Di pagi hari yang cerah, saat anak-anak sudah berangkat, Marcel baru bisa bersiap-siap untuk pergi ke Perusahaan, laki-laki itu sudah terlihat tampan dengan setelah kantornya tersebut. Namun, ketika akan menaiki lift ia tidak sengaja bertemu dengan Raina yang juga akan turun ke bawah
"Kamu mau kemana dengan pakaian seperti itu?" Tanya Marcel, pasalnya wanita yang berdiri di depannya itu masih memakai piyama tidurnya dengan rambut yang di cepol asal
"Kran di apartemenku rusak, ini mau manggil petugas biar di betulkan" Jawab Raina
Marcel menaikkan satu alisnya "Kan bisa pakai telepon, kenapa repot-repot turun ke bawah?"
Raina menepuk jidatnya sendiri, ia lupa kalau ada telepon khusus untuk menghubungi petugas apartemen "Astaga aku lupa! Ayah sama Ibu juga lagi pergi ke luar kota jadi nggak ada yang mengingatkan, ya sudah kalau begitu, terimakasih mas Marcel" Raina akhirnya memutar arah untuk kembali ke apartemennya
Marcel menatap Raina dari atas sampai bawah, bisa-bisanya Raina keluar dari apartemen hanya dengan menggunakan piyama berbahan satin dan kerahnya berbentuk V yang mana memperlihatkan sedikit belahan dadanya, sebagai laki-laki normal Marcel mengakui pakaian Raina terlalu berani. Marcel jadi khawatir, bagaimana kalau petugas yang datang nanti adalah laki-laki hidung belang? orangtua Raina juga sedang pergi, wanita itu sendirian
"Raina!"
Raina menoleh "Ya?"
"Nggak perlu panggil petugas, biar aku saja yang benerin kran di apartemen kamu" Ucap Marcel tanpa berfikir ulang
"Eh?" Raina tentu saja terkejut "Bukannya Mas Marcel mau pergi ke kantor? nggak perlu repot-repot Mas, biar nanti aku-"
"Biar aku saja!" Final Marcel
Karena Marcel memaksa, akhirnya Raina pasrah dan mengajak Marcel untuk masuk ke apartemennya. Wanita itu menunjukkan Kran yang rusak di bagian dapur, tepatnya di tempat pencucian piring "Dari semalam aku belum cuci piring karena Krannya rusak" Ucapnya
Marcel mengangguk, kemudian melepas jas dan juga jam tangannya, tidak lupa juga menggulung lengan kemeja putih yang ia pakai "Orangtuamu pergi dari kapan?" Tanta Marcel sambil mencari letak kerusakannya
"Kemarin sore, dan mungkin minggu depan baru pulang"
Marcel menoleh sekilas "Lama sekali, ada acara apa?"
"Keponakannya Ibu ada yang mau nikah, dan Ayah juga sekalian mau main ke tanah kelahirannya" Jawab Raina
Marcel mengangguk-anggukan kepalanya "Kamu kenapa nggak ikut?"
Raina menggeleng sambil tersenyum "Kalau aku ikut, Ibu nggak akan suka"
"Loh kenapa?"
"Bude-budeku itu suka julid kalau ada aku, mereka suka bilang ini itu yang bikin Ibu sedih, jadi daripada disana nanti Ibu nggak bisa nikmatin acara mending aku yang nggak ikut" Jelas Raina
Marcel terkekeh "Karena kamu belum nikah di usia sekarang?" Tebak Laki-laki itu
Raina mengangguk "Ya begitulah"
"Ternyata kita nggak jauh beda, dulu setelah sidang perceraian, aku juga pernah ada di posisi kamu, beberapa keluargaku juga suka julid tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi ya mau gimana lagi? other people will not understand what we feel until they feel it themselves" Marcel kembali menerawang kejadian beberapa tahun lalu
Raina menyetujui ucapan laki-laki itu "Dan mau sebaik apapun kita, di mata pembenci tetap nggak ada gunanya"
"Maka dari itu, bisa bertahan sampai titik ini saja sudah merupakan pencapaian besar" Kekeh Marcel