Undecimo.

1.4K 120 4
                                    

Florince's pov

Aku memasuki ruangan silvia di rawat. Saat sampai aku melihat Raka sedang melihat ke arah silvia kaget.

"Wah via udah bangun?"tanya ku gembira.

Aku langsung menghampiri silvia yang tersenyum menatapku. Tapi aku melihat...

"Ka, kenapa mata silvia yang kanan berubah?"bisik ku.
"Entah"ucap Raka.

Silvia menatap kami lembut. Tapi aku sedikit terganggu dengan mata merah darahnya...

"Vi?"tanyaku.
"Ya?"tanya nya lagi.
"Mata lo? Hmm kenapa?"tanyaku hati hati.
"Oh ini?"tanya nya lagi sambil menunjuk mata kanannya.

Kami mengangguk. Dia lalu tersenyum lembut.

"Lo pasti tau flo"
"Tentang.. Kepribadian lo yang satu lagi..?"tanya ku hati hati.

Jangan jangan dia.....

"Biar gue ceritakan"ucapnya sambil tersenyum.

〰〰〰〰
Flashback(author's pov)
-the subconscious of silvia's-

(A/N baca chapter "decima--Deleted Memories--" dulu oke?)

"Arvi"

Kerlipan cahaya tiba tiba muncul di depan silvia. Sosok Arvi tersenyum di depan matanya.

"Jadi?"

Silvia menatap arvi ragu. Dan mengucapkan sesuatu yang membuat arvi sangat senang.

"Gue mau kerja sama sama lo"ucap silvia yakin.
"Pilihan bijak"ucap arvi sembari menyeringai senang.

Tiba tiba Arvi menjadi asap hitam dan memasuki tubuh silvia.

"Argh!!!!"rintih silvia sembari memegang kepalanya yang sakit.
"Mata mu akan berubah seiring berjalannya waktu...."

Tiba tiba semua menjadi cahaya putih dan silvia terbangun.

〰〰〰〰
Back to Florince's pov

"Ya jadi gitu tau tau ya gue udah bangun disini!"cerita silvia riang.
"Kok kamu gila sih?"ucap Raka sambil menjitak kepala silvia. Silvia merintih lalu tertawa.
"Sakit ka, hahaha, ya gak ada pilihan lain kan?"ucap silvia tersenyum riang.
"Yaudah gue panggil dokter dulu, kalian disini aja"ucap ku.

Akhirnya aku keluar sembari melihat lihat apakah ada dokter yang kebetulan lewat. Dan beruntungnya ada.

"Dok dok, pasien di ruangan melati telah siuman dok!"laporku.
"Oh baik akan saya periksa"ucap dokter yang segera berjalan ke ruang dimana silvia berada. Aku mengikuti jalannya.

Setelah sampai aku melihat silvia yang sekarang telah berbaring kembali di ranjangnya, dan Raka yang telah duduk di sofa sebelah ranjang.

Dokter pun segera memeriksa keadaan silvia, dan berbicara sebentar padanya lalu pamit pergi. Sebelum keluar ia berbicara kepadaku dulu.

"Kondisinya memulih dengan cepat, besok ia sudah bisa kembali ke rumah"jelas sang dokter sambil tersenyum.
"Terimakasih dok"
"Saya pamit"

PsicópataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang