SUNRISE

7 2 0
                                    

POV Taehyung

Aku membuka mata, entah dimana aku sekarang. Aku tau ini bukan di rumah, bukan juga di Korea, atau tempat liburan bersama istriku, Yoongi.

Hm? Yoongi? Ah iya dimana dia sekarang?

Aku bangkit dari pembaringanku. Mencari kesana kemari dimana belahan jiwaku berada.

Chagi-ah..?

Chagi-ah..?

Kamu dimana..?

Suara ini bergema.. Yang bisa ku pastikan adalah ini bukan duniaku. Tempat ini berbeda, seperti bukan dunia yang aku singgahi. Lalu dimana aku? Dimana istriku? Dan dimana orang-orang? Kenapa tempat ini sepi sekali?

Hanya ada padang rumput hijau yang membentang luas, dihiasi bunga dengan berbagai macam warna. Begitu indah, tapi tak seindah istriku. Kenapa di tempat seindah ini aku tak bersama istriku? Apa yang aku lewatkan?

Kepalaku mulai pusing, aku tak mengingat apapun. Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku bisa disini? Sendiri di tempat asing ini.

Perasaan takut mulai menjalar, tapi aku menepisnya. Aku mulai berlari, mencari jalan keluar dari padang luas ini, mencari seseorang, sesuatu, yang bisa menjawab semua ini.

Langkahku terhenti saat melihat sosok kecil berdiri tak jauh dariku, seorang anak laki-laki berpakaian serba putih. Dia tersenyum padaku, seolah telah menunggu. Wajahnya tampak akrab, seperti pantulan dari cermin yang buram. Apa dia mengenalku?

Aku berjalan mendekatinya, berjongkok untuk menyamakan tinggiku dengannya.

"Apa yang kau lakukan disini, nak? Dimana orang tuamu?" tanyaku pada anak laki-laki itu.

Dia diam tak menjawab, hanya menunjuk ke arah yang aku tak tau mana yang ia maksud.

"Kamu mau kesana? Mau paman temani?"

Anak itu mengangguk, dia menggenggam tanganku, membawa kakiku mengikuti langkah kakinya.

Selama berjalan aku terus menanyakan banyak hal, sayangnya pertanyaanku hanya dijawab dengan anggukan dan gelengan.

Aku berjalan semakin jauh, meninggalkan tempat dimana aku pertama kali bangun. Sejauh itu juga aku belum tau tempat apa ini. Aku semakin heran, kenapa tidak ada gedung pencakar langit? Pesawat melintas? Kereta cepat? Bahkan rumah penduduk pun aku tak melihat sama sekali. Hati kecilku semakin tidak tenang.

"Kau mau membawaku kemana, nak?" tanyaku sekali lagi.

Anak itu tak menjawab anggukan atau pun gelengan seperti sebelumnya. Tapi langkah kakinya tiba-tiba terhenti saat aku menanyakan hal itu.

Dia berbalik lalu kembali tersenyum, terlihat seolah ingin mengatakan sesuatu. Aku berjongkok, menatap lamat-lamat pada mata sehitam jelaga milik anak itu. Aku menyadari sesuatu, anak ini mengingatkanku pada seseorang, tapi siapa?

Wajahnya yang tampan, hidung yang bangir, serta satu lagi yang membuatku yakin. Kelopak mata berbeda, double eyelid dan monolid, seperti kelopak mataku.

"Aku anakmu.. ayah!" ucap anak itu dengan membalas tatapan mataku, lebih dalam dibalik matanya yang terlihat teduh dan tenang.

Aku tertegun, dadaku bergemuruh. Nafasku memburu, seolah kata-kata anak itu mengguncang jiwaku. Membuatku terperangkap oleh perkataan anak itu yang berulang kali berputar di kepalaku. Berusaha memahami makna yang tergantung di antara mimpi dan kenyataan.

Anakku?

Kepalaku mulai pusing, aku memegangi kepalaku, seolah apa yang ku lihat sebuah ilusi yang tiba-tiba melenyap bersama anak laki-laki itu. Hanya menyisakan kehampaan di sekelilingku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 17 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beginning | TaegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang