*****
"Ray..." Desah Bianca tertahan, ia berbaring pasrah dibawah kukungan Rayi dengan bagian atas tubuhnya yang sudah tak tertutupi apapun. Rayi sudah berhasil melepas dress yang ia kenakan hingga dress tersebut kini terkumpul di perut.
Karena ciuman yang tadi mereka lakukan berlangsung cukup panas, keduanya sepakat mencari tempat untuk bisa menuntaskan apa yang sudah mereka mulai. Pilihannya tentu saja kamar, tepatnya di kamar yang harusnya Rayi tempati bersama Kevan. Beruntungnya keluarga Rayi masih betah berada di restoran hingga kini mereka bisa menggunakan kamar dengan bebas.
"Apa, sayang?" Balas Rayi, bibirnya masih sibuk mengerjai dua gumpalan milik Bianca. Dada Bianca benar-benar terlihat sempurna. Bulat, kenyal dan Rayi suka itu. Lidahnya kini sedang merasai kelembutan dua dada itu.
Keduanya tampak sangat menikmati apa yang sedang berlangsung. Bianca mengigit bibir untuk menahan desahannya agar tidak keluar saat merasakan cumbuan lidah Rayi dipuncak dadanya. Bianca tak mau membuat keributan.
"Kok dadanya tambah besar, sayang" ujar Rayi, masih asik menyesap puncak dada Bianca bergantian.
"Eunghh..." Bianca yang sedang menikmati sentuhan Rayi, tak terlalu mendengarkan ucapan pria itu.
Masih sambil asik mencumbui kedua dada Bianca, Rayi mendongkak. Menatap Bianca yang ternyata juga sedang balik menatap sayu kepadanya. Gairah terpancar jelas dari mata keduanya yang saling bertatapan itu, Bianca dan pastinya Rayi tahu apa yang yang mereka inginkan.
Tak tahan, Rayi kembali menyerang bibir bengkak Bianca, ia bawa kembali bibir wanitanya itu dalam sebuah ciuman dalam yang penuh hasrat. Melumat dan menyesap kelembutan bibir Bianca yang wanita itu balas setiap gerakan bibirnya tak kalah agresif.
Satu tangan Rayi mulai merambat turun, melewati karet celana dalam yang Bianca kenakan, jemari tangan Rayi berhasil menyentuh kelembaban vagina Bianca dibawah sana. Terasa sudah sangat basah, sangat siap untuk menyambutnya.
"Ray..." Bianca mengigit bibir agar desahannya tak keluar saat ciuman Rayi mulai turun menuju lehernya. Tangan lelaki itu dibawah sana juga semakin aktif mengerjai vaginanya. Mengelus dengan gerakan menggoda bagian paling sensitif pada tubuhnya.
Tak lama Rayi bangkit, dengan tak sabaran pria itu melucuti pakaiannya sendiri hingga kini tubuhnya sudah bertelanjang bulat. Selanjutnya tangannya ia beralih menarik turun dress sekaligus celana dalam yang Bianca gunakan.
Bianca tak menolak, wanita itu bahkan mengangkat sedikit pinggangnya memudahkan untuk Rayi menyelesaikan pekerjaanya.
Kini Rayi sudah duduk di antara kedua paha Bianca yang terbuka lebar menampilkan vagina basah wanita itu yang sudah sangat siap untuknya. Telapak tangan Rayi meraih cairan yang merembes keluar dari vagina Bianca kemudian ia ratakan di atas penisnya, sengaja melumasi batang besarnya itu dengan cairan nikmat milik Bianca.
"Eungh...Ray" Bianca mengerang pelan saat Rayi menempelkan penis keras itu diatas vaginanya yang sudah sangat basah. Pria itu sengaja menggesekan batang berurat itu dengan gerakan naik turun di permukaan basah miliknya. Tubuh Bianca kini mulai bergerak gelisah karena merasa dipermainkan oleh Rayi. Pria itu seperti sengaja menggodanya sebab tak kunjung melesakan penisnya masuk.
"Apa, sayang?" Rayi menyeringai melihat Bianca yang tampak kewalahan karena nafsunya sendiri. Ia sengaja mempermainkan wanita itu dengan hanya melesakan sedikit kepala penisnya kemudian kembali menariknya keluar, ia merasa puas mendengar desahan kecewa yang wanitanya itu keluarkan.
"Ray, masukin!" Pinta Bianca, gairah membuat bisa dengab mudah memohon kepada pria itu. Ia hanya ingin Rayi segera memberikan apa yang ia mau. Bianca butuh pria itu memasukinya dan dengan cepat memberikan apa yang ia inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terburu Cinta [21+]
RomanceDisarankan untuk membaca terlebih dahulu cerita 'Heartbreak Anniversary' untuk lebih mudah memahami alur cerita! ***** Setelah semua hal buruk yang terjadi, bagi Bianca hal yang sangat ingin ia temukan dalam hidupnya adalah ketenangan. Maka Bianca p...