45. Two Broken Wings

98 37 18
                                    

Shanshan masih duduk di kedai hot pot sederhana itu, tubuhnya terguncang oleh isakan tangis yang tidak mampu ia bendung. Hatinya perih, seperti dihantam badai amarah dan penolakan yang membingungkan.

Namun, di tengah keheningan kedai, terdengar langkah pelan mendekat. Ibu Zhou Shiyu datang menghampirinya dengan lembut dan membawa selembar tisu di tangannya.

Perlahan, wanita itu menyodorkan tisu untuk mengelap air mata Shanshan. Melihat tindakan yang tidak terduga ini, Shanshan terkejut dan sedikit bingung. Bagaimana mungkin wanita ini, yang begitu penuh luka dan kemarahan terhadap ayahnya, bisa menunjukkan simpati padanya?

"Kenapa?" Wanita itu tersenyum kecil, sorot matanya penuh pemahaman.

"Apa aku mengejutkanmu?" tanyanya sambil menatap Shanshan dengan lembut.

Shanshan hanya mengangguk pelan, tidak bisa berkata-kata. Wanita itu melanjutkan dengan suara yang masih lembut.

"Aku tidak akan menyalahkanmu, tidak pernah. Aku membenci pria itu. Tapi tidak dengan ibumu, apalagi denganmu"

Perkataannya membuat hati Shanshan bergemuruh, namun ia tetap mendengarkan dengan seksama. Ibu Zhou Shiyu menatap jauh ke depan, seolah mengenang sesuatu yang tidak dapat dihapus oleh waktu.

"Aku kaget ketika mendengar kabar tentang kecelakaan itu. Bahwa ayahmu, ibumu, dan adikmu telah tiada. Jika kau bertanya apakah aku kasihan padamu? Jawabannya adalah tidak. Aku tidak merasa kasihan karena Tuhan telah menyelamatkanmu dari doa-doa Zhou Shiyu. Ia memohon keadilan pada Tuhan, meskipun keadilan yang ia harapkan adalah kehancuran bagi orang-orang yang menurutnya menghancurkan hidupnya"

Shanshan menghela napas berat, berusaha memahami. Ibu Zhou Shiyu melanjutkan dengan nada tenang, kesungguhan dan pemahaman terhadap putrinya sendiri.

"Nak, mungkin aku tidak membencimu dan aku bisa mengerti posisi yang kau alami sekarang. Namun, Zhou Shiyu… dia tidak akan pernah bisa. Masa kanak-kanaknya, masa remajanya, semua itu diwarnai luka sejak ia tahu ayahnya berkhianat pada kami"

Mendengar itu, Shanshan menegakkan kepalanya, menatap ibu Zhou Shiyu. Di sana, ia melihat kesedihan yang tertahan, kenangan pahit yang disembunyikan di balik ketegaran.

"Mungkin aku juga bertanggung jawab atas kebencian yang mekar di hati Zhou Shiyu untuk ayahnya. Tapi untuk kebencian pada dirimu dan keluargamu, itu adalah sesuatu yang tidak bisa aku redakan" Ucapannya terdengar tulus, penuh kepedihan seorang ibu yang ingin melindungi anaknya dari luka lama.

Ibu Zhou Shiyu tersenyum getir, mencoba menggambarkan masa-masa sulit yang harus dilewati putrinya.

"Zhou Shiyu dulu sangat membanggakan ayahnya. Ketika sang ayah tidak lagi berada di sisinya, ia terpukul. Teman-temannya di sekolah dasar mencemoohnya, dan ketika ia masuk ke sekolah menengah, tidak ada yang berubah. Lingkungannya masih sama, begitu juga dengan bisik-bisik dan pandangan sinis dari orang-orang"

Shanshan merasakan hatinya semakin terhimpit. Ia bisa membayangkan sosok Zhou Shiyu kecil, seorang gadis yang dulu ceria, namun harus menerima kenyataan pahit karena perbuatan ayah mereka.

"Zhou Shiyu akhirnya bekerja keras untuk mengejar mimpinya. Ia memilih sekolah yang jauh dari sini, mencoba melupakan masa lalu yang menghantuinya" lanjut ibu Zhou Shiyu, bibirnya melengkungkan senyum kecil yang terasa getir.

"Ia ingin dikelilingi orang-orang yang tidak mengenal kisah masa lalunya atau tentang ayahnya. Sejak kecil, Zhou Shiyu selalu melarikan diri dari bayangan ayahmu, dan ia telah mengorbankan banyak hal untuk itu. Sekeras itulah usahanya untuk menyelamatkan diri"

Perkataan itu perlahan menyadarkan Shanshan akan kenyataan yang harus dihadapi Zhou Shiyu. Di balik sikap dinginnya, Shanshan dapat merasakan betapa dalam luka yang harus disembunyikan oleh gadis itu.

Harmony in the Universe: The Journey of Wang Yi and Zhou ShiyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang