Ini hanya fiksi jangan menyamakan cerita ini dengan kehidupan mereka.
•••••••••
[HAPPY READING]
*
*
*
*
*
|
|Pagi kini tiba, seperti biasa semua murid fokus dengan kegiatan mereka masing-masing, Christy menoleh ke sebelah tepatnya kearah Freya, sedangkan gadis karamel itu tampak fokus ke hpnya sesekali tersenyum dan tertawa.
"Fre, kamu lagi ngapain sih?" tanya Christy.
"Nggak, ini chatan sama sepupu aku." Jawab Freya tanpa mengalihkan pandangannya.
"Kamu mau nemenin aku kekantin nggak? Kayaknya guru-guru lagi rapat deh." ucap Christy.
"Kamu boleh pergi sendiri nggak? Aku lagi mager soalnya." Christy mengigit lidahnya, lalu menghela nafasnya.
"Ya udah deh, aku nggak jadi kekantin."
Freya hanya diam, dia tidak peduli dengan Christy. Christy berdecak kesal dia mengambil hp Freya membuat gadis karamel itu menoleh kearahnya. "Kamu apa-apaan sih? Balikin hp aku!!" ucap Freya dengan nada tinggi.
"Kamu-"
"Ck....nggak sopan tau nggak." ucap Freya merebut kembali hp nya.
"Baru kali ini loh, kamu ngomong dengan nada tinggi kayak gitu ke aku." ucap Christy dengan mata berkaca-kaca.
"M-maaf, aku minta maaf, jangan nangis." Freya menangkup pipi Christy, membuat seisi kelas mengangga menatap interaksi keduanya.
"K-kamu jahat, lepas." Christy menepis tangan Freya, lalu menenggelamkan wajahnya dilipatan kedua tangannya.
Tidak lama kemudian terdengar suara Isak tangis, Freya mengigit bibir bawahnya, tangannya terangkat mengelus surai hitam milik Christy.
"Hei, maaf."
"Kalian pacaran ya?"
"Omg! So sweet banget."
"Ayoloh Fre, pacarnya ngambek tuh."
"Wah bahaya sih ini."
"Christy....maaf ya, ayo dong lihat aku." Bujuk Freya.
"Aku gak butuh kamu." ucap Christy.
"Kamu mau apa? Nanti aku beliin deh."
"Nggak."
"Ayo dong maafin aku."
°°°°°°°°°
"Kata kamu, aku udah boleh sekolah, tapi ini malah gak dibolehin." Rengek Ashel.
"Ya besok aja ya sekolahnya?" Ashel menggeleng lalu menggoyangkan tangan Marsha.
"Tapi kamu janjinya hari ini Marsha!"
"Besok aja shel."
"Marsha mah."
Ashel menutup mukanya menggunakan bantal, kesal itu yang dirasakan Ashel. Marsha terkekeh lalu menarik bantal yang menutup wajah Ashel.
"Apa sih?!" Kesal Ashel.
"Jangan ngambek dong, besok aku janji deh kita udah boleh sekolah." Ashel merapikan rambutnya yang berantakan.
"Nggak percaya aku."
"Harus percaya dong shel."
"Nggak-hmmphhh." Ashel mencekram bahu Marsha, menyeimbangkan ciuman mereka.
Marsha menarik tengkuk leher Ashel, memperdalam ciumannya.
Setelah beberapa saat Ashel memukul bahu Marsha karen kehabisan oksigen, tapi nihil Marsha sama sekali tidak melepas ciumannya. Marsha mengigit bibir bawah Ashel, setelah itu lidahnya menerobos, menjelajah didalam sana.
Kehabisan ide, Ashel mengigit kuat lidah Marsha membuat gadis bergingsul itu menjauh darinya. "Aduh sakit shel."
"Rasain, aku hampir mati tau nggak sha!" Marsha tertawa.
"Maaf deh, ayo beli kacamata baru." Ashel mengembangkan senyuman lalu memeluk Marsha dari samping.
"Ayo."
Sedangkan disisi lain, Shani kembali masuk kuliah walau sudah dilarang oleh Christy tapi wanita itu tetap kekeh untuk berangkat kuliah.
Kantin, disini keberadaan Shani dan teman-temannya sekarang, Shani sesekali menatap Chika tajam yang kebetulan ada didepannya.
"Napa sih shan? Kok kayak kesal gitu?" tanya Anin.
"Nggak papa, lagi pms aja." Jawab Shani.
Brakk
"Seano benar-benar ya lo!" Sean menjulurkan lidahnya lalu berlari menghindari seorang wanita yang sedang mengejarnya.
"Naksir ya lo ma gue?"
Shani menatap Gracia yang kesal menatap kedua manusia itu. "Kenapa ge?" tanya Shani.
"Nggak, gue cuman kesal aja sama tuh dua orang, dimana-mana pasti ribut, aduh gue yang pusing." Shani tertawa lalu merangkul Gracia.
"Bukan karna cemburu?"
Bugh...
"Awss...sakit Ge!"
"Rasain, makanya jangan nyeselin." ucap Gracia.
"Jahat amat, baru juga teman, gimana nanti kalau kita jadian ya?"
"Ha?" Kaget Chika dan Gracia bareng, sedangkan Anin dia mengambil minum akibat tersedak.
•••••••••
Jangan lupa tinggalkan jejak ya.
Follow akun aku juga, jangan lupa mampir dicerita baru aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girlfriend || Frechris [END]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] Tentang rasa yang harus abadi di bait aksara, tentang asmaraloka yang menjadi melankolia, tentang Harsa yang harus menjadi lara.