Bianca berbaring memunggungi Rayi dengan dress yang ia pakai tersingkap sampai ke atas. Tubuh mereka tertutupi selimut sebatas pinggang. Dibawah sana Rayi tengah bergerak menghujamkan penisnya keluar masuk di dalam vagina Bianca, lewat celah celana dalam yang hanya disingkap ke samping.
Setelah bajuk rayuan yang Rayi berikan akhirnya Bianca luluh juga. Bianca pikir ia sudah sama gilanya dengan Rayi karena mau saja menuruti keinginan pria itu. Bianca sebisa mungkin menahan desahannya jangan sampai penghuni lain rumah ini mengetahui apa yang sedang mereka lakukan.
Gerakan Rayi terasa semakin tak terkendali, geraman Rayi terdengar tertahan. Tak lama pria itu menekan dalam-dalam penisnya disertai semburan yang terasa sangat kuat di dalam sana.
Setelah Rayi menarik penisnya keluar, Bianca membalikan tubuhnya hingga kini mereka berbaring miring saling berhadapan.
"Kamu belum, Bi" gumam Rayi, tangannya yang bebas terulur mengelus wajah Bianca.
"Enggak usah" balas Bianca, yang terpenting keinginan Rayi terwujud.
Namun, Rayi tak mau mengecewakan Bianca. Jari tangannya kini mulai merambat ke bawah, menyusup masuk lewat karet celana dalam yang Bianca gunakan untuk menyentuh secara langsung vagina wanitanya itu. Terasa sangat basah di bawah sana, Rayi bisa dengan mudah melesakan kedua jarinya masuk.
Bianca menggigit kuat bibir bawahnya menahan desahannya agar tidak keluar. Tangannya kini mencengkram erat kaus yang Rayi pakai. Mata keduanya saling bertatapan, Rayi tersenyum melihat Bianca tampak menikmati gerakan jarinya dibawah sana.
Gerakan jari Rayi terasa semakin cepat tak terkendali membuat Bianca tak bisa menahannya lagi. Tubuhnya menggelinjang kuat saat pelepasan itu akhirnya bisa ia rasakan.
Nafas Bianca masih terdengar memburu hebat, tapi ia tak menolak ketika bibir Rayi kembali mengajaknya berciuman. Setelahnya keduanya saling tatap kemudian sama-sama terkekeh pelan. Meski tangannya masih terpasang jarum infus tak menghalangi semangat Rayi mencari puncak kenikmatan bersama Bianca.
"Aku ke toilet dulu" Bianca bangkit kemudian pamit pergi untuk menggu akan kamar mandi Rayi.
Rayi juga bangkit duduk untuk memakai kembali celana yang tadi ia lepas sebatas mata kakinya. Setelahnya ia kembali berbaring dengan senyuman tak lepas dari wajahnya. Setelah satu kali pelepasan tubuhnya terasa lebih segar, Bianca benar-benar obat untuknya.
Rayi menoleh ketika mendengar suara pintu terbuka, ia melihat Bianca berjalan menghampirinya dengan keadaan jauh lebih rapi.
"Celana dalam aku basah" ucap Bianca, kembali mengambil duduk di sebelah kasur Rayi.
"Enggak usah dipake" ucap Rayi.
Bianca menunjukan celana dalamnya yang memang ia lepas, ia tak nyaman jika harus memakai celana dalam basah itu. Melihatnya Rayi tertawa pelan, tangannya terulur mencoba meraih celana dalam itu tapi Bianca dengan cepat menghindar. Bianca memasukan benda pribadinya itu ke dalam tas yang ia bawa.
Keduanya kompak menoleh ketika terdengar pintu yang terbuka secara tiba-tiba, terlihat kepala Kevan menyembul dari balik pintu.
"Kak BiBi, Bunda bilang makan dulu, biar Mas Rayi ditinggal aja" ucap Kevan, sesuai perintah sang Bunda.
"Ketuk pintu dulu, enggak sopan, dek" ucap Rayi, penuh peringatan.
Kevan terlihat tak peduli, pria kecil itu hanya menatap sekilas wajah sang Kakak laki-laki.
"Bunda bilang makan" ucap Kevan sambil lalu. Setelahnya Kevan memilih pergi tanpa menutup kembali pintu kamar.
"Bocah itu" geram Rayi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terburu Cinta [21+]
RomanceDisarankan untuk membaca terlebih dahulu cerita 'Heartbreak Anniversary' untuk lebih mudah memahami alur cerita! ***** Setelah semua hal buruk yang terjadi, bagi Bianca hal yang sangat ingin ia temukan dalam hidupnya adalah ketenangan. Maka Bianca p...