Chapter 5
Caught in Your Sister Bedroom
Beberapa hari terakhir ini, aku dan Mark sedang menjaga jarak satu sama lain. Satu sore tiga hari yang lalu, ibu pulang lebih awal dari kantor karena pusing. Dia sedang uring-uringan. Mark bilang, ibuku mungkin hamil lagi. Dia jadi stres dan mudah marah. Mark, yang sore itu mendapat tugas ke luar kantor juga selesai lebih cepat. Begitu tahu aku sudah di rumah, dia memutuskan tidak kembali ke kantor dan langsung pulang.
Rumah dalam keadaan sepi. Akhir-akhir ini, kami hampir tidak pernah bercinta di rumah pada siang hari. Jika semuanya berjalan normal, ayah dan ibu baru akan pulang beberapa jam lagi. Aku tahu Mark pasti akan langsung mengajakku berhubungan seks untuk memanfaatkan kesempatan itu. Aku sengaja mengenakan pakaian tidur favorit Mark. Dia biasa menyuruhku memakainya kalau dia mau menyelinap di tengah malam.
Pakaian itu adalah sebuah cropped shirt putih agak kekecilan di badanku yang makin sintal. Jika aku mengenakannya, putingku akan tercetak jelas dan Mark amat menyukainya. Mark melarangku mengenakan bra di baliknya, tentu saja, dia senang sekali memainkan putingku dari luar, membuat kaus itu sangat basah oleh ludahnya sebelum dia akhirnya menelanjangiku. Selain kaus, aku mengenakan celana kolor yang sangat pendek sampai-sampai tidak bisa menutupi seluruh bokong bulatku. Setelan itu sama sekali tidak pernah kukenakan kecuali di dalam kamar dan di depan Mark. Kalau ibu tahu aku masih suka memakainya di rumah, dia akan menghajarku. Sejak aku beranjak dewasa, ibu jadi lebih ketat mengawasi semua pakaianku. Jika aku kelihatan agak seksi, dia akan memanggilku ke kamar dan menasehatiku. Katanya, meskipun Mark adalah saudaraku dan suaminya adalah ayah tiriku, aku tetap harus tampil sopan di depannya. Sewaktu aku bertanya kenapa, ibu tidak mau menjawab.
Mark : Jangan pakai celana dalam, Kim!
Aku membaca pesan Mark dan mengulum senyum malu. Tanpa dia memperingatkan pun, aku sudah tahu apa yang harus kulakukan. Kalau aku memakai celana dalam saat janjian dengan Mark, dia pasti marah. Dia suka sekali jika tahu aku tidak memakai apa-apa di balik pakaianku. Tapi, kalau aku tidak pakai bra saat ke sekolah, atau pergi selain dengannya, dia akan langsung murka. Aku masih sangat takut dimarahi Mark. Meski setelah itu, dia akan menyetubuhiku dengan sangat bernafsu dan aku sangat menyukainya, tapi aku tetap tidak senang membuat Mark marah-marah. Dia supermenyeramkan.
Mark : Coba kulihat dulu. Apa kau jadi gadis yang patuh, atau tidak? Kalau tidak, aku mau kembali ke kantor saja.
Kim : Jangan, Mark.
Mark : Kirim fotomu sekarang, Kim.
Aku berpose di depan cermin, membusungkan dada supaya putingku yang tercetak terlihat di hasil jepretannya. Pinggulku kunaikkan sedikit supaya Mark bisa melihat tonjolan panggul dan bokongku yang tidak sepenuhnya tertutup celana mungil itu.
Mark : Kau cantik sekali. Tapi, bagaimana aku bisa tahu kau pakai celana dalam, atau tidak kalau posemu hanya seperti itu? Naikkan kakimu di atas meja belajar, lalu ambilah foto dari bawah. Singkap sedikit celanamu, Kim.
Kim : Tapi, Mark... waktu itu kau bilang… aku tidak boleh sembarangan membuat foto seperti itu.
Mark : Itu kan kalau orang lain yang menyuruhmu. Kalau aku yang menyuruh, kau harus patuh. Cepat sedikit, Kim. Aku tidak menyetir. Mobilku kutinggal di kantor. Tadi aku jalan keluar sama Thomas. Dia sedang mengobrol dengan James di depan, aku bosan duduk di belakang. Aku ingin lihat vagina kecilku yang manis.
Aku menurut.
Mark : Ohhh… Kiiim! Kau kok nakal sekali, sih!
Kim : Tapi kan… tadi kau yang suruh aku, Mark!