07. Tamed Dazed

197 37 3
                                    

"Hanya satu gadis yang harus aku cintai dan itu kau Bella Kim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hanya satu gadis yang harus aku cintai dan itu kau Bella Kim."

____________________

Teacher's Pet

Chapter 07 Tamed Dazed

___________________

Park Jongseong kembali ke rumah dan sekolah lagi seperti biasa seolah tak terjadi apa-apa. Kini ia tengah bersorak gembira di tengah lapangan basket karna sudah memenangkan pertandingan dengan Abs High School.

Ia sebagai kapten basket terus di elu-elukan oleh semua murid yang duduk di kursi tribun sebagai penonton sama sepertiku. Tapi aku tidak bersorak dan mendengus sebal tatkala melihat Ariella berlari ke tengah lapangan untuk memberikan pelukan selamat.

Lalu persekon selanjutnya adalah keduanya sudah saling memangut dan kalian jangan kaget kalau para guru yang melihat hanya membuang muka. Sekolah Brave high school memang sekolah internasional dan membiarkan seluruh murid menyampaikan ekspresi;berciuman dengan pasangan.

Tapi tidak sampai melakukan tahap seperti seks di sekolah. Hal itu jika di ketahui oleh pihak guru dan keamanan sekolah akan di beri hukuman droup out.

Jadi seperti yang kalian pikirkan, mereka yang sudah terbawa nafsu dengan pasangan akan melakukan itu di luar sekolah atau mungkin ruang rekreasi yang di miliki setiap anak yang menyumbangkan donatur paling banyak.

Ada tiga orang pemiliki ruang rekreasi di sekolah sialan ini; Jake Shim, Park Jongseong dan Niki.

Oh jangan kaget, meski si sialan Park Jongseong bukanlah ahli waris keluarga Park tapi keluarga ibunya memiliki harta warisan tujuh turunan yang tidak akan pernah habis.

"Minumlah nona muda." Heeseung yang masih jadi pengawal setiaku menyodorkan botol air minum tanpa mengetahui kekasih tercintanya-Song Seulhae telah mendelik tajam di bangku depan tribun. "Terima kasih." Kataku dan minum untuk meredam api cemburu.

Pasangan sialan itu sudah saling melepaskan diri dan berjalan menuju ruang klub basket. Perlahan semua murid dan guru yang menontonpun beranjak pergi setelah basa basi pidato penyerahan piala.

Aku masih tercenung di kursi tribun dan Heeseung serta Minhye sudah aku usir secara halus kalau aku butuh waktu sendiri. Aku memikirkan banyak hal sampai tak terasa sudah hampir satu jam aku diam melamun.

Lantas menyadari bahwa selain aku ada Min Yoonji yang masih duduk terdiam di bangku tribun. Aku beranjak tidak peduli akan eksistensinya meski ia termasuk keluarga Min.

Aku tidak mau berurusan dengan adik kesayangan Min Yoongi. Selain itu Yoonji juga mengisolasi diri tanpa ingin bergaul dengan siapa pun. Hanya buku dan perpustakaan yang ia suka.

Kalau ia lebih percaya diri mengacung menjawab setiap pertanyaan guru untuk menambah poin mungkin dia yang akan menjadi juara pertama paralel dan bukanlah si sialan Ariella.

"Bella."

Aku berbalik dan terkesiap menyadari bahwa Min Yoonji memanggilku. "K-kau memanggil namaku?" Tanyaku menunjuk diri sendiri.

Ia mengangguk dengan wajah dingin tanpa ekspresinya dan berjalan mendekat membuatku tanpa sadar menahan nafas. "Bersikap biasa saja Bella." Katanya yang turun terlebih dahulu dari tribun dan aku mengkutinya dengan berbagai macam dugaan.

"Kau dari mana saja." Sunghoon ntah datang dari mana meraih lengan Yoonji dan sepertinya ia tidak menyadari eksistensiku.

"Aku sudah menunggumu di perpustakaan dan tidak—" Sunghoon berhenti bicara tatkala netranya baru menyadari eksistensiku.

"Wow." Kataku dalam hati. Tidak menyangka Sunghoon yang poker face itu bisa menampilkan ekspresi kesal seperti tadi meski dalam dua detik.

"Bella kau disini."

Pertanyaan bodoh.

"Yah aku disini." Kataku tak bersemangat ketika melihat wajahnya dan mengingat perjodohan sialan. "Mau pulang bersama?" Katanya tiba-tiba dan Yoonji menatapku.

"Tidak." Kataku cepat dan melirik Yoonji yang masih menatapku. "Ada apa? Kau seperti ingin mengatakan sesuatu." Kataku pada Yoonji yang masih mempertahankan wajah dinginnya.

WHAT THE HEAL!! Mengapa aku harus berurusan dengan dua manusia poker face sekaligus.

"Jam tujuh malam di cafe rodel dee." Katanya yang kemudian berjalan pergi begitu saja meninggalkanku yang terperanggah pada belakang kepalanya.

"Maksud Yoonji dia ingin bertemu denganmu di cafe rodel dee jam tujuh malam." Kata Sunghoon menjelaskan.

"Oh." Aku meliriknya yang ternyata menatap punggung Yoonji sampai gadis itu tak terlihat setelah belok keluar dari koridor ini. "Kau menyukainya?" Tebakku dan ia menatapku dengan wajah sok tenangnya yang menjengkelkan.

"Tidak. Kami hanya bersahabat." Katanya dan membawa satu tanganku untuk ia genggam. "Hanya satu gadis yang harus aku cintai dan itu kau Bella Kim."

"Yah terima kasih." Kataku perlahan melepas genggaman karna tidak ingin ada gosip bertebaran di sekolah bahwa aku dan si Sunghoon telah menjalin kasih.

Bisa gawat kalau para fans fanatiknya tahu dan menjadikanku bulan-bulanan mereka.

"Nanti sore kita pulang bersama ya." Katanya dan tanpa terduga mengecup pipiku. Kemudian berjalan pergi meninggalkanku yang mematung memproses segalanya.

Rasanya kepalaku mau pecah oleh beberapa kejadian tak terduga seperti ini. "Bersenang-senang huh?" Kata seseorang yang ternyata adalah Jongseong.

Aku mendelik sebal, "Tentu saja senang." Kataku sok ceria dan ntah mengapa malah membuat Jongseong menggeram marah.

Well, kebahagianku kan memang selalu membuat Jongseong marah dan kesedihanku adalah kebahagiannya. Kenapa aku tahu? Karna dia sendiri yang selalu mengatakan hal itu di setiap perundungannya.

Di tambah kalimat baru menyakitkannya yang mengatakan Park Sunghoon adalah sumber penderitaanku.

Dan aku percaya? Tentu saja tidak.

"Dasar sialan." Desisnya dan mendorongku ke tembok kasar sampai aku merasa punggungku begitu nyeri. "Kau—" Aku baru saja akan memakinya tapi terhenti saat ia membungkam mulutku dengan mulutnya.

TUNGGU. DIA MENCIUMKU LAGI?!!

Ia menciumku panas seolah seperti tak ada hari esok dan aku dengan gilanya membalas ciuman itu sama panasnya. Mengalungkan kedua lenganku pada lehernya dan merapatkan tubuhku dengan tubuhnya.

Lalu persekon kemudian ia menyudahi ciuman sepihak dan aku dengan lemas jatuh terduduk seperti boneka yang kehilangan tali. "Idiot." Makinya menatapku dengan iris hitam jelaganya berbinar penuh kemarahan.

"Jangan pernah tersenyum seperti itu lagi di depanku Kim." Katanya mendesis tajam lalu pergi meninggalkanku yang menatap tembok dengan bingung mencerna segalanya lagi.

Menghela nafas tak menemukan jawaban, "Kukira semua orang jadi bertingkah aneh dan gila." []

Teacher's PetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang