar, Nataya dan Aora baru pergi karena anak-anak itu bangun terlalu siang.

"Itu Papa! PAPAAAA!" Panggil Jihan dengan sumringah.

"Eh, hati-hati itu dilihat jalannya, Johan pegangi itu Jihan," Balas Dava.

"Ini juga dipegangi kok!" Gerutu Johan.

Walaupun Johan sering sekali merasa jika Jihan merepotkan, menjadi beban untuknya, tapi jika sampai terjadi sesuatu pada kembarannya itu, Johan bisa jadi orang paling cemas, seperti sore kemarin. Johan takut Jihan berbuat yang tidak-tidak karena rasa kesepiannya, karena tidak ada yang tahu isi pikiran gadis itu.

Tapi untungnya, Jihan sepertinya sama sekali tidak berpikir sejauh itu, kemarin Jihan ternyata berada di kamar mandi karena sakit perut, jadi gedoran dan teriakkan sama sekali tidak terdengar olehnya.

"Hayolo, siang bener bangunnya sih kalian, liat Papa udah dapet ikan!" Seru Danish, diperlihatkannya ikan yang didapatnya, ternyata hanya dua dan berukuran kecil.

"Ih kecil amat," Balas Johan.

"Heh bocah, lu mana bisa dapet ikan kalo sendirinya yang mancing."

"Belum dicoba kok udah ngomong gitu," Gerutu Johan, diam-diam Jihan mengangguk dibelakangnya.

"Kalian mau ikut mancing dulu apa mau langsung main?" Tanya Dava.

"Main lah Pa!" Jawab Johan dengan semangat, "ayo Nat!"

"Serius nih kita berenang?" Nataya masih dengan keraguannya, ingat kan jika Nataya adalah anak yang amat bersih?

"Ayolah Nat, Jihan aja berani kok, iyakan Ji?"

Jihan mengangguk dengan semangat, dia tau jika Johan sangat ingin berenang di sungai ini, walau sebenarnya Jihan kurang yakin juga, bukan karena takut gatal dengan air tidak bersih, tapi Jihan takut tenggelam.

"Yaudah, Papa mau bersihin semua ikannya, udah dapat lumayan kok ini, nanti kita bakar di sini, kalian hati-hati mainnya, jagain juga itu Jihan ya, Jo?"

"Siap Pa!"

"Lio, ikutan?" Tanya Delvin.

Aldelio mengangguk kecil, "jagain mereka."

"Kalian harus nurut sama Kak Lio ya, dijagain sama Kak Lio."

"Oke!"

🐰

"AHAHAHA ITU! Itu tadi disana ada ikannya lho!"

"Ya susah dong kalo harus ditangkap."

"Ih gede lho kak!"

"Ya mereka juga 'kan bernyawa, ya kaburlah!"

Jihan memperhatikan ketiga orang di depannya, Johan, Nataya, dan Aora, yang sedang mengepung seekor ikan yang mereka lihat, sedangkan Jihan sendiri duduk di batu besar yang ada di tengah-tengah sungai itu. Tubuh mereka sudah basah seluruhnya, Jihan hanya membasahi tubuhnya lalu cepat duduk dibatu, gadis itu sedikit takut terpeleset.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bucin PersecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang