"Kepada mempelai pria. Dengan tuan Marcello Bivan Astara, benar?"
"Benar"
"Apakah anda bersedia dan bersungguh-sungguh menikah dengan Nona Raina Malaikha Wiratmaja?"
"Ya, Saya Marcello Bivan Astara, menyatakan bahwa saya meresmikan perkawinan ini dengan ikhlas hati. Saya bersedia mencintai dan menghormati istri saya sepanjang hidup. Saya bersedia menjadi bapak yang baik bagi anak-anak yang akan dipercayakan Tuhan kepada saya"
"Kepada mempelai wanita. Dengan Nona Raina Malaikha Wiratmaja, benar?"
"Benar"
"Apakah anda bersedia dan bersungguh-sungguh menikah dengan Tuan Marcello Bivan Astara?"
"Ya, Saya Raina Malaikha Wiratmaja, menyatakan bahwa saya meresmikan perkawinan ini dengan ikhlas hati. Saya bersedia mencintai dan menghormati suami saya sepanjang hidup. Saya bersedia menjadi ibu yang baik bagi anak-anak yang akan dipercayakan Tuhan kepada saya"
"Dengan ini saya menyatakan kalian sudah resmi menjadi suami dan istri!"
Setelah sang pastor menutup kitab suci, suara riuh tepuk tangan mulai terdengar di dalam Gereja, semakin riuh saat Marcell menyatukan bibirnya dengan bibir sang istri di hadapan semua tamu undangan. Ada setetes air mata yang turun dari mata Raina juga yang menjadi saksi sumpah suci pernikahan mereka.
Di bangku depan, mulai dari Orangtua Marcel, Orangtua Raina, Anak-anak Marcel, serta sahabat dan rekan kerja Marcel dan Raina, semuanya terlarut dalam rasa haru. Mereka yang menjadi saksi betapa sulitnya hidup Marcel dan Raina, kini tersenyum kala melihat dua orang yang sudah menemukan rumahnya. Marcel terlihat sangat bahagia bisa bersanding dengan Raina, begitupun Raina yang setelah sekian lama akhirnya ia bisa merasakan apa itu pernikahan yang sebenarnya.
"Raina, kedepannya aku janji akan selalu buat kamu bahagia. Kalau aku mengingkari, tolong tegur aku" Ucap Marcel kemudian mengecup punggung tangan sang istri.
Raina tersenyum, air matanya kembali menetes "Terimakasih, terimakasih untuk semuanya, Mas. Aku juga janji akan jadi istri yang penurut, kalau aku salah tolong tegur aku juga, ya" Marcel mengangguk sembari menghapus air mata yang membasahi pipi cantik itu.
"Ayah! Bunda!"
Marcel dan Raina tersenyum saat Lula dan ketiga kakaknya berjalan ke arah mereka. Dengan sigap, Marcel menerima pelukan hangat dari sang putri, begitupun dengan Raina yang membelai kepala Lula, yang sekarang sudah menjadi putrinya. Raina juga tersenyum pada Zerga, Naka dan Shaka meskipun hanya Naka yang membalas dengan memeluk Raina.
"Selamat datang di keluarga Astara, Bunda" Naka sangat bahagia karena kini rumahnya kembali utuh. Naka bersumpah, mulai saat ini ia akan menjadi seorang anak yang baik untuk Raina, tidak peduli meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah.
"Terimakasih, Naka" Ucap Raina sembari mengacak rambut putranya itu.
"Kakak gantian dong! emangnya kakak aja yang mau pelukan sama Bunda?!" Mereka terkekeh melihat Lula yang sudah berkacak pinggang.
"Nggak mau, sekarang Bunda Raina juga jadi Bundanya Kakak" Naka tertawa saat melihat wajah sang adik yang semakin keruh, karena tidak tega ia mengalah dan membiarkan kedua perempuan itu saling mendekap. Sedangkan dirinya ganti memeluk sang Ayah.
Marcel tentunya dengan senang hati menerima, tapi laki-laki itu kemudian menatap Zerga dan Shaka yang hanya berdiri seperti patung "Kalian berdua tidak mau mengucapkan selamat ke ayah?"
Zerga dan Shaka tersenyum kikuk, kemudian ikut memeluk sang ayah setelah Naka menarik mereka. Hingga akhirnya mereka berenam saling memeluk satu sama lain membuat siapapun yang melihat akan merasa tersentuh.