"Aku harap El tidak meninggalkan ku seperti yang lainnya. Hanya dia satu-satunya cahaya yang ku punya."
– Rafael Melviano✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏
Rafa merebahkan tubuhnya di kasur, ia baru saja pulang dari sekolah. Bukannya istirahat, pemuda itu malah merogoh saku celana untuk mengambil ponselnya.
Ia membuka Instagram untuk menemani dirinya selagi menunggu El pulang kerja. Setelah beberapa waktu ia menjelajah di media sosial, hingga tanpa sengaja dirinya menemukan sebuah akun yang memposting foto orang yang ia kenal. Foto Raka.
Terlihat di foto itu Raka yang sedang memakan tanghulu dengan latar belakang yang ramai dengan orang-orang yang berlalu lalang di malam hari.
Merasa penasaran, akhirnya Rafa memeriksa akun tersebut lebih lanjut. Ia mengernyitkan dahi ketika menyadari username akun tersebut nama Noah. Namun, postingan di akun tersebut sebagian besar berisikan foto-foto Raka yang sepertinya diambil tanpa sang empu sadari.
Melihatnnya satu per satu, Rafa menemukan ada foto Raka yang sedang bermain game, tertawa, jalan-jalan dan bahkan ada foto pemuda itu yang mengacungkan jari tengahnya ke kamera dengan wajah datar. Terlihat lucu.
Tak hanya foto Raka, tapi ada juga beberapa foto Noah yang merupakan pemilik akun tersebut. Ada satu foto yang membuat Rafa salah fokus. Foto di mana terdapat empat remaja laki-laki yang menggunakan seragam SMP dan dari senyum bahagia yang terlukis di wajah mereka bisa membuat siapa saja yang melihatnya ikut mengulas senyum juga, termasuk Rafa. Ia jadi teringat masa-masa SMP nya dulu.
Setelah diteliti lagi ternyata Noah di foto tersebut terlihat sangat berbeda, ia terlihat lebih rapi dan seperti anak baik-baik. Entah apa yang telah terjadi pada pemuda itu hingga berubah seperti sekarang.
Semakin menscroll ke bawah, Rafa kembali menemukan foto dua anak kecil yang menggunakan seragam SD. Satu di antara mereka sedang tertawa dan satunya lagi tersenyum sembari menatap dalam ke anak yang tengah tertawa itu. Ada kilatan lucu yang terpancar dari manik indahnya.
"Lucu," gumam Rafa.
Dapat Rafa simpulkan bahwa anak yang sedang tertawa itu adalah Raka saat kecil dan anak yang menatap penuh kekaguman adalah Noah kecil.
Dari foto tersebut juga Rafa jadi mengetahui kalau Noah dan Raka telah berteman sedari mereka berada di sekolah dasar. Persahabatan keduanya masih awet sampai sekarang, membuat Rafa lagi-lagi teringat dengan dirinya dan El yang sudah berteman sejak lama.
Terlalu hanyut dalam pikiran bawah sadarnya hingga Rafa dikejutkan dengan suara pintu utama yang dibuka.
Ia segera turun dari kasur lalu berjalan ke ruang tamu untuk menyambut orang yang sedari tadi ia tunggu kepulangannya.
Sesampainya di ruang tamu hanya kegelapan yang memenuhi ruangan tersebut, karena lampu yang mati dan hari yang sudah berubah gelap.
"El," panggil Rafa. Ia sangat yakin jika tadi orang yang membuka pintu adalah laki-laki itu.
"El? Kenapa lampunya mati?" tanya Rafa yang masih belum mendapat respons apa pun.
Setelah beberapa kali memanggil tetapi tidak ada jawaban akhirnya Rafa sudah tidak dapat berpikir positif lagi, ia jadi gelisah kalau yang masuk ke rumahnya adalah orang asing, atau bahkan pencuri.
Dengan langkah kecil ia berjalan mencari saklar lampu yang bahkan tidak ia ketahui pasti letaknya di mana, sebab ruangan yang gelap membuatnya sulit untuk melihat sekitar.
Baru saja Rafa berjalan beberapa langkah tiba-tiba ada cahaya kecil dari kejauhan. Detik berikutnya lampu pun menyala menerangi seisi ruangan. Ia tertegun ketika melihat pemandangan di depannya. El, laki-laki itu berdiri sembari tangannya memegang kue ulang tahun dengan lilin yang menyala.
El mendekat ke arah Rafa seraya menyanyikan lagu ulang tahun untuk pemuda itu, membuat hati Rafa terhenyak, ternyata masih ada orang yang mengingat hari ulang tahunnya.
El mengulas senyum manis yang menjadi penyemangat serta candu Rafa selama ini. "Happy birthday ...."
"Zaika ...." lirih El sambil mencium pucuk kepala Rafa. Zaika sendiri memiliki arti 'kelinci kecil' dan El menggunakan panggilan tersebut untuk Rafa-nya.
"El ...." Titik-titik air mulai menggenang di pelupuk mata Rafa, ia meremas ujung kaos yang melekat pada tubuhnya.
Detik berikutnya, Rafa segera menerjang tubuh El untuk ia dekap. Mendapat perlakuan yang tiba-tiba membuat El tertawa kecil lalu memeluk Rafa dengan satu tangan, sementara tangan satunya lagi menjauhkan kue dari tubuh Rafa agar tidak mengenai pemuda itu.
Rafa membenamkan wajahnya di dada bidang El, disusul dengan bulir air mata yang mengalir dari manik indahnya.
Setelah puas menumpahkan seluruh perasaannya, Rafa melepaskan pelukannya dari El. Ia mengusap netranya yang masih terdapat jejak air mata kemudian menatap kue yang dipegang El.
"Buat permohonan," ucap El yang langsung diangguki oleh pemuda di hadapannya.
Rafa memejamkan mata lalu berucap tulus di dalam hati. 'Aku harap El tidak meninggalkan ku seperti yang lainnya. Hanya dia satu-satunya cahaya yang ku punya.'
Rafa kembali membuka matanya lalu meniup lilin di atas kue itu hingga padam. Ia menatap dalam ke arah El, rasa syukur memenuhi dirinya, karena ternyata ulang tahunnya yang ke 17 ini ada yang merayakan.
TBC
_
_
_
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Kembar Buta [BxB]
Novela Juvenil⚠️ BxB Rafa adalah seorang pemuda biasa yang selalu mendapatkan perundungan dari teman sekelasnya. Entah apa yang telah ia lakukan hingga pantas mendapatkan tatapan tajam, umpatan, serta kekerasan fisik di sekolahnya. Walau batinnya tersiksa, Rafa...