Prolog

7.1K 272 29
                                    

Bianca baru saja melakukan interview pada beberapa orang yang melamar pekerjaan di toko kuenya nanti. Akhirnya setelah mempertaruhkan semua yang ia miliki, Bianca bisa membuka toko kue impiannya sendiri.

Tentu tidak mudah, Bianca bahkan sampai harus benar-benar mempertaruhkan semua yang ia miliki untuk bisa membangun usahanya itu, dengan menggunakan tabungannya juga melakukan pinjaman. Bianca benar-benar menggantungkan harapan hidupnya pada toko kue ini. Setelah semua hal buruk yang ia lewati dalam hidupnya, setidaknya harus ada satu yang bisa menjadi sumber kebahagiaanya.

Setelah melakukan interview, ada tiga orang yang sedang Bianca pertimbangkan untuk menjadi bagian dari timnya nanti. Besok akan Bianca panggil ketiganya untuk melakukan praktek langsung.

Sebelum pulang, tak lupa juga Bianca mengontrol progres renovasi bangunan yang ia sewa sebagai tempat toko kuenya nanti. Bangunan 3 lantai tersebut akan Bianca jadikan tempat tinggalnya juga tepatnya di lantai paling atas. Semuanya sudah hampir siap Bianca targetkan bulan depan ia sudah bisa memulai membuka tokoknya.

Setelah dua bulan ini hidupnya sangat hectic mempersispkan semuanya seorang diri, malam ini Bianca akhirnya memiliki waktu untuk sedikit lebih bersantai. Bianca memilih melajukan kendaraanya menuju sebuah tempat hiburan malam yang letaknya tak terlalu jauh dari daerah sekitar tokonya. Ia butuh sedikit alkohol untuk menenangkan pikirannya.

Bianca sebenarnya tak terlalu suka keramaian tapi tempat hiburan malam seperti ini tak terlalu asing juga untuknya. Beberapa kali ia pernah dengan sengaja datang untuk melepaskan rasa suntuknya. Dan, sebenarnya Bianca juga bukan seorang peminum yang handal bahkan bisa dikatakan payah. Bianca hanya berani minum minuman dengan kadar alkohol rendah.

Bianca duduk diam di kursi bar sambil memperhatikan keramaian yang membuat kepalanya lama-lama terasa pusing. Malam memang belum terlalu larut tapi suasana sudah cukup ramai karena kebetulan besok juga weekend.

Bianca mengacuhkan saja saat beberapa orang pria mencoba mendekatinya dan mengajaknya berkenalan. Selain tak ingin diganggu, Bianca juga sedang mencoba membatasi diri untuk tak terlalu banyak berinteraksi dengan mahluk berjenis kelamin pria jika memang tidak benar-benar ada kebutuhan mendesak. Sepanjang hidupnya yang Bianca tahu makhluk jenis itu hanya bisa menyakitinya.

Selama dua bulan pindah ke kota ini Bianca sengaja menyibukan diri untuk mengurus pembangunan tokonya, tak Bianca biarkan pikiran buruk masuk menyusup dalam otaknya. Dan, inilah yang membuat Bianca malas jika ia tak memiliki kesibukan, otaknya akan dengan lancang memutar ulang semua kejadian buruk yang terjadi dalam hidupnya.

Ternyata pergi jauh dan memulai semua hidupnya dari nol tak serta merta membuatnya bisa melupakan semuanya begitu saja. Justru rasa trauma, marah dan dendam itu masih ia bawa, semakin besar menumpuk dalam dirinya.

Banyak yang nengatakan jika menyimpan rasa dendam dalam diri itu tidak baik, tapi semua orang hanya bisa menyuruhnya belajar menerima dan memaafkan kesalahan orang-orang yang sudah diperbuat padanya tanpa memikirkan perasaanya yang masih saja hancur. Tidak bisa, karena perlakuan buruk orang-orang itulah yang membuatnya kini bahkan sudah kehilangan gairah untuk hidup.

Awal masuk ke tempat ini Bianca sudah berbicara pada dirinya sendiri untuk membatasi agar tak mau terlalu mabuk karena ia ingat masih harus menyetir pulang. Tapi, nyatanya kini kepalanya sudah sangat berputar, entah berapa gelas yang berhasil ia habiskan Bianca sendiri tidak mengingatnya.

Dengan sedikit sisa kesadaran yang Bianca punya, ia memilih menyudahinya. Dengan langkah sempoyongan Bianca berjalab keluar melewati orang-orang yang semakin malam terasa semakin ramai saja. Namun, tanpa sengaja Bianca menabrak tubuh seseorang, karena tubuh orang itu jauh lebih besar dan Bianca juga tak memiliki kesadaran penuh atas dirinya sendiri, membuat tubuh Bianca hampir saja terjatuh jika tidak segera ada yang menahan pinggangnya.

"Kenapa semua laki-laki itu brengsek?" Gumam Bianca, meski pandangannya memburam Bianca yakin jika tangan yang kini melingkari pinggangnya adalah tangan seorang pria.

Dengan sisa tenaga dan kesadaran yang dimilikinya, Bianca mencoba melepaskan belitan tangan itu dari pinggangnya. Tapi, bukannya terlepas tangan itu malah mendekapnya semakin erat. Bianca yang sudah mulai kehilangan kontrol atas dirinya sendiri tak bisa mengelak ketika dengan tiba-tiba sebuah bibir kini sudah menyambar bibirnya, mengajaknya untuk berciuman.

Bukannya menolak, Bianca kini malah membalas setiap lumatan bibir itu. Bianca sempat dibuat kewalahan karena gerakan bibir pria itu terasa sangat liar dan menuntut. Semua terasa sangat nikmat membuat kepala Bianca semakin terasa berdenyut sakit.

"Mau cari kamar?"

Ditengah berisiknya suara musik yang diputar, Bianca bisa mendengar bisikan lembut disertai jilatan lidah panas pria itu ditelinganya. Bianca yang sudah benar-benar kehilangan kendali atas dirinya sendiri hanya bisa mengangguk, menyiyakan tawaran yang pria itu berikan.

Bianca tak bisa mengingat apapun lagi tapi yang ia tahu sesaat ketika mereka sampai di sebuah kamar, dengan tak sabaran pria itu langsung menelanjangi tubuh mereka.

Hal selanjutnya yang terjadi membuat Bianca hanya bisa mendesah dan menjerit nikmat menerima semua rangsangan berupa ciuman, remasan dan jilatan mesra pria itu pada tubuhnya. Semua sentuhan yang pria itu beri benar-benar membuat Bianca lupa diri.

Dan puncaknya saat mereka bersatu, akhirnya Bianca bisa merasakan hujaman-hujaman keras pria itu pada lubang vaginanya. Rasanya sangat nikmat, apalagi saat pelepasan itu datang menggulungnya. Belum pernah rasanya Bianca merasakan pelepasan sehebat itu.

Sampai entah berapa kali pria itu memasukinya, Bianca sudah lebih dulu jatuh tertidur dengan nyenyaknya.

Sampai keesokan harinya ia terbangun seorang diri di sebuah kamar yang sangat asing untuknya. Saat menyadari jika dirinya terbangun dalam keadaan bertelanjang bulat, Bianca mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi semalam.

Tak lama sekelebat bayangan-bayangan itu muncul dalam pikirannya, meski tak terlalu mengingat jelas Bianca sudah mengetahui apa yang membuatnya bisa terbangun di tempat asing seperti ini.

Penyesalan itu seketika hadir. Bagaimana bisa ia berakhir di ranjang dengan seorang pria asing. Bianca hanya bisa merutuki dirinya sendiri, sebelumnya ia tak pernah seperti itu.

Dan, sialnya lagi Bianca sama sekali tak bisa mengingat wajah pria yang semalam berbagi kenikmatan dengannya. Pria itu pergi menggalkannya sendiri dan sama sekali tak meninggalkan jejak.

Sambil menahan denyutan sakit dikepalanya, Bianca mencoba mengumpulkan pakaiannya yang tercecer di atas lantai. Tapi, tak lama ia menyadari sesuatu, bra dan celana dalamnya tidak ada. Bianca menggeram kesal saat yakin pasti pria itu yang membawa kabur pakaian dalam miliknya.

"Sialan!"

****

Ada yang bisa tebak siapa laki-lakinya?

Terburu Cinta [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang