Di dalam Apartemennya, Mira sedang sibuk sendiri untuk merapikan ruang tengah yang di rasa sangat berantakan. Wanita berumur itu tidak tahan jika melihat barang-barang yang tak tertata dengan baik, maka dari itu ia akan merapihkannya selagi Suami dan Anaknya tidak ada di rumah. Dirga hari ini sedang ada kepentingan di Rumah Sakit dan begitupun dengan Raina. Sebenarnya Raina dan Ayahnya melarang keras Mira untuk melakukan aktifitas yang berat, tapi bukan Mira namanya kalau tak keras kepala
"Ayahnya Rai kebiasaan! suka naruh barang di sembarang tempat! gimana mau rapih kalau begini terus!"
Sambil memindahkan barang-barang seperti remote TV, koran dan lain-lainnya Mira terus mengoceh meskipun tidak ada yang mendengar. Setelah memastikan semuanya tertata dengan baik, wanita berumur setengah abad itu beralih ke area dapur. Melihat sampah yang menumpuk membuatnya berinisiatif untuk membuangnya keluar, ke tempat pembuangan di mana nantinya akan ada petugas yang mengambilnya setiap sore hari
Kakinya melangkah pelan keluar dari Apartemen, kesehatannya sedikit menurun akhir-akhir ini jadi untuk berjalan saja rasanya masih belum bisa secepat biasanya, untungnya di setiap lantai ada tempat pembuangan masing-masing, jadi tidak perlu untuk naik turun lantai
"Kamu ini Marcel! Mama udah capek mikirin setiap hari! Kamu itu anak Mama satu-satunya jadi Mama mau yang terbaik buat kamu!"
Bersamaan dengan Mira yang akan kembali ke unit Apartemennya lagi, muncul dua orang setelah lift terbuka. Mira menoleh hingga matanya bersibobrok dengan mata seorang laki-laki yang menjadi tetangganya. Mira tersenyum, begitupun dengan Marcel yang berjalan mendekat ke arah Mira
"Darimana Bi?" Tanya Marcel yang berhenti di hadapan Mira, bersama dengan seorang wanita yang mungkin juga seumuran dengan Mira
"Marcel? ah ini tadi habis buang sampah, tadi pagi Raina sepertinya lupa buat buang sampahnya" Tatapan Raina kemudian beralih ke wanita di samping Marcel, matanya sedikit memicing setelah melihat wajah wanita di samping Marcel tersebut, begitupun sebaliknya
Mengetahui arah kemana arah mata Mira memandang, membuat Marcel bertindak cepat untuk memperkenalkan seseorang di sampingnya tersebut "Bi kenalin ini Mama-"
"Mira?!"
"Ratih?!"
"Astaga Mira! ternyata betulan kamu"
Keduanya saling berpelukan selayaknya sepasang sahabat yang lama tak berjumpa, melupakan Marcel yang masih terheran-heran melihat keduanya yang ternyata sudah saling mengenal
Singkat cerita, saat ini ketiganya sudah duduk manis ruang tamu Unit Apartemen Marcel. Ratih menceritakan semuanya pada Marcel, mengenai ikatan persahabatan yang di miliki oleh orangtuanya dan juga Raina. Marcel sempat terkejut ketika mengetahui ternyata dirinya dan Raina pun pernah beberapa kali bertemu saat masih kecil dulu
"Kita sudah puluhan tahun nggak pernah ketemu, terakhir ketemu waktu kamu sama Raina masih kecil masih kecil" Ratih menatap putranya sambil tersenyum kecil, tidak menyangka waktu berjalan begitu cepat
Marcel tersenyum "Mungkin udah terlalu lama sampai saya nggak inget sama sekali sama wajah tante Mira"
"Nggak apa-apa nak, itu memang sudah lama sekali, wajar kalau kamu ataupun Raina sudah lupa" Jawab Mira
Ratih menggenggam tangan teman lamanya itu "Kamu tinggal apartemen sendirian? ah pasti Raina sudah ikut sama suaminya ya? Oh ya, Raina apa kabar? pasti dia sekarang semakin cantik, beruntung sekali suami Raina" Mendengar penuturan Ratih membuat Mira terdiam, mulutnya terasa kelu hanya untuk sekedar menjawab pertanyaan tersebut
"Raina belum menikah Tih"
"Pasti anak-anaknya jug- Hah? apa?" Ratih baru bisa menangkap ucapan Mira setelah beberapa saat "Raina belum menikah? ah kamu jangan bercanda, laki-laki mana yang nggak mau sama Raina? Walaupun nggak pernah ketemu, aku yakin Raina tumbuh jadi wanita cantik dan sukses"