- 4 - Dan Akhirnya Menikah

134 21 7
                                    


Pernikahan yang cukup menuai pro dan kontra. Disebabkan karena sang mempelai pengantin wanita masih berusia di bawah sembilan belas tahun. Tak sedikit kerabat yang juga memberikan komentar; banyak yang menilai bahwa keputusan menikahkan Eliana dengan Khalid merupakan keputusan yang terlalu buru-buru. Apalah mau dikata, Darfan selaku ayah kandung dari Eliana sudah bulat dalam mengambil keputusan. Akad pun telah terucap, hingga Eliana saat ini telah resmi menjadi istri dari seorang Raden Khalid Hardian. Gadis itu hanya mampu menghela napasnya berulang kali, tak ayal juga mencubit-cubit tangannya sendiri untuk memastikan bahwa semua ini adalah hal nyata, bukan sekadar imajinasi ataupun bunga tidur. Namun, ada beberapa hal yang diralat. Yang tadinya pernikahan akan diselenggarakan saat malam di hari yang sama dengan kejadian tersebut. Setelah melalui diskusi panjang, Darfan juga Sargan selaku wali dari kedua anak mereka memutuskan untuk lebih mempersiapkan acara pernikahan ini agar lebih matang. Pertimbangannya, agar semua bisa lebih efisien. Jadilah acara hari ini, walau tetap saja nantinya Khalid dan Eliana harus tetap mengurus kelengkapan surat-surat dan persyaratan untuk bisa mendapatkan buku nikah.

"Lia, nih," kata Khalid kelewat datar. Eliana mengambil piring kecil berisi beberapa potong buah semangka dan fruit tartlet, lalu memakannya dengan sangat hening tanpa mau repot-repot memperhatikan Khalid. Dia sungguh tidak tahu akan seperti apa pernikahan ini.

"Gue kumpul sama teman-teman gue dulu." Tanpa menanti respons Eliana, Khalid bergegas angkat kaki dari area pelaminan khusus perempuan sederhana yang disiapkan orang tua mereka, meninggalkan Eliana seorang diri.

"Gimana sama hari-hari selanjutnya?" lirih Eliana. Area pelaminan wanita sudah sepi karena tamu-tamu, yang sebagian besar keluarganya, telah berpindah ke area ruang makan khusus perempuan, menyisakan Eliana dengan Kayla dan anak-anaknya yang masih kecil.

Interaksi di antara Eliana dan Khalid tidak luput dari pantauan Kayla. Ibu dari dua anak itu memutuskan untuk mendekat pada Eliana. "Mau makan? Kalau mau, biar aku ambilin," tawar Kayla kelewat ramah. Eliana menoleh pada perempuan dengan pakaian syar'i berwarna merah maroon itu. Wajahnya terlihat sangat meneduhkan. Refleks saja Eliana tersenyum sungkan. "Kita makan bareng, yuk! Aku perhatiin, dari tadi kamu cuma makan ini aja. Pasti lapar, kan?" Eliana akhirnya mengangguk saja.

Iya, dia merasa cukup kelaparan; dessert yang saat ini sudah tersisa hanya sedikit, dan salahnya dia justru makan sebelum dia makan makanan utama.

"Tapi, jadi ngerepotin Kak Kay," kata Eliana kaku.

"Ya nggak apa-apa dong. Ini aku minta tolong titip Khadijah, ya? Simbiosis mutualisme gitu, hehe," ujar Kayla disertai senyum.

"Oke, Kak. Makasih, ya." Eliana melirik Khadijah yang asyik menikmati kue-kuenya. Anak kecil itu tampak begitu tenang dan sangat lahap. Dia jadi gemas sendiri, walau pada akhirnya Eliana malah diam saja tanpa berusaha mengakrabkan diri pada anak kecil yang sudah jadi keponakannya.

Sekitar lima menit lamanya, Eliana hanya menjadi pengamat dan menonton Khadijah makan. Dia merasa cukup terhibur dengan cara Khadijah makan. Gadis kecil itu makan begitu lahap, berasa nonton acara mukbang makanan.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Akhirnya, yang diam-diam Eliana tunggu pun datang: Kayla dengan dua piring makanan di tangannya, dua porsi nasi kebuli dengan daging ayam beserta lauk lainnya. "Maaf, ya, agak lama. Biasa emak-emak, suka ngobrol dulu." Kayla menyerahkan piring berisi makanan untuk Eliana. "Ini porsinya sedang. Maaf kalau kurang sesuai sama selera kamu, ya," lanjutnya.

"Ini cukup kok, Kak Kay. Makasih banyak, ya," ucap Eliana.

Keduanya mulai menikmati hidangan tersebut  sambil sesekali Kayla berusaha mencari topik pembicaraan agar keadaan tidak terlalu canggung. Walau tetap saja, sepertinya Eliana masih sangat sungkan terhadapnya.

"Ini memang ngga mudah, kan?" Eliana tertegun dibuatnya. Agak ragu, tapi dia berusaha memberanikan diri menatap perempuan yang telah jadi kakak iparnya. "Kamu cukup tau seperti apa riwayat hidup Khalid, tentang hubungannya yang baru aja selesai sama Ayesha. Di sisi lain, di posisi kamu pun benar-benar ngga mudah buat jalaninnya. Delapan belas tahun itu masih cukup belia menurutku. Tapi, jangan berkecil hati, jangan dulu pesimis. Jalani saja semampunya kamu, dengan kata lain ... Jangan banyak berekspektasi dalam pernikahan, fokus saja tunaikan kewajiban kamu dan niatkan karena Allah. Banyak-banyak minta tolong sama Allah, ya?" terang Kayla begitu saja.

Dan semua ucapan Kayla itu memang menjadi topik paling ramai di kepala Eliana saat ini. Terlebih saat Ayesha tadi hadir seraya memberikan hadiah. Tapi, pesan di akhirnya seperti hembusan napas segar untuk Eliana yang sedang dikerubungi kesuntukan.

"Aku ... Apa bisa?" Hanya itu yang mampu Eliana ucapkan.

"Kalau kita melihat pada keterbatasan kita, semua emang terasa kayak mustahil buat dikerjakan. Maka dari itu, jangan pernah mengandalkan diri sendiri. Kita berusaha aja jalani, sampai batas waktu yang ditentukan." Dia menepuk bahu Eliana sebentar, lalu menguatkan gadis tersebut.  "Semoga Allah berikan pertolongan. Aamiin," ucap Kayla.

Setelah mengatakan hal tersebut,  Kayla berpamitan karena sudah jamnya Khadijah tidur siang. Lalu, setelahnya mulai kembali ramai tamu-tamu undangan.

Ya, pada faktanya menjalani kehidupan pernikahan tidak semudah narasi indah dalam buku cerita. Sebab, pada saat menjalaninya akan mulai memahami bagaimana dalamnya sebuah makna tentang pernikahan dan kehidupan berumah tangga. Bicara tentang kehidupan suami istri, ialah kehidupan yang dibangun di atas rasa cinta, rasa hormat dan pemuliaan. Bukan kehidupan yang dibangun di atas rasa saling membenci dan saling menyakiti serta memunculkan akhlak yang jelek. Dan jika terjadi satu kejadian dari hal-hal tersebut, lebih jelasnya terjadi satu peristiwa yang demikian itu, maka harus ada pembenahan dan evaluasi.

Perlulah dipahami, bahwa seorang wanita yang sudah menjadi seorang istri memiliki kewajiban-kewajiban. Ia memiliki kewajiban terhadap suaminya, anak-anaknya dan rumahnya secara keseluruhan.  Maka wajib atas masing-masing dari suami istri untuk mengetahui segala hal yang berkaitan dengan hak & kewajiban terhadap pasangan.

Banyak orang sibuk mempersiapkan pesta pernikahan yang megah, tapi begitu jarang orang-orang memfokuskan diri untuk mempersiapkan diri tentang mempelajari hak & kewajiban sebagai suami istri. Seorang istri perlu mengerti bahwa dengan sikapnya menolak, sering menolak, dan malas melayani suami, pahamilah, hubungan suami istri tidaklah dibangun seperti ini, yaitu menggerutu, bosan, jemu, tidak tidak mau taat kepada suami. Hadits-hadits tentang ancaman bagi yang tidak taat kepada suami amatlah banyak. Hadits-hadits tentang perintah untuk seorang istri menaati suaminya juga sangat banyak. Jika seorang istri demikian keadaannya (tidak taat kepada suaminya), maka dia sendiri yang akan merugi.

Demikian pula seorang suami, wajib baginya untuk bertakwa kepada Allah dan membantu istrinya. Jika dia membenci satu akhlak yang ada pada istrinya, maka dia bisa ridha terhadapnya pada akhlak yang lainnya. Istri bukanlah budak bagi suami. Istribukanlah seorang yang pantas  diperlakuan layaknya budak. Tidak boleh pula bagi seorang suami untuk meminta kepadanya sesuatu yang tidak diperbolehkan memintanya. Demikian pula seorang istri, tidak boleh baginya memperlakukan suaminya layaknya budak. Atau menganggapnya sebagai seorang yang tidak perlu didengar dan ditaati.

Kembali lagi pada Eliana, saat ini ia kembali berusaha menyambut tamu-tamu. Entah kapan acara ini akan berakhir, dia sungguhan ingin segera istirahat.

"Kamu udah mau istirahat?" tawar sang Bunda, nada bicaranya masih dingin. Matanya memperhatikan ekspresi wajah sang putri. Sungguh, mata Eliana tidak pernah bisa berbohong. Dan walau tidak sehangat biasanya, Elia tetaplah seorang ibu yang amat menyayangi putrinya. "Istirahat aja, biar Bunda panggilin Khalid." Nyatanya, Bunda tetap menjadi seseorang yang paling memahami Eliana. Bahkan sekalipun telah mengecewakannya.

"Bunda ...." Dengan lirih Eliana memanggil sang Bunda yang mulai berjalan. "Lia minta maaf udah ceroboh," lanjutnya parau.

"Semua udah terjadi, Lia. Jalani dan hadapi aja, hidup akan terus berjalan. Jangan sibuk dalam rasa penyesalan berkepanjangan. Bunda selalu doakan yang terbaik buat kamu."

Saat itu juga, air mata Eliana mengalir deras.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ku Jaga Dia Yang Jadi TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang