Selagi para pegawainya bersiap-siap untuk membuka toko, Bianca memilih berpamitan naik ke ruangannya. Semalamam ia tidak bisa tertidur maka dari itu ia memanfaatkan waktunya itu untuk membuat kue-kue pesanan para pelanggannya yang akan diambil hari ini, ia lakukan itu semua semalaman penuh seorang diri.Akibatnya pagi ini kepala Bianca terasa berdenyut sakit, ia juga mulai mengantuk butuh tidur secepatnya.
Baru saja melangkah menaiki tangga terdengar suara pintu masuk yang terbuka, padahal toko belum buka tapi sepertinya sudah ada pelanggan yang masuk, mungkin saja untuk mengambil pesanan. Tapi, saat menoleh bisa Bianca lihat sosok pria yang sangat tidak ia harapkan kehadirannya tengah berjalan menghampirinya, seperti biasa dengan cengiran khasnya.
Tak memperdulikan pria itu, Bianca memilih berjalan menaiki anak tangga sambil berpegangan kuat. Bianca tahu Rayi menyusulnya karena bisa ia rasakan langkah kaki yang kini ada dibelakangnya.
Di tengah tangga menuju lantai 3, Bianca berhenti. Ia membalikan tubuhnya hanya untuk melihat wajah Rayi yang masih memberikan cengiran kepadanya, wajah pria itu tampak biasa saja seolah tak pernah terjadi apapun pada mereka semalam.
"Apa lagi? Belum cukup yang semalam?" Tanya Bianca, karena kepalanya terasa semakin pusing Bianca memilih duduk, diikuti dengan Rayi yang juga duduk tepat disebelahnya.
"Aku terima penolakan kamu, Bi. Asal jangan minta aku pergi menjauh dari kamu!" Ujar Rayi.
"Terserah kamu maunya apa, yang penting kita harus selalu sama-sama. Aku enggak bisa jauh dari kamu" Kali ini Rayi beranikan memeluk tubuh Bianca dari samping. Terserah apa mau wanita ini yang terpenring untuk saat ini ia bisa selalu ada di dekat Bianca.
"Bales dong, Bi" ucap Rayi karena Bianca hanya diam saja dalam pelukannya. Senyum Rayi seketika merekah ketika merasakan kedua tangan Bianca juga kini balas mendekap tubuhnya dengan erat.
"Nanti makan siang sama aku, ya" ajak Rayi, yang Bianca balas anggukan kepala.
"Hm"
"Ya udah aku kerja dulu, bye cantik" Tangan Rayi kini beralih merangkum wajah Bianca, ia mendaratkan kecupan di seluruh permukaan wajah wanita itu. Kemudian setelahnya sambil melambaikan tangan ia berlalu pergi meninggalkan Bianca.
Sepeninggalnya Rayi, Bianca mengusap lehernya disertai hembusan nafas pelannya. Sikap Rayi yang seperti itu malah membuat Bianca tak enak hati. Rayi bukan seperti pria yang sudah 2 kali ia tolak lamarannya. Rayi masih baik kepadanya.
Bianca mengerang frustrasi, karena kepalanya terasa semakin berdenyut sakit ia memilih cepat-cepat pergi ke kamar untuk mengistirahatkan diri.
****
Menjelang jam makan siang Bianca berjalan kaki membeli bakmi di restoran yang tak jauh dari tokonya. Ia membeli 3 porsi, 1 untuknya dan 2 untuk Rayi karena ia tahu pria itu sangat rakus mana kenyang jika hanya makan satu.
Setelah pesanannya siap dengan langkah ringan Bianca berjalan menuju toko Rayi. Setelah dibawa istirahat tubuhnya kini sudah terasa jauh lebih segar. Hanya saja Bianca masih merasa tak enak hati dengan penolakannya kepada Rayi.
"Rayi ada?" Tanya Bianca, pada seorang perempuan yang berjaga di kasir.
"Pak Rayi sedang pergi ke toko cabang, Kak. Kakak mau tunggu di atas?" Tawar pegawai itu yang tentunya sudah mengenal baik siapa Bianca, wanita yang akhir-akhir ini sedang dekat dengan bosnya.
"Enggak usah deh" tolak Bianca.
Bianca memilih berpamitan, sambil berjalan keluar Bianca mencoba mengirimkan pesan kepada Rayi meminta pria itu menyusul ke tempatnya jika sudah tiba. Tapi, belum sempat pesan itu terkirim bisa Bianca lihat Rayi kini tengah berjalan menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terburu Cinta [21+]
RomanceDisarankan untuk membaca terlebih dahulu cerita 'Heartbreak Anniversary' untuk lebih mudah memahami alur cerita! ***** Setelah semua hal buruk yang terjadi, bagi Bianca hal yang sangat ingin ia temukan dalam hidupnya adalah ketenangan. Maka Bianca p...