7. Day 1

23 4 1
                                    

"Aora?" Azzilia menyembulkan kepalanya di sela-sela pintu kamar Aora, Ibu anak satu itu tersenyum kala melihat Aora yang sudah bersiap tidur. "Boleh masuk?"

"Masuk aja, Tante."

Azzilia mendudukkan diri di pinggir ranjang, Aora juga duduk didekatnya, "besok ikut tante ya? Kita beli bahan makanan buat liburan, kebetulan tempatnya agak berjarak dari kota, jadi rencananya mau bawa aja langsung dari sini, sekalian kita beli barang yang belum Aora punya untuk di sana."

Aora berdehem kecil, ajakan ini sudah ia perkirakan, "sebelumnya Aora minta maaf tante, sepertinya, Aora gak ikut liburan. Besok bisa aja sih Aora ikut bantu tante belanja kalo perginya pagi."

Alis Azzilia terangkat, "kenapa gak ikut? Semuanya harus ikut Aora."

"Maaf tante, Aora udah punya rencana selama libur ini."

"Kamu mau kemana emangnya? Gak ya, pokoknya kamu harus ikut," Kekeuh Azzilia, karena jangan sampai Aora tidak ikut liburan.

"Aora gak kemana-mana kok tante, libur kali ini rencananya Aora mau ikut kerja di tempat abangnya temen Aora—"

"Kamu kekurangan uang? Kenapa gak bilang sama tante?" Potong Azzilia.

"Enggak sih, tapi... "

"Tapi kenapa? Orang tuamu gak ngasih?"

"Bukan gitu tante, Aora cuma mau ngisi waktu luang aja, Aora ada uang kok, Aora gak kekurangan uang sama sekali."

Azzilia menatap Aora penuh curiga, sebelum menarik napasnya panjang, "Aora gak perlu ya ambil kerja gitu, kamu masih sekolah, tante gak mau kamu mikirin hal lain, ya emang sih, itu juga bikin kamu belajar mandiri, tapi... Jangan ya? Mending kamu ikut kami liburan, kapan lagi kan?"

"Eum.. Tante, sebelumnya makasih, tapi, Aora ngerasa gak enak kalo harus ikut, Aora kan bukan siapa-siapa, lagi pun, yang lain kayaknya gak suka sama Aora. "

Azzilia mengusap lembut tangan keponakannya itu, tersenyum menyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja, "gak ada yang kayak gitu, semuanya nerima kamu, masalah Jihan juga itu kan salam paham aja, tante yakin, nanti Jihan bakalan deket-deket kamu, soalnya sekarang Jihan lagi dicuekin kakaknya, tau kan?"

Aora tersenyum kecil sembari mengangguk. Memang setelah kejadian beberapa jam lalu, Aldelio tak menampakkan diri, Jihan berusaha menghubungi Kakaknya itu, namun tak ada jawaban sama sekali, padahal Jihan ingin meminta maaf juga.

"Kak Lio marah banget ya sama Jihan?"

Azzilia mengedikkan bahunya, "sepertinya iya, Aora tau? Jihan itu sejak kecil nempel banget sama Lio, jadi wajar aja kalo Jihan gak bisa nerima kalo kakaknya itu punya pacar. Lio juga, pacarnya itu pacar pertama dia, tante juga gak tau kalo Lio sampai seserius itu hubungannya, Lio mungkin kesal karena ke-posesifan yang Jihan tunjukin, Lio gak terima kalo pacarnya sampai diperlakuin kayak gitu sama Jihan."

"Iya Aora juga ngerti tante.. Bingung juga sih ya kalo kasusnya kayak gini," tawa Aora sedikit menguar. "Iya, makanya nanti Aora ikut, temani Jihan ya? Tante yakin Jihan pasti sedih sekarang, kamu udah maafkan Jihan?"

"Iya, Aora gak terlalu bawa serius masalah tadi kok, tan. Apalagi setelah dengar penjelasan tante."

"Berarti fix ya kamu ikut?"

"Eum, iya deh... "

Padahal Aora rencananya besok akan pergi menemui abang temannya dan meminta pekerjaan, daripada diam saja di rumah dan menumpuk pikiran buruk tentang jalan hidupnya, bukankah lebih baik untuk pergi keluar untuk menjauhkan pikiran buruk itu.

🐰





Siang ini, tiga keluarga bertetangga akan memulai perjalanan, ada tiga mobil yang berangkat. Mobil pertama dibawa oleh Delvin, bersama dengan istrinya, Nesha dan juga Danish. Mobil kedua oleh Dava dan istrinya, beserta keperluan dan bahan-bahan makanan, dan mobil terakhir dibawa oleh Aldelio, Johan dan Nataya. Sementara itu, Jihan masih menggaet lengan Aora, bingung akan ikut mobil yang mana.

Bucin PersecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang