"Hai, baby girl."
"A- ka—"
"KAK LIO!" pekik Nataya dan Johan bersamaan, sementara Jihan masih menganga menatap pemuda tampan di hadapannya.
Jihan menelan ludah, pemuda di depannya tampak unreal! Dia memang mirip Kak Lio-nya tiga tahun lalu, tapi yang kali ini ada di depannya sangat sangat tampan dan dewasa! Jihan rasanya pening, gadis itu memegangi kepalanya, membuat Aldelio mengernyit menatapnya.
"Kak Lio! Yaampun, gak nyangka ternyata ini kak Lio!" pekik Johan.
"Kak Lio keren banget! Wah!" timbal Nataya.
"Surprise!! Udah gede ya kalian," balas Aldelio, kemudian pemuda tampan itu mengelus kepala Jihan yang tertunduk, gadis itu menegang seketika.
"Ini, anak mungil satu kenapa diem aja? Ga seneng?"
Jihan mendongak perlahan, namun ketiga anak manusia di dekatnya tercekat, pipi gembul Jihan sudah penuh air mata! Dava sang Papa yang kini menyetir malah tertawa melihat kelakuan putrinya.
"Ke-kenapa Ji——"
"HUUWAA! KAK LIO KENAPA GANTENG BANGET! KEPALA JIHAN PUSING LIAT KAK LIO!"
Keempat laki-laki itu sontak tertawa mendengar keluhan Jihan, Aldelio juga reflek menarik tubuh mungil itu dalam pelukannya, mengusap kepalanya dengan lembut, sementara Jihan menangis keras dalam pelukannya.
"Jihan kamu lucu banget sih sayang," timbal sang Papa sembari terkekeh geli.
"Jihan ada-ada aja kelakuannya," Johan sampai tak habis pikir dengan kelakuan kembarannya.
"Kak, peluk juga dong, emang Jihan doang yang kangen?" Protes Nataya dengan tampang kesal, membuat Aldelio tersenyum geli.
"Masih kek anak kecil aja lo, Nat! Sini." Nataya merapatkan diri pada Jihan dan ikut berpelukan.
"LHA, JOHAN ENGGAK??!"
Aldelio terkekeh, "nanti aja di rumah."
Karena posisi rumah mereka memang berdampingan sejak dulu, Jihan, Johan dan Nataya mengikuti Aldelio ke rumahnya. Aldelio pulang setelah tiga tahun di luar kota. Aldelio tak pernah pulang ke sana, jika libur pun Mami Azil dan Daddy Delvin yang menemuinya. Jihan sama sekali tak melepaskan pelukannya pada pinggang Aldelio, sejak turun dari mobil gadis kecil itu tetap menempel pada Aldelio.
"Alde ganteng banget sih, kok bisa jadi kayak gini," puji Nesha centil.
"Iyalah! Anakku!" sahut Azzilia.
"Alde! Gimana kabar bro?" Danish menepuk pemuda itu keras, Aldelio sedikit meringis, lalu tak lupa menyalami Papa dari Nataya itu.
"Baik Pah," jawab Aldelio.
"Ma! Jihan mau nginep di sini ya?"
Diva menggeleng, "gak boleh, biarin kak Lio nya istirahat dulu."
"Maaaaaa, pengen ngineeppp," rengek Jihan manja, kini gadis itu beralih pada Mamanya, memeluk tangan Mamanya dan merengek kembali.
"Biarin ajalah, Div, kasian," ucap Delvin.
Diva menghela napas panjang, kemudian, "yaud——"
"Johan juga 'kan, Ma?" tanya Johan berbinar.
"Johan gak boleh, Papa ada urusan nanti pulangnya bakalan malem, kamu temenin Mama di rumah," sahut Dava tegas.
Johan mengerucutkan bibirnya kesal, lalu matanya tak sengaja melihat Jihan yang membuat ekspresi mengejek, sinyal membuat Johan melotot. "Jihan juga gak boleh, Pa! Liat dia ngejek Johan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bucin Persecond
Diversos"Jadi, semenjak pacaran Kak Lio udah sering di sun sama pacar Kakak? Berarti Jihan juga bisa dong!" "Jihan, jangan macem-macem." Jihan, Johan, dan Nataya adalah asuhan Aldelio sejak kecil. Terpaut umur tiga tahun dengan si kembar, dan empat tahun de...