Tangan Bianca terulur untuk mengusap jejak air mata yang masih membasahi pipi Luna, setelah berjam-jam menangis terisak-isak sahabatnya itu kini jatuh tertidur karena kelelahan menangis. Sambil menahan sesak Bianca menatap nanar wajah satu-satunya sahabat yang ia miliki.
Pikiran Bianca rasanya masih kosong, ia masih belum bisa mencerna apa yang kini terjadi. Tadi siang ia ditelpon oleh mantan Ibu mertuanya yang mengabarkan jika Luna mencoba melakukan percobaan bunuh diri, tapi untungnya masih bisa digagalkan.
Mendengarnya tentu saja Bianca merasa sangat khawatir, menurutnya mustahil bagi Luna yang memiliki semangat hidup sangat tinggi bisa tiba-tiba berbuat nekat seperti itu.
Sepanjang perjalanan Bianca terus bertanya-tanya apa sebenarnya pemicu perbuatan nekat Luna.Dan, kini setelah mendengarkan semuanya Bianca masih saja tak menyangka. Luna sedang hamil anak dari Arlo, mantan suaminya. Tepatnya hamil karena diperkosa oleh laki-laki brengsek itu ketika Arlo dalam keadaan mabuk. Bianca sangat bersedih dengan peristiwa yang menimpa sahabatnya. Luna sudah cukup banyak menderita, kenapa semua ini harus terjadi pada sahabatnya?
Tak mau mengganggu tidur Luna, Bianca memilih beranjak pergi memberikan waktu untuk sahabatnya beristirahat. Bianca menundukan wajahnya, ia sempatkan menggumamkan kata maaf ditelinga Luna kemudian bangkit dari atas kasur yang Luna tiduri.
Sebelum keluar pandangan Bianca mengedar menatap sekeliling ruang kamar, ini kamar Arlo dan dulu saat masih menjadi istri dari pria itu kamar ini juga Bianca tempati bersama ketika mereka menginap di rumah orang tua Arlo. Tak banyak yang berubah dari kamar ini, bahkan bisa Bianca lihat beberapa pajangan hiasan yang dulu ia beli masih ada di tempat terakhir ia melihatnya. Dan yang paling tak Bianca sanga ada juga satu foto dirinya dan Arlo yang masih terpajang di kamar itu.
Bianca memilih berjalan menuju meja buffet yang ada di pojok ruangan, sedikit kasar ia meraih sebuah figura kemudian mengambil selembar foto yang masih terpasang disana.
Nafas Bianca terasa tersenggal, ia menatap nanar foto kebersamaanya dan Arlo. Bianca ingat foto itu diambil ketika perayaan anniversery mereka yang ke tiga. Dari foto itu semuanya tampak normal, wajah Arlo juga terlihat bahagia menatap penuh kelembutan padanya, tapi siapa sangka 5 tahun bersama ternyata tak ada cinta yang pria itu miliki kepadanya.
Dengan tangan bergetar Bianca merobek selembar foto itu menjadi beberapa bagian kecil, setelahnya ia biarkan saja potongan kertas itu berhamburan di atas lantai.
Sebelum memutuskan keluar Bianca mencoba meredakan emosi yang kini menguasai dirinya. Ia menatap wajahnya dari pantulan cermin besar yang ada di kamar itu. Wajahnya terlihat kacau karena setelah mendengarkan semua hal buruk yang menimpa Luna, ia juga ikut menangis.
Bianca memilih merapikan sedikit penampilannya, setelah emosi dalam dirinya sedikit reda dan penampilannya juga sudah jauh lebih baik, barulah Bianca melangkah ke luar kamar.
Kedua tungkai kakinya Bianca gerakan untuk berjalan menuruni setiap anak tangga, di ujung tangga bisa Bianca lihat mantan ibu mertuanya tengah berdiri seolah memang menunggu kedatangannya. Melihat rentangan tangan yang wanita paruh baya itu berikan, langsung saja Bianca melemparkan dirinya masuk ke dalam dekapan hangat mantan Ibu mertuanya itu.
Bianca memeluk Lana erat yang Lana balas tak kalah eratnya. Kedua wanita itu kini seolah sedang merasakan kesedihan yang sama.
"Maafin Mami ya, Bi" ucap Lana lirih yang langsung Bianca balas dengan gelengan kepala pelan.
"Bukan salah Tante" balas Bianca, tangannya bergerak mengelus punggung wanita yang sudah ia anggap sebagai Ibunya sendiri. Meskipun perpisahannya dan Arlo bisa dibilang buruk, tapi hubungannya dan keluarga pria itu masih sangat baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terburu Cinta [21+]
RomanceDisarankan untuk membaca terlebih dahulu cerita 'Heartbreak Anniversary' untuk lebih mudah memahami alur cerita! ***** Setelah semua hal buruk yang terjadi, bagi Bianca hal yang sangat ingin ia temukan dalam hidupnya adalah ketenangan. Maka Bianca p...